Part 17

1.8K 172 11
                                    

Sudah hari kedua Alex mendiamkan Fort. Kemarin Fort langsung menjemput Alex di rumah Phi Karn, sehabis mengantar Peat ke sekolah.

Anaknya menagis keras di gendongan Phi Karn. Saat sampai rumah Alex tetap terisak dan mengunci diri di kamar. Tidak benar-benar mengunci, karena anak itu belum mengerti bagaimana mengunci kamarnya. Dia hanya menaruh kertas yang bergambar seseorang bertubuh besar, lalu rumah, dan tanda

silang besar-besar. Yang memiliki arti 'Daddy dilarang masuk.' Peat juga kewalahan membujuk Alex. Ia trauma saat membujuk Alex untuk berbaikan dengan Fort, anak itu justru ikut-ikutan mendiamkannya. Saat itu, Peat tidak mau membujuk Alex untuk berbaikan dengan Fort lagi.

"Bagaimana ini?" Keluh Fort.

Sehabis makan malam, Alex langsung meminta Peat menurunkannya. Lalu anak itu masuk ke kamar, membawa mobil-mobilan dan tas panda yang penuh dengan snack. Persis seperti orang yang siap kabur dari rumah.

"Aku sudah mencoba membujuknya, tapi malah aku yang kena." Jawab

Peat asal, ia masih berkutat dengan piring-piring kotor.

Fort melirik ke arah tangga, tidak ada tanda-tanda Alex di sana. Ia bergerak menghampiri Peat yang sedang mencuci, tangannya mengambil lap dan piring yang sudah bersih.

"Minta maaf saja lagi." Peat memberikan satu piring lagi kepada Fort. Pria itu dengan sigap mengeringkannya.

"Sudah, aku malah dilempar dengan mainan mobil-mobilan." Keluh Fort.

Selama mereka mencuci piring, Fort semakin lama semakin mendekat. Sampai bahu kanannya menyentuh bahu kiri Peat.

"Geser sedikit bisa nggak sih?" Peat menyikut lengan Fort, tapi Fort hanya tertawa-tawa saja sambil mendekat kembali.

Mumpung tidak ada Alex, Fort memanfaatkan keadaan untuk bisa berduaan dengan Peat.

"Jangan pegang-pegang!"

Nyatanya, tangan Fort sudah berada di pinggang Peat, menelantarkan begitu saja piring yang seharusnya ia keringkan. Dengan berat hati, ia melepas rengkuhannya dan melanjutkan kegiatan mengelap piring. Tapi Fort mana betah!

"Jangan cium-cium!"

Benar kan. Pelipis dan pipi kiri Peat sekarang jadi sasaran.

Peat yang kesal, menginjak kaki kanan Fort. Pria itu langsung mengaduh sambil berloncat-loncat.

"Makanya jangan iseng!" Seru Peat. Ia mengibas-ngibas kedua tangannya sehabis mencuci piring.

"Pelit!" Balas Fort sambil meringis kesakitan.

"Bodo!"

Peat melewati Fort yang masih protes tentang kakinya yang sakit. Ia hendak melangkah ke ruang tengah, kalau saja Fort tidak tiba-tiba terjatuh dan terduduk di lantai sambil memegangi kaki.

"Phi? Kenapa? Sesakit itu ya?... maaf maaf.." Peat menghampiri dan ikut memegangi kaki Fort.

"Kasih apa ya.. kasih es batu saja ya? Sebentar.." Peat bangkit dengat panik, namun tubuhnya limbung ketika tangannya ditarik kencang oleh Fort.

"Phi Fort!" Serunya. Tapi Fort tidak peduli. Dia makin memeluk Peat menggunakan tangan dan kakinya. Tentu saja kekehan keluar dari bibir merahnya.

"Tertangkap~"

Peat mendengus, "Sehari saja tidak jail, tidak bisa ya?"

Fort menatap Peat sambil cemberut, "Aku kan cuma mau bermesraan sebentar. Kita pasangan baru loh, masa tidak ada mesra-mesranya."

"Harus ya begitu?" Meski nada bicaranya terkesan cuek, tapi wajah Peat memerah di pelukan Fort.

Fort mengangguk, "Memang kamu tidak mau memelukku Peat?" Rasanya Peat ingin memukul kepala Fort ketika pria itu bertanya dengan gamblangnya.

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang