Part 14

1.9K 163 13
                                    

Membolos. Hal yang paling disenangi murid dan paling dibenci orang tua mereka. Peat hampir saja melakukan hal yang paling ayahnya benci.

"Peat sayang~ makasih loh, bandonya bagus. Daddy Fort yang belikan ya?" Noeul yang mendengar omongan Zani langsung menunjukan ekspresi ingin muntah. Peat menelungkupkan kepala di meja, malas mendengar nama Fort. Pagi ini ia tidak datang ke rumah Fort. Meski Peat sangat khawatir dengan keadaan Alex. Terakhir melihat Alex itu semalam, ia tertidur dengan jejak air mata di pipi gembilnya.

"Peat, makasih pulpennya." Nut mengusak rambut belakang Peat. Ia mengerti Peat sedang tidak ingin diganggu.

Peat mengangguk. Tangannya beralih ke saku celana, menggengam kalung yang bahkan tidak akan mungkin sampai ke pemiliknya. Noeul mengamati Peat dalam diam. Ia tahu kemarin Fort membawa perempuan lain di dalam mobil. Noeul bahkan sempat ingin menarik kerah jaket sahabatnya itu untuk pergi dari sana.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kelas yang tadinya ribut berangasur-angsur tenang ketika guru masuk dan mulai membagikan kertas ulangan.

Peat menegakan tubuh. Ia lupa bahwa hari ini ada kuis matematika. Kemarin seharian di taman bermain dan malamnya ia habiskan untuk menangisi Fort. Peat mengacak rambutnya dengan frustrasi. Entah apa yang Peat isi di lembar jawaban. Ia terlalu lesu untuk mengingat-ngingatnya lagi. Anak itu lebih memilih ke atap sekolah yang biasanya sepi saat jam istirahat kedua, dengan susu pisang di genggaman.

Angin bertiup lembut membelai surai Peat, ia memilih untuk memejamkan mata dan menenangkan pikirannya sendiri. Sampai ia merasakan seseorang menusuk-nusuk pipinya.

"Menyerahlah." Ucap Noeul sambil ikut duduk bersila di sebelah Peat. Peat menunduk, "Memang sudah." Ucapnya lemas.

"Aku kemarin melihat seorang perempuan ada di kursi depan. Dia membawa kekasihnya saat bersamamu? Brengsek."

Memang Noeul panas sekali ketika melihat Fort seakan memainkan perasaan Peat. Ia bahkan menjalankan motornya dengan kecepatan penuh demi meredakan amarahnya kemarin.

Peat menggigiti sedotan dari susu pisang yang ia minum, "Fort tidak brengsek kok.."

Noeul yang mendengarnya memutar mata malas. Mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Peat.

"Aku pernah baca di internet. Saat orang jatuh cinta, kotoran pun terasa seperti coklat." Serunya.

"Pffftt-JOROK NOEUL!" Seru Peat kesal. Susu pisang yang sedang ia minum menyembur ke Noeul yang berada di hadapannya.

Noeul menatap tidak percaya dengan wajah dan seragamnya yang basah terkena susu pisang dari Peat. Ia menunduk dalam-dalam, mengatur napas dan..

"LEBIH JOROK MANA SAMA INI HAH?" Teriaknya dengan penuh emosi.

Peat tertawa terpingkal-pingkal. Perutnya sampai sakit, melihat Noeul yang belepotan dengan susu pisang dari mulut Peat. Melihat Peat yang tertawa riang seperti itu, membuat Noeul mau tidak mau juga merasa bahagia. Ia justru ikut tertawa bergulingan dengan Peat.

"Jorok Noeul! Jauh-jauh!" Lengkingan tawa Noeul masih terdengar di seluruh atap sekolah. Sampai pintu terbuka dengan suara yang kencang.

"PEAT!"

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang