Part 6

3.1K 251 7
                                    


Asap mengepul dari cangkir yang berisi kopi hitam di atas meja. Fort mengambilnya, meniup-niup permukaannya sejenak sebelum menyeruputnya.

Peat membuang napas lega, "Apa aku sudah boleh pulang sekarang?" Tanyanya.

"Hmm." Balas Fort . Mata yang dibingkai oleh kacamata kerjanya masih terpaku dengan laptop di pangkuan.

Peat tersenyum. Ia langsung mengumpulkan bukunya yang berserakan di meja ruang tengah, memasukannya ke tas punggung.

Ia menunduk dengan asal kepada Fort yang masih sibuk dengan laptopnya, berpamitan.

"Mau ke mana?" Tanya Fort sambil menaikan kedua alis.

"Pulang. Aku sudah bilang kan tadi?" Jawab Peat menahan kesal. "Memang ada yang mengizinkan?"

Fort menaruh laptop di meja, tepat di sebelah kopi bikinan Peat.

"Tadi kamu bilang 'hmm'.

Fort memandang Peat dengan aneh, "Memang 'hmm'ku berarti mengiyakan?"

Peat memejamkan mata, berusaha untuk mengatur emosinya. Alex sudah tertidur dari jam delapan dan sekarang sudah hampir jam sepuluh, tapi Fort masih belum mengizinkannya untuk pulang ke rumah.

"Tenang, nanti aku yang antar." Ucap Fort santai. Ia menyenderkan tubuhnya di sofa, menggonta-ganti saluran tv.

Bukan masalah diantar atau tidak. Fort selaliu mengantar Peat ketika pulang larut. Tapi akhir-akhir ini Peat merasa, bahwa ia jarang bertemu dengan ayahnya.

Pagi-pagi sekali, Peat sudah harus pergi ke rumah Fort, pulang sekolah kalau tidak ke daycare ia pasti langsung ke rumah Fort , lalu pulang larut malam.

Saat ia terbangun, ayahnya masih tidur dan saat ia pulang, ayahnya sudah tertidur.

Peat mendudukan diri di karpet tebal ruang tengah rumah Fort. Kepalanya ia taruh di atas meja, menonton tv dengan tidak minat.

"Hei kelinci." Panggil Fort memecah keheningan

Peat menggeram tertahan, "Berhenti memanggilku Kelinci!"

Alih-alih takut, Fort justru tertawa geli, "Kenapa si? Kan emang beneran mirip."

Peat mendengus. Ia menegakan tubuhnya, bergerak sampai berhadapan dengan Fort . Kepalanya sedikit terangkat, menatap Fort yang sedang duduk di sofa. "Kenapa tidak beli kelinci sungguhan saja sekalian." Tanya Peat .

Fort tertawa lagi, tangannya bergerak menyisir rambut Peat yang sedang berada di antara kedua lututnya. Menatapnya intens.

Bagi Fort, Peat benar-benar seperti kelinci. Bahkan dari pertama mereka bertemu, di mana Peat dengan takut-takut memandangnya.

Peat bisa bersikap galak tapi bisa juga bersikap manja dan lucu. Seperti sekarang ini.

Peat merasa nyaman dengan belaian tangan Fort di rambutnya. Ia merasa mengantuk. Peat menaruh kepalanya di paha kiri Fort .

"Mau pulang.. ngantuk.." keluhnya. Tidak sadar dengan apa yang diperbuatnya

membuat gila pria dewasa di dekatnya.

Fort masih menunduk, memperhatikan Peat yang menyamankan diri di pahanya. Rasa geli yang menyenangkan terasa tiap kali anak itu menggerakan kepalanya.

"Peat .." Fort menepuk-nepuk kecil pipi Peat .

"Hm?" Jawab Peat masih memejamkan mata.

"Kamu menginap sini saja ya? Besok pagi-pagi aku antar pulang."

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang