Part 5

3K 243 1
                                    


Tidak biasanya saat Nut sampai di kelas, bangku Peat dan Noeul masih kosong. Tapi yang aneh, tas mereka sudah berada di bangku masing-masing. Nut menaruh tas di bangku miliknya dan berjalan ke luar kelas, berniat untuk mencari dua teman karibnya. Langkahnya terhenti ketika Noeul tiba-tiba masuk ke kelas sambil berlari.

"Nut !" Seru Noeul .

Nut juga dapat melihat Peat menyusul di belakang Noeul dan menarik kerah seragam Noeul dengan kasar.

"Kemarikan!" Teriak Peat .

Noeul tertawa keras, suara khas tertawanya membuat teman sekelasnya memandangi mereka.Noeul menunjukan ponsel keluaran terbaru tepat di depan wajah Nut.

"Lihat siapa yang mendapat ponsel baru dari sugar daddynya~" Ucap Noeul dengan nada yang mengesalkan.

"Berisik!" Peat yang berhasil mengambil ponselnya dari tangan Noeul, buru-buru menyembunyikannya di saku celana.

Nut masih diam saja melihat Peat dan Noeul yang bercanda sambil melewati dirinya.Ia merasa kesal, marah dan terganggu. Ia merasa kalah, bahkan saat ia belummemulai sama sekali.

Nut berpikir untuk mendinginkan kepalanya. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar. Zani yang tidak sengaja berpapasan dengan Nut di depan kelas menatapnva heran. bahkan sapaan dari Zani saja tidak dibalas Nut.

"Hei, dua kecebong! Ada apa dengan Nut ?" Tanya Zani menghampiri bangku Noeul dan Peat. Mereka berdua saling bertatapan dan mengedikan bahu, "Mungkin karena Noeul ." Jawab Peat asal.

"Kok aku si?" Seru Noeul tidak terima.

"Wajahnya mengerikan sekali. Seperti ingin menghancurkan apapun yang ada di dekatnya. Hiii, ngeri.." Ucap Zani sambil bergidik dan berbalik, berjalan ke arah bangkunya sendiri. Noeul dan Peat masihmemperhatikan Zani dari kejauhan. Mereka khawatir dengan perkataan Zani barusan.


Perhatian Peat terlalihkan dengan getaran di ponselnya. Ia menghela napas berat, tahu siapa dalang dari panggilan itu.

Ponselnya baru, bahkan ia belum berani menunjukan ke ayahnya. Takut ditanya macam-macam. Jadi yang tahu kontaknya saat ini hanya.

'Fort Thitipong.'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Peat dan Noeul menyamakan langkah mereka dengan Nut yang sudah berjalan cepat mendahului mereka berdua.

Noeul sih tidak masalah, dia terbiasa berlari menggiring bola di tengah lapangan luas. Tapi kalau Peat , ia sudah terengah semenjak lari menuruni tangga sekolah.

Sekarang mereka sudah di depan gerbang, menahan Nut yang sedari tadi bungkam. Anak itu kalau marah memang ngeselin. Mogok bicara ke orang-orang sekitarnya.

"Oii mung! Sudah dong marahnya." Noeul menarik tangan Nut dan menahannya.

Peat menghampiri mereka, ia meraup sebanyak-banyaknya udara. Noeul yang melihat itu memutar bola matanya malas.

"Lemah banget si! Makanya kalau diajak main bola tuh ikut." Omelnya kepada Peat.

Nut jengah. Ia tarik tangannya dengan kasar. Noeul dan Peat yang melihat itu hanya bisa menatap horor. Sebegitu marahnya kah Nut?

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang