Time is Precious

208 34 2
                                    

Setelah kurang lebih 1 jam menunggu, perawat tadi mendatangi Rendy bersama suster siska, tanpa di duga saat saling memberi salam suster siska mengenali Rendy.
"Bapak yang waktu itu kan..." Sapa suster siska.
"Jadi suster siska yang di maksud adalah anda..." Sahut Rendy masih dengan mimik heran namun bersyukur, terlintas di benaknya semoga ini akan membuat pencarian data & jejak askara semakin mudah menemukan titik terang.
"Kamu sudah mengenal ibu ini sebelumnya rend?!" Tanya Rossa.
"Iyaa Bu, kebetulan saya juga pernah ke rumah Bu Siska atau suster siska" Jawab Rendy.
Lalu suster siskapun menimpali jawaban Rendy.
"Iyaa Bu, jadi beberapa bulan yang lalu istri bapak ini pernah mengantar anak saya kerumah, saat itu anak saya terjatuh dari motornya, lalu mereka yang menolong dan membantu anak saya, istri bapak ini mengantar anak saya dengan mobilnya ke rumah sakit karena anak saya mengalami sedikit cedera, dan bapak ini yang membawa motor anak saya ke bengkel untuk di perbaiki, lalu mengantarkan kerumah saya sekaligus menjemput istrinya kala itu, saya bersyukur bisa bertemu bapak lagi dan sekali lagi saya mengucapkan terima kasih sudah menolong anak saya, karena waktu itu saya sangat panik jadi belum sempat mengucapkan rasa trima kasih dengan benar". Ucap suster siska.
Lalu suster siskapun mengajak mereka ke sebuah ruangan salah satu klinik tersebut untuk melanjutkan perbincangan.

"Ohc yaa tadi rekan saya menyampaikan Anda mencari saya untuk menanyakan kejadian beberapa tahun silam, kejadian tentang apa yaa pak.." tanya suster siska.

Rendy-pun menjelaskan dengan detail kejadian 15 tahun silam, serta menunjukan rekaman CCTV, berkas² yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut dari tanggal kejadian, tak luput juga Foto Askara ia tunjukan pada Bu Siska.
"Maaf pak, karena terlalu lama saya tak cukup mengingat kejadian pada tanggal atau tahun yang bapak sebut, dan video ini meskipun orang tersebut seolah mengarah ke klinik ini tapi saya juga tidak bisa memastikan kerena video ini juga tidak begitu jelas, namun melihat foto anak ini saya memang merasa seperti pernah menemuinya atau melihatnya, tapi saya tidak seyakin itu".
"Lalu apa ada cara lain supaya kami bisa mengetahui atau memastikan bahwa orang ini benar² mendatangi klinik ini di tanggal yang tertera di video dan berkas yang kita tunjukan ke ibu". Tanya Reyna dengan wajah penuh harapan.
"Mungkin saya bisa membantu mencari data nama² pasien yang datang ke klinik di tanggal itu, dengan begitu kita juga bisa mengetahui tempat tinggal mereka dan anda bisa memastikannya langsung dengan mendatangi mereka, dan kita juga bisa mengecek CCTV klinik ini pada tanggal tersebut. Namun untuk melakukan itu saya juga harus membicarakan ini pada pihak² terkait di klinik ini mengingat juga adanya prosedur atau peraturan yang ada di klinik ini".
"Ohc.. tentu saja Bu, kami sangat paham tentang itu, jika ada kesulitan kami juga ada team dari pihak berwajib yang menangani kasus ini dulu dan bila di perlukan untuk meyakinkan pihak klinik ini untuk membuka akses, kami siap menghubungi mereka untuk mendampingi". Ucap Rendy dengan santun.
"Baik pak, mungkin beberapa hari kedepan saya usahakan segera menghubungi bapak perihal ini".

Dalam perjalanan pulang, sedikit ada kekecewaan yang mereka rasakan karena petunjuk yang mereka harapkan lagi² belum berhasil mereka jangkau.
Melihat omanya tertegun, Reyna menggenggam erat jari jemari omanya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang Oma, dan dalam hati mereka sama² berharap semesta segera memberi mereka petunjuk keberadaan Askara.

Keesokan harinya, di sisi kehidupan yang berbeda pagi itu Arya dengan cepat berangkat mengantar sang bunda ke tempat kerjanya tak jauh dari rumah, lalu iapun berlanjut menuju kampus, setelah menyelesaikan kuliahnya, hari itu ia bergegas menuju ketempat kerjanya, ia tak pernah membuang waktu sedikitpun, setidaknya Arya cukup beruntung dalam pekerjaannya karena ia bisa bekerja menyesuaikan waktu kuliahnya meski upah yang ia dapat tentu lebih kecil dari karyawan lain, namun ia sangat bersyukur karena pemilik ekspedisi tersebut adalah orang tua sahabatnya, melalui sahabatnya ia bisa mendapatkan pekerjaan itu. Meski begitu Arya tak pernah luput dari insiden² kecil, baik itu di kampusnya maupun dilingkungan lain, itu karena sikap diam dan kakunya sehingga membuat orang penasaran. beberapa insiden memang sengaja diciptakan rekan² kampusnya untuk mencari perhatiannya, tapi karena Arya begitu peka dan memiliki insting yang cukup kuat ia tak menghiraukan itu semua, tetapi ketika peristiwa benar² melintas di matanya, tanpa kata ia memilih bertindak meski terkadang tindakannya salah dan berbalik mendatangkan masalah untuk dirinya.
Sepulang bekerja dari ekspedisi Arya melanjutkan pekerjaan lainnya sebagai tukang ojek online meskipun hari telah larut.
Sesampainya di pangkalan seorang pria paruh baya menyapanya dengan akrab.
"Woii!! Anak gue nih nongol, senyom tong...senyom... Muke keq batu giok lempeng teroz, untung loe ganteng tong". Dengan suara lantang dan nada bercanda.
Lalu Arya mengeluarkan sebuah amplop dan di berikan pada pria paruh baya itu yang biasa dia panggil Babe Jecky.
Setiap 2 bulan sekali Arya memang memiliki kebiasaan unik, dari hasil ia bekerja sebagai tukang ojek ia membagi hasil jerih payahnya tersebut untuk di berikan kepada babe Jecky, ia juga tak lupa beramal di mushola² kecil yang ia lintasi, dan sekedar memberi uang jajan serta perlengkapan sekolah untuk anak - anak yang kurang mampu di sekitar lingkungan ia tinggal, dan sisanya ia gunakan untuk keperluan pribadinya. Begitupun dengan upah dia bekerja di ekspedisi ia berikan semua kepada bundanya "Bu Niken"
Babe Jecky adalah sosok pria paruh baya pemilik warung gerobak pinggir jalan yang hidup sebatang kara dan memiliki kekurangan fisik, Arya mengenalnya beberapa waktu setelah kepindahannya dari rumah lama, kala itu setiap pergi dan pulang sekolah Arya selalu melintas melewati warung Babe Jecky, semakin hari mereka semakin akrab, babe jeckylah yang juga memberi pekerjaan sampingan untuk membantunya berjualan saat Arya masih sekolah dan memberi Arya upah. meski nada bicara babe Jecky terasa kasar namun ia menyayangi Arya bak seorang ayah sayang pada putranya, dengan babe Jecky Arya bisa berkeluh kesah meski hanya menunjukan raut wajah dan sedikit kata keluh dari bibirnya.
"Jatah dari anak gue turun nihh.. makasih yang tong" babe Jecky sambil tersenyum sumringah.
"Iya be!!" Jawab Arya dengan senyum tipisnya yang manis.
"Kenape lu?! muke makin di tekuk aja, kebaca nih pasti ada yang lu pikirin tapi belom dapet solusinya, Yee khann!!" Sambil mendesak Arya supaya berbagi bebannya.
"Nggak ada apa² be, cuman lagi capek berat ajah! Hmm.. lagi sedikit berfikir ajah, gimana caranya biar gua Cepet lulus kuliah, bisa dapat kerja dengan gaji yang semestinya jadi gua bisa kasih kehidupan yang layak buat bunda" keluh Arya sambil menghela nafas namun tetap tersenyum kecil.
"Elu kan pinter, ganteng, calon dokter, ntar lu cari bini anak orang kaya aja tong, enak tuh dapet warisan ntar" kata babe dengan candaan khasnya yang membuat Arya menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Ntar gua be' yang jadi orang kaya, ga perlu cari bini kaya raya" balas canda Arya.
"Yaaa kalo bisa elu yang sukses tong, elu bisa punya usaha sendiri atau lu bisa tuh buat rumah sakit sendiri, jadi elu nggak hanya bisa kasih kehidupan yang layak untuk bunda lu tapi juga bisa kasih kesempatan orang lain punya kehidupan yang layak juga" sahut babe Jecky dengan penuh harapan sambil menepuk pundak Arya.
Setelah mengobrol beberapa saat, Aryapun berpamitan bergegas pergi karena mendapat orderan.

A LIFE & LOVE "IKATAN CINTA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang