Pagi yang sedikit berangin tak mengalahkan cengiran hangat khas Alex. Ia menyembulkan kepala keluar dari jendela mobil, sambil melambaikan dengan semangat tangan mungilnya, yang dibalas dengan senyuman manis dari Phinya.
Peat terus tersenyum dan membalas lambaian Alex, tanpa berniat untuk berpindah tempat. Sampai klakson mobil Fort berbunyi dua kali, dan melajukan mobilnya ke LittleBear daycare. Saat mobil Fort sudah tidak terlihat lagi di belokan sekolahnya. Peat buru-buru membuka jas sekolah serta dasinya, lalu ia jejalkan ke dalam tas ransel. Berbekal kertas kecil yang sudah lecak tak beraturan, ia melangkahkan kaki. Berjalan, menjauhi gerbang sekolah.
Peat menaiki bus dengan rute menuju salah satu distrik di kota Bangkok. Ia tersenyum sopan kepada sopir sambil menempelkan kartu bus. Matanya berkeliaran mencari tempat duduk kosong. Saat di perjalanan, matanya tak henti memandangi kertas yang beberapa kali ia remas hingga lecak. Menggumamkan deretan kata yang tertulis di sana. Terus seperti itu di sepanjang perjalanan.
Setelah menempuh jalan yang lumayan jauh, akhirnya ia sampai juga di tujuan. Banyak kantor-kantor bertingkat dan pusat-pusat perbelanjaan yang ramai. Peat menelusuri jalan. Langkahnya terpaksa dipercepat, mengikuti alur pejalan kaki yang berada di sana. Lautan manusia itu terlihat sedang terburu-buru untuk mengejar uang mereka masing-masing. Dengan pakaian rapi dan tubuh yang wangi.
Bunyi bising dengan debu yang mampu menutupi arah pandang, adalah hal yang menyambut Peat. Ia Sedikit menutup telinga kirinya, guna meredam suara-suara yang berasal dari alat-alat berat memekakkan telinga.
"Benar di sini kan ya?" Gumam Peat sambil melangkah masuk.
Banyak pekerja dengan rompi berwarna oranye dan helm putih berlalu-lalang. Beberapa ada yang meneriakinya karena menganggap menghalangi jalan.
"Apa yang kau lakukan di sini anak kecil?!"
Peat terlonjak. Ketika seorang pria dengan raut wajah seram dan berbadan besar meneriakinya. Buru-buru ia memberi salam.
"S-sawaddi khap Saya Peat, Peat Wasuthorn anak dari Naowarat Wasuthorn. Saya sudah membuat janji dengan tuan Yut." Pria di depannya memandang penuh selidik, ia memperhatikan penampilan Peat atas sampai bawah, yang masih mengenakan seragam sekolahnya.
Peat menciut takut. Bisa Peat terka, bahwa pria di hadapannya sekarang mungkin berumur hampir sama dengan Fort. Meski wajah Fort terlihat lebih imut dengan pipi tembam tannya, pria ini memiliki garis wajah yang lebih kasar.
"Tunggu sebentar." Ucap pria itu denga
nada ketus. Ia berjalan menjauhi Peat, sesekali membalas sapaan rekannya. Peat menurut. Ia memilih untuk melihat-lihat kondisi tempat kerjanya kelak. Bangunan tinggi yang sudah hampir jadi. Ntah apa guna dari bangunan ini nanti. Kantor kah?
"Peat Wasuthorn?"
Peat mengalihkan pandangannya. Ia menatap seorang pria yang sudah cukup berumur namun terlihat masih gagah, berjalan menghampiri.
"Sawaddi khap, saya Peat Wasuthorn yang akan menggantikan Naowarat Wasuthorn untuk sementara waktu." Ucap Peat sopan setelah membungkuk memberi salam.
Pria yang menjabat sebagai mandor dari ayahnya itu terlihat kebingungan. Ia menggaruk-garuk pelipisnya sampai helm yang ia kenakan juga bergerak-gerak.
"Benar Phoomu sudah mengizinkan? Pekerjaan di sini sangat berat, kita dikerjar waktu. Jadi semua pekerja harus bergerak cepat." Peat mengangguk mantap. "Saya bisa mengatasinya, saya terbiasa bekerja paruh waktu. Lagipula upah yang dipotong lebih baik daripada tidak mendapat upah sama sekali."
Sebelum datang ke tempat ini, Peat sudah lebih dahulu mengatur rencana. Dimulai saat ia mencuri nomer telefon khun Yut selaku mandor ayahnya dari ponsel kakaknya. Lalu ia
KAMU SEDANG MEMBACA
My kid Babysitter is My Lover
RomanceCerita tentang seorang siswa menengah atas tingkat akhir, yang bekerja di tempat penitipan anak demi membiayai ibunya yang sakit keras. tapi seketika hidupnya berubah seorang anak di tempatnya bekerja tak mau lepas darinya =========================...