11. Tawaran

205 9 0
                                    

Bukan Arni namanya jika dia tidak memberitahu tentang keinginan Manda kepada Reza. Sebenarnya bosnya itu sudah memintanya untuk memberitahu semua kegiatan yang Manda lakukan termasuk dengan keinginan perempuan itu.

Reza yang baru saja pulang dari bekerja kemudian mampir ke kamar Manda. Sebelumnya perempuan itu tengah asyik berbaring di atas kasur dan saat pintu kamarnya terbuka, dia sangat terkejut dan langsung mengganti posisinya menjadi duduk.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Manda dengan nada yang sedikit menantang.

Reza tak langsung menjawab dan malah berjalan mendekat ke arah kasur milik perempuan itu. Dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana, Reza terlihat begitu menakutkan.

"Ngapain sih lo ke kamar gue!" bentak Manda yang malah membuat Reza menyeringai.

Pria itu duduk di sisi kasur Manda sembari melirik ke arah calon istrinya tersebut. Tangannya tak lagi berada di dalam saku celana, melainkan sudah berubah terlipat di depan dada.

"Lo butuh ponsel?" tanya Reza tanpa menatap ke arah Manda.

Perempuan itu mendengus kesal mendengar pertanyaan dari pria di hadapannya. "Arni cerita?" tanya Manda balik. "Nggak, gue nggak butuh hape!"

Manda membaringkan tubuhnya dan juga menyelimuti tubuhnya dengan penuh. Buku yang sedari tadi dia baca kemudian dia tutup dan taruh di sisi kasur.

Mata perempuan itu tertutup, tapi dia masih bisa mendengar Reza berbicara. "Gue sudah bilang kan sebelumnya. Sekarang, lo punya gue, gue bertanggung jawab penuh atas elo. Kalau lo butuh apa-apa, lo tinggal bilang ke gue," ucap Reza yang berhasil membuat Manda kembali bangun dari tidurnya.

"Gue bukan milik lo dan nggak bakal jadi milik lo!" tegas Manda dengan sedikit emosi.

Reza menatap ke arah perempuan itu dan kembali menyeringai. "Lo bakal jadi milik gue, setelah kita nikah nanti."

"Nggak, gue nggak mau nikah sama lo."

Rasanya Reza ingin tertawa sekarang karena terus-terusan mendapat penolakan dari Manda. "Lo nggak punya pilihan dan lo tetep harus nikah sama gue!"

"Tapi lo udah punya istri, Za!"

"Iya, gue tau, lagian pernikahan kita cuman pernikahan Kontrak kok," jelas Reza yang malah membuat hati Manda terasa sakit.

Kontrak? tanya Manda di dalam hati.

Seakan dapat mendengar suara hati Manda, pria itu kembali menjelaskan maksud ucapannya. "Iya, pernikahan kontrak. Lo cuman perlu lahirin anak cowok buat gue dan semuanya, selesai."

Manda terdiam sesaat setelah mendengar penawaran dari Reza. Penawaran itu begitu menarik. Namun, dia masih belum yakin untuk memberikan jawaban sekarang ini.

Reza melirik ke arah Manda dan memperhatikan raut wajah perempuan itu. "Gue tau, pasti lo masih bingung buat jawab apa. Hmm, gue bakal kasih waktu lo dua hari buat mikirin jawabannya."

Setelah mengatakan hal itu, Reza keluar dari kamar Manda dan meninggalkan perempuan itu yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia menjadi sangat bimbang untuk menjawab tawaran tersebut.

Seharian Manda menimbang banyak hal mengenai penawaran yang disampaikan oleh Reza. Jika memang pria itu hanya menginginkan anak dan Manda bisa mengabulkannya dengan cepat, berarti Manda hanya perlu menikah dengan pria itu selama satu tahun. Setelahnya Manda bisa bebas dari Reza. Namun, dia khawatir tidak bisa berpisah dengan anaknya nanti.

Keesokan harinya, Manda memutuskan untuk menemui Reza yang tengah berada di taman belakang rumah. Dari kejauhan Manda melihat Reza tengah sibuk membaca koran.

Dengan pelan Manda berjalan ke arah pria itu dan setelah sampai di sisi Reza, perempuan itu berhenti melangkah.

Menyadari adanya Manda di sisinya, Reza menghentikan kegiatannya dan mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Manda. "Ada apa?" tanya Reza dengan salah satu alis yang terangkat.

Manda mendudukkan dirinya di sisi Reza tanpa diminta, perempuan itu kemudian menyilangkan kakinya dan menatap lurus ke depan. "Hmm, gue mau nanya tentang pernikahan Kontrak yang lo tawarin ke gue kemarin."

"Nanya apaan?"

"Kalau misalnya gue lahirin anak cewek, anak itu bisa buat gue nggak? Lo kan butuhnya anak cowok," ucap Manda sembari menoleh ke arah Reza.

"Iya," jawab Reza singkat tanpa perlu basa basi.

"Ya udah, gue setuju."

Manda menjulurkan tangannya untuk mengajak Reza bersalaman. Pria yang jauh lebih tua dari Manda itu kemudian menerima salaman tersebut.

"Lo tenang aja, gue bakal biayain hidup lo walaupun kontrak kita nanti berakhir."

Manda terdiam sesaat setelah mendengar ucapan dari Reza, dia tidak yakin untuk membalas ucapan pria itu.

"Ya udah, gue mau balik ke kamar dulu."

Manda kembali berjalan masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Reza yang ternyata tengah menyeringai sembari menatap punggung perempuan itu. Nikah kontrak ya? Hmm, pokoknya nggak ada yang bisa pisahin kita, Man, ucapnya di dalam hati.

Memang selicik ini Reza, pria itu hanya membiarkan Manda dengan pikirannya mengenai pernikahan kontrak. Nyatanya, pria itu tidak benar-benar akan melakukan apa yang dia ucapkan sebelumnya. Nggak semudah itu, buat bikin perjanjian sama gue, Man, ucapnya lagi di dalam hati.

Pria itu kemudian kembali membaca koran untuk mengisi hari liburnya. Sayangnya, saat kembali melakukan kegiatan itu tiba-tiba pikirannya teralihkan. Bukannya kemarin dia mau beli ponsel ya? tanya Reza di dalam hati sembari melipat kembali koran yang dia baca sebelumnya.

Reza bergegas pergi ke kamar Manda, sayangnya perempuan itu tidak berada di kamarnya. Beberapa pembantu kemudian dia tanyai untuk mengetahui keberadaan Manda dan ternyata perempuan itu tengah berada di dapur.

Dari kejauhan Reza melihat Manda tengah sibuk melakukan sesuatu. Reza tak tau pasti apa yang dilakukan perempuan itu karena dia berdiri membelakangi Manda.

Sebelum sempat sampai di dapur, tiba-tiba Oliv berdiri di hadapan Reza dan membuat pria itu terkejut. "Eh, Liv, ada apa?" tanya Reza dengan wajah kebingungan.

Oliv tersenyum manis ke arah Reza dan mengaitkan tangannya ke tangan suaminya itu. "Hari ini kan hari libur, Mas. Yuk, kita jalan-jalan," ajak Oliv yang membuat Reza menatap lurus ke arah Manda.

Oliv juga ikut mengikuti arah mata Reza dan mendapati Manda di hadapannya. Perlahan kaitan tangannya melemah dan Oliv kembali tersenyum ke arah Reza. "Gimana, Mas? Mau nggak? Kita ajak Manda sekalian."

Mendengar nama Manda disebut, Reza langsung menoleh ke arah istrinya. Tatapannya begitu berbeda dan membuat Oliv dapat memahami apa yang suaminya itu pikirkan. Dia sepertinya benar-benar menyukai Manda, ucap Oliv di dalam hati.

"Emangnya nggak pa-pa ngajak Manda?" tanya Reza dengan hati-hati.

"Iya, nggak pa-pa kok, Mas. Aku malah seneng kalau dia ikut sama kita."

"Ya udah deh kalau gitu."

"Yeay!" sorak Oliv dengan semangat yang membuat Manda membalik tubuhnya.

Perempuan cantik dengan rambut pendek itu kemudian menatap bingung ke arah sepasang suami istri tersebut. Yaelah, malah mesra-mesraan di depan gue lagi mereka, omel Manda di dalam hati sembari kembali membalik tubuhnya dan fokus pada puding yang tengah dia buat.

Tak lama kemudian, seseorang menepuk pundaknya dan Manda dengan cepat membalik tubuhnya. "Eh, Mbak Oliv, ada apa, Mbak?" tanya Manda dengan sopan.

"Kamu lagi sibuk ya?" tanya Oliv sembari mengintip puding yang Manda buat.

Manda menggeleng pelan sembari menjawab pertanyaan perempuan itu, "nggak kok, Mbak. Ini udah selesai."

"Ya udah, kalau gitu ikut kami ke mall yuk," ajak Oliv dengan sembari menarik tangan Manda.

***

Pernikahan Kontrak [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang