Part 18

1.8K 151 4
                                    


Cuaca cerah dengan angin yang berhembus sejuk, mampu membangkitkan semangat anak-anak. Saat tiba di tujuan, seluruh rombongan kelas tiga langsung berlarian. Mereka berfoto dan bercanda. Terkecuali bagi anak manis yang terlihat tidak bersemangat.

"Sabar Peat, dua hari lagi kita pulang." Ucap Noeul asal. Zani memukul kepala belakang Noeul, "itu masih lama bodoh!"

Noeul dan Zani memang sengaja dekat-dekat dengan Peat. Anak itu moodnya sudah tidak baik dari pertama pergi. Mereka berdua melemparkan guyonan-guyonan tidak lucu, demi menghibur Peat. Sedangkan, Nut sendiri sibuk dengan anggota pengurus kelas lainnya.

"Perasaanku tidak enak.." Cicit Peat. Noeul dan Zani saling merlirik.

Setelah itu mereka berdua merangkul Peat dan menyeretnya untuk bergabung dengan kelompok mereka. Memaksa Peat untuk ikut bersenang-senang.

Selama kegiatan berlangsung, Peat mengikuti dengan baik. Jika disuruh mencatat, maka ia akan mencatat. Saat disuruh berfoto, ia akan tersenyum ke arah kamera. Meski sering kali ia mengecek ponsel, yang tidak ada satupun pesan masuk dari Fort. "Peat hati-hati!" Nut menahan mangkuk Peat yang berisikan sup, ketika ia melihat temannya itu melamun dan hampir menumpahkan isinya.

Peat membulatkan mata, "Nut! Terima kasih, hampir saja tumpah." ia berseru lega.

"Kamu dari tadi melamun terus, sakit?" Mata Peat terpejam, ketika Nut menempelkan tangan ke dahinya. Peat menggeleng sambil terkekeh, "Aku baik kok." Melihat Peat yang tertawa-tawa kecil membuat Nut melengkungkan bibirnya ke atas.

"Ayo." Ajaknya sambil merangkul bahu Peat. Mengajaknya untuk bergabung dengan meja Noeul dan Zani. Mereka berdua berjalan sambil tertawa dan bercanda. Sesekali Nut

mengusak gemas kepala Peat dan Peat akan berpura-pura merajuk. Tidak menyadari bahwa, ada dua pasang mata yang mengawasi gerak-geriknya dari tadi. Dengan kacamata hitam yang masih bertengger di hidung serta minuman di tangan mereka.

Seorang pria dewasa yang mengenakan kemeja putih dengan kancing yang terbuka dua dari atas, membuat dada bidangnya mengintip. Berpasangan dengan celana pendek di atas lutut berwarna dongker. la bertopang dagu, sambil terus meminum minuman bersodanya.

Di sampingnya terdapat anak laki-laki berpakaian sama. Hanya saja yang membuat mereka berbeda, sang anak sedang duduk di kursi khusus balita. Mengaduk-ngaduk jus mangganya dengan serius. Mereka berdua sukses membuat orang-orang yang berlalu lalang melirik penuh minat.

"Dad, dia siapa?" Ucap Alex. Kakinya berayun-ayun semangat di kursi khusus balita. Tidak menyadari, jus yang ia minum belepotan di sekitar bibir. Fort terkekeh, nadanya sangat mengandung sirat meremehkan, "Bukan siapa-siapa. Tidak penting."

"Dia bukan kekasih phi Peat, kan?" Tanya Alex sok tahu yang membuat Phoonya memandangi dengan ekspresi terkejut yang berlebihan.

"Alex, mulai besok daddy melarangmu menonton drama lagi." Ucapnya lugas. Fort menggelengkan kepalanya frustasi, "Dan dia bukan kekasih phi Peat." Sambungnya.

Alex mengangguk semangat, "Dia bukan kekasih phi Peat!"

Fort menaik turunkan alisnya, "Tentu! Karena kekasih Phi Peat yang sebenarnya adalah-"

"Alex!" "Daddy!"

Seru mereka bersamaan. Mereka bersitatap, Fort menurunkan sedikit kacamata hitamnya menggunakan telunjuk.

"Daddy." Ucapnya pria itu. Alex merengut tidak terima, "Alex!" Balasnya.

"Daddy."

"Alex!"

"Daaaaddy," Kekeh Fort.

"HuuUUWAAA!" Teriak Alex yang akhirnya menangis juga karena Phoonya yang tidak mau mengalah, Fort membulatkan mata cepat-cepat ia membenarkan letak kacamatanya dan menggendong Alex, meninggalkan restoran hotel dengan panik.

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang