Part 10

2.2K 201 11
                                    


Helaan napas panjang kembali terdengar, di perjalanan yang sunyi. Setelah terjadi adu mulut tadi, Peat memutuskan ikut pulang dengan Fort . Laki-laki manis itu masih menekuk wajahnya masam di kursi penumpang.

Fort berkali-kali melirik ke arah Peat. Napas anak itu memberat, beberapa bulir keringat mengalir dari pelipisnya. Tangan Fort terulur untuk mengapusnya, buru-buru ditepis oleh Peat.

"Kamu tuh kenapa si? Aku punya salah sama kamu? Aku minta maaf." Seru Fort dengan kesal.

Peat memilih untuk diam, pelukannya mengerat di tubuh Alex.

Ia kesal dengan Fort , kan kepalanya sedang pusing tapi Fort masih saja cari

ribut dengannya. "Aku mau pulang." Ambek Peat.

"Iya ini aku antar kamu pulang, beli obat dulu." Ucap Fort tidak kalah kesal.

Fort memakirkan mobilnya di depan toko obat. "Diam di sini! Jangan kabur lagi." Setelah itu Fort menutup pintu mobil dan berlari menuju toko. Alex mendongak, menatap Peat. Matanya yang bulat dan besar, mengedip lucu.

"Phi Peat pastiii sembuh, nanti Alex yang rawat, seperti Phi Peat merawat Alex waktu sakiit."

Peat tertawa. Ia mengecup puncak kepala Alex dengan gemas. "Alex mau rawat phi Peat?"

Alex mengangguk semangat. "Nanti sampai rumah phi Peat, Alex nggak mau pulang, Alex mau rawat phi Peat sampai sembuh."

Dan senyum Peat memudar. Mana bisa Fort dan Alex ke rumahnya di jam segini. Ayahnya pasti sudah berada di rumah, tapi kalau menolak Alex untuk bermain dokter-dokteran alanya, dia pasti sedih.

"Alex tidak perlu merawat phi Peat, hanya dengan minum obat phi Peat bisa langsung sembuh!" Bujuk Peat.

Alex menggeleng serta menggerak-gerakan tubuhnya dengan ribut. "Tidak! Alex jaga Phi Peat sampai pagi!" Serunya mulai mengambek.

Peat meringis. Kepalanya bertambah pusing dan matanya memberat. Ia tidak bisa memikirkan cara lain untuk membujuk Alex. Hanya ada satu cara. Pintu mobil terbuka. Fort sudah membeli beberapa obat demam yang paling mahal. Karena dia tidak tahu obat mana yang paling baik, maka dia hampir membeli obat demam dengan semua merk.

"Banyak banget." Protes Peat.

Fort mendecih, masih sibuk dengan seatbeltnya. "Lagi sakit jangan bawel!" Ucapnya sambil mencubit hidung Peat dan kembali menyalakan mesin mobil.

Dan perjalanan kembali hening. Hanya ada gumaman-gumaman lucu Alex yang mengisi kekosongan suasana di mobil.

Peat gelisah di duduknya, ia sebenarnya ragu untuk mengucapkan ini, tapi tidak ada cara lain. Dari pada Alex dan Fort ke rumahnya saat sedang ada ayahnya. Lebih baik Peat yang..

"Ke rumahmu saja phi." Cicit Peat.

.

.

.

.

.

.

Peat sudah terbaring di sofa panjang ruan tengah rumah Fort. Ia kekeh untuk berbaring di sana, karena malam nanti ia harus pulang. Setelah tidur beberapa jam, ia akan pulang nanti.

Alex sudah siap dengan stetoskop dan suntikan mainannya, duduk di karpet di samping Peat.

"Apa keluhan anda?" Tanyanya sambil mengarahkan stetoskop ke perut Peat.

"Pusing dok, tubuhku juga sakit semua." Keluh Peat, mendalami peran sebagai pasien dari dokter Alex.

Alex mengangguk sok mengerti. Ia mengeluarkan suntikan dan menyuntikannya ke dahi Peat.

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang