Setelah konferensi pers selesai, Rossa dan Reyna mengajak Askara mengunjungi makam Aldebaran & Andin, begitupun Bu Niken ikut bersama mereka di dampingi Rendy dan Felice.
"Askara, sekarang saatnya kita akan mengajak kamu ke tempat peristirahatan papa dan mama, mungkin disana kita tak dapat memeluk raga mereka, tapi biarlah Doa dari kita memeluk mereka sampai di surgaNya". Tutur Reyna.
Askara menganggukan kepalanya dengan senyum tipis menandakan kesediaannya.Sesampainya di pemakaman, Rendy telah menyiapkan bunga sesuai permintaan Reyna dan memberikan bunga itu pada Askara untuk di letakan di pusara Papa dan mamanya.
"Askara, Kakak sengaja meminta om Rendy menyiapkan bucket bunga Hydrangea berwarna green purple ini, selain karena ini warna kesukaan mereka, bunga ini juga memiliki makna ungkapan dari sebuah perasaan, seperti itulah papa mama slalu mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain dengan cara mereka".
"Hijau... Ungu...?!!?!!"
"Hijau warna kesukaan papa kamu, dan ungu warna kebanggaan mama kamu" sahut Rossa.Lalu mereka berjalan menuju makam Aldebaran-Andin, tiba di depan pusara Aldebaran-Andin mereka berdoa untuk beberapa saat.
"Haii Al, Andin, anak-anak mama. Mama yakin kalian tersenyum menyambut kami, dan hari ini Putra kalian telah kembali ke pelukan kami, berkat Bu Niken yang mengasuhnya dengan baik, ia menjadi anak yang memiliki kepribadian sesuai harapan kalian" sapa Rossa di dedapan Nisan Al, Andin.
Tampak Askara diam menatap pusara orang tuanya, dalam diamnya seluruh perasaan hatinya berkecamuk, lalu Bu Niken menggenggam 1 tangan Askara, seolah ia paham hati anaknya merasa pedih, dan Askarapun menghadapkan wajahnya pada sang bunda, dengan menatap mata Askara, Bu Niken berusaha menguatkan Askara meski mata Bu Niken sendiri tak mampu menutupi keharuannya.
"Mama, papa, maaf, maaf." Askara tak mampu mengucap kata, suaranya bergetar, tangannya menggenggam erat pusara mamanya, iapun tertunduk diam, tak ada bayangan apapun dalam benaknya namun ia terasa sesak dan pedih hati, lalu Rossa menyandarkan kepala Askara dalam peluknya tanpa mengucap apapun, tatkala semua yang berada di situ menitihkan air mata.
"Bunda tau nak, ini lebih menyakitkan buat kamu, kehilangan tanpa mampu mengingat dan memiliki bekas kenangan apapun dalam memori kamu, namun hatimu terikat oleh ikatan cinta mereka". ucap dalam hati Bu Niken.
Perlahan Askara meletakan bunga yang di bawanya di atas pusara mama papanya, mereka semua juga menaburkan bunga, dan membasuh nisan Aldebaran Andin.
"Mama, papa, akhirnya kita bisa menemukan Askara dan berkumpul lagi, meski tetap ada yang kosong diantara kami karena raga papa dan mama yang tak bisa bersama kami, tapi Reyna bersyukur dan bahagia askara telah kembali, maaf pa, ma jika Reyna terlalu lama menemukan askara, sekarang kami akan menjaga satu sama lain, sampai bertemu lagi di kehidupan yang abadi papa, mama, Reyna akan selalu rindu papa, mama". Dengan air mata yang berderai Reyna berucap rasa rindu dan syukurnya.
Sebelum mereka meninggalkan makam Aldebaran dan Andin, Askara sekali lagi nampak memandangi pusara papa dan mamanya dengan mata sayu, dan berucap dalam hatinya ;
"Pa, ma, ingin rasanya kenangan bersama kalian terbayang di memori saya, ingin rasanya hangat cium kalian pada saya masa itu bisa saya rasakan, dan membayangi memori saya, namun saya harus menerima perih bahwa saya tak pernah bisa mengingat rasa itu meski saya memiliki kenangan indah itu, papa, mama, damailah dalam keabadian kalian, kelak kita akan berjumpa, saya akan berlari dengan sadar memeluk mama, papa di surgaNya".Lalu mereka melanjutkan menghampiri makam Hartawan Alfahri & Roy Alfahri.
"Ini makam...??!!" Tanya Askara.
"Ini makam opa & Om Roy, om Roy adalah adik papa kamu" jawab Rossa dg lembut.
"Jadi Oma telah kehilangan 2 anaknya yang sangat ia cintai, Oma betapa tegarnya hatimu melalui semua ini, ya Allah trima kasih telah menjadi penyanggah hidup Oma hingga saya masih berkesempatan bertemu dengan wanita tegar ini" ucap hati askara.
Mereka berdoa serta menaburkan bunga di pusara hartawan dan Roy Alfahri.Malam hari, Askara berada di kamarnya memandangi foto-foto keluarga dan dirinya di masa kecil yang terpajang, iapun mengambil salah satu foto keluarga itu sambil bersandar di tempat tidurnya sampai terlelap.
"Askara..." (Suara Andin)
"Adek... Trima kasih ya nak sudah bertahan" (suara Aldebaran)
"Jaga Oma ya sayang, jaga kakakmu, jaga dirimu dengan menjadi manusia yang baik" (suara Andin)Dengan terkaget sontak Askara membuka matanya terbangun dari lelap tidurnya.
"Apa itu suara papa, mama yang menghampiri mimpi saya...??!? Sangat jelas seperti nyata namun kenapa tak terlihat sosok mereka dalam mimpi itu, hanya gelap yang saya ingat".
Setelah tertegun di tempat tidurnya untuk beberapa saat, kemudian askara mengambil air wudhu dan melakukan sholat.
"Ya Allah, Dekap papa dan mama saya dalam damai pelukmu, berikan tempat terindah bagi mereka, biarkan segala yang baik dari mereka bisa saya lanjutkan di kehidupan ini. Ya Allah hamba juga berdoa untuk Ayah Derry, sosok yang engkau kirim memberikan cinta seorang ayah tanpa henti pada hamba, jaga dia di sana, dan teguhkan saya menjaga keluarga saya di sini, Bunda Niken, Oma Rossa, kakak Reyna dan semua lingkup keluarga Alfahri".
Askara nampak menoleh memandang sekali lagi foto² keluarga mereka terutama foto mama papanya, ia memberi senyum seolah menyapa, dengan mata merah menahan tangis.Di tempat berbeda Nino masih tampak memikirkan cara lain untuk mendapatkan petunjuk tempat tinggal Reyna dan Rossa.
"Apa sebaiknya besok saya langsung datang ke rumah papa Surya dan bertanya, tidak mungkin mereka tidak mengetahui di mana Reyna tinggal, jika papa Surya tidak memberi tahu juga, saya akan melakukan cara berikutnya".
KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE & LOVE "IKATAN CINTA"
General FictionBerawal dari rasa prihatin, kecewa, sedih, karena akhir kisah Aldebaran & Andin di pisahkan secara tragis serta alur yang semakin kacau, karakter tokoh²nyapun di rusak hingga Ikatan Cinta kehilangan jati dirinya sebagai sinetron yang berkelas denga...