Part 26

1.8K 144 19
                                    

Pukul 08.30, masih cukup pagi untuk melihat lapangan bola yang dikelilingi pohon besar ramai oleh para murid. Mereka bergerombol, menggunakan seragam olah raga dengan pita berbeda warna yang diikat di kepala, lengan, leher dan sesuka mereka ingin mengikatnya di mana. Noeul sedang sibuk mengikat pita ke kelingking Nut. 'Pita takdir' katanya.

Takdir apanya, mereka saja berbeda warna pita, yang artinya berbeda kelompok.

"Sudahlah Nut, kalo tidak jodoh jangan dipaksakan. Nanti banyak yang ngehate loh." Zani mengeratkan ikatan cantik pita berwarna birunya yang ia kenakan menjadi bandana.

Peat sendiri hanya menggeleng melihat kelakuan Noeul dan Nut

yang terlihat mau mau saja. Peat mengikat pita merah di pergelangan

tangannya dengan sedikit kesusahan, Ia bahkan mengigit ujung pita demi mengencangkannya ke pergelangan tangannya.

Mereka berempat terpencar ke kelompok yang berbeda, dengan Nut pita hijau dan Noeul pita kuning. Di bulan agustus yang sudah memasuki akhir ini, memang sudah acara tahunan dari sekolah mengadakan festival olahraga. Festival diadakan bertujuan untuk mengeratkan hubungan antara tingkat satu, dua dengan tingkat tiga, sekaligus untuk memberikan hiburan bagi para anak tingkat tiga.

Selama libur mereka yaitu bulan juli sampai akhir agustus ini, anak-anak tingkat tiga menghabiskan sebagian waktunya dengan tambahan belajar di sekolah. Mereka diberikan libur di minggu-minggu pertama bulan juli, lalu masuk seperti biasa di pertengahan bulan juli. Sedangkan untuk tingkat satu dan dua, mereka libur dari

awal juli sampai akhir agustus. Hari ini jumat tanggal 24 agustus. Senin depan sudah mulai semester baru, tidak ada lagi waktu bersantai, waktu bermain-main dan berleha-leha. Akan banyak diisi dengan ujian-ujian untuk mempersiapkan diri ke perguruan tinggi. Sekolah dari pagi buta hingga larut malam. Maka di festival ini lah mereka para murid tingkat tiga seolah memanfaatkan untuk memuaskan diri bermain dan berpesta.

Peat tertawa kencang saat melihat Nut gagal di lompat tinggi. Temannya itu meski mempunyai kaki jenjang, tapi tidak bisa digunakan selain untuk berjalan.

Sorak sorai dari masing-masing tim saling bersahutan. Zani wajahnya tampak memerah, anak itu dengan semangat mengibarkan bendera timnya yang ukurannya lebih besar dari pada tubuhnya sendiri.

Pada lomba tarik tambang, tim merah mengamuk kepada salah satu junior yang bernama korn. Ia sengaja melepas tambang agar tim oranye menang melawan tim merah-timnya sendiri. Kalau saja tidak ada anak bernama Jung yang mengenakan pita oranye di dahi, dengan takut-takut membela Korn . Pasti Korn sudah habis di tangan tim merah.

Seharian penuh berlangsung dengan sangat meriah, hiasan-hiasan yang ada di seluruh sekolah menambah semarak suasana. Beberapa murid yang membawa kamera keluaran terkini, riang sibuk berfoto. Bersama teman, kakak atau adik kelas, guru-guru dan Zani dengan tidak tahu malunya mengambil kamera salah satu junior.

"Phi Peat?"

Senyum mengembang di wajah Peat , sirat mata penuh rindu menatap Alex dari layar ponsel. Saat ini dia sedang memisahkan diri dari keramaian, melakukan video call dengan Alex yang sedang berada di rumah menggunakan ponsel ibunya Fort. Terlihat wanita paruh baya melambai dari belakang tubuh Alex, lalu melanjutkan langkah ke dapur.

"Alex tidak nakal kan hari ini?"

Alex menggeleng cepat, Peat terkikik melihat kepala Alex yang menggeleng dengan kencang dengan lucu.

"Phi Peat kapan pulang?" Peat tersenyum lemah, "Sebentar lagi, sebentar lagi Phi Peat pulang." "Benar?" Tanya Alex pelan namun penuh harap.

Peat menangguk mantap. "Harus berapa kali Alex tutup mata untuk bertemu Phi Peat?" Mendengar pertanyaan Alex membuat Peat menggigit bibir bawahnya karena sedih dan bercampur dengan gemas. "Hanya satu kali!" Peat menunjukan jarinya di depan wajah agar Alex bisa melihat, "Satu kali Alex menutup mata. Lebih awal Alex tutup mata, maka lebih cepat kita bertemu."

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang