Selembar demi selembar kertas Reza balik setelah selesai membaca tulisan yang ada di dalamnya, buku tebal tersebut sudah dia baca dalam beberapa hari ini. Menurutnya, buku itu begitu menarik sehingga membuatnya meluangkan waktu di setiap pagi untuk membacanya walau hanya satu atau dua lembar.
Reza masih setia duduk di atas kasur setelah bangun sekitar 30 menit yang lalu. Kaki juga masih ditutupi selimut guna meredam rasa dingin yang begitu menusuk pagi ini.
Di tengah kegiatannya membaca, Reza melirik beberapa kali ke arah Manda yang sampai sekarang belum juga bangun, padahal hari telah berganti dan tak lama lagi pria itu harus pergi bekerja.
"Kebo banget sih nih anak, mana gue harus pergi kerja lagi," omel Reza setelah menutup buku yang dia baca dengan kasar.
Untuk pagi ini, cukuplah empat lembar bagian buku itu yang dia baca. Besok akan dia lanjutkan kembali jika suasana hatinya membaik.
Fokus Reza beralih pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, dia harus bersiap-siap untuk pergi bekerja dan mau tak mau dia akan meninggalkan Manda walaupun sebenarnya cukup berat baginya melakukan hal itu. Jujur, dia takut perempuan itu akan kabur setelah tau dirinya tidak lagi berada di rumahnya sendiri.
Tidak seperti biasanya, pagi ini Reza menyelesaikan kegiatan mandinya dengan sangat cepat dan kemudian kembali melihat keadaan Manda di atas kasur dengan hanya menggunakan jubah yang menutupi tubuh telanjangnya. Namun sayang, mata perempuan itu masih belum terbuka sedikit pun sehingga membuat perasaannya campur aduk.
Tanpa mau mengulur waktu lagi, Reza segera berpakaian dan sembari memasang kancing kemeja di lengannya, pria itu duduk di sisi tubuh Manda yang belum juga bangun.
Perlahan tangan Reza mengusap pipi tirus milik Manda dan tanpa sadar bibirnya terangkat, mengulas senyum. "Kenapa lo nggak bangun-bangun sih?" gumam Reza dengan wajah khawatirnya.
Tak lama kemudian, ponselnya bergetar dan pria itu segera mengangkat panggilan dari sekretaris pribadinya di kantor. "Iya, sebentar lagi saya pergi ke kantor."
Hanya kalimat singkat itu yang keluar dari bibir tipis milik Reza dan setelah mengakhiri panggilan telepon tersebut, Reza kembali memperhatikan wajah damai milik Manda.
Perlahan wajahnya mendekat dan dilayangkannya sebuah kecupan singkat di dahi perempuan itu. "Saya pergi kerja dulu ya."
Entah apa yang tengah dipikirkan oleh pria berusia 28 tahun itu saat mencium kening Manda. Dia hanya ingin melakukan hal itu dan dia lakukan, sesimple itu pikirnya.
Karena kontak fisik yang dilakukan oleh Reza, Manda terbangun dari tidurnya. Namun, dia tak berani untuk langsung membuka matanya dan membiarkan pria itu pergi terlebih dahulu.
Setelah yakin Reza pergi, mata Manda perlahan terbuka dan ketika mata bulatnya terbuka sempurna. Dia sangat terkejut dengan apa yang dia lihat sekarang. Kamar yang sangat besar dan juga mewah milik Reza berhasil membuatnya kagum hingga tanpa sadar mulutnya terbuka lebar.
"Gila, keren banget ini kamar," puji Manda sembari bangun dari tidurnya. Perempuan itu memposisikan badannya untuk duduk di atas kasur yang ternyata begitu empuk.
Mata Manda tidak bisa berkedip karena merasa takjub dengan kamar milik Reza, kamar itu sangat berbeda jauh dari kamar miliknya yang hanya berukuran dua meter kali tiga meter.
Setelah selesai mengagumi kemewahan kamar Reza, Manda akhirnya menyadari suatu hal yang aneh. Kenapa gue ada di rumah ini?
Otaknya kembali memutar kejadian semalam tentang dirinya yang dibawa paksa oleh orang-orang suruhan Reza. "Shit! Gue diculik?"
Sembari menyibak selimut yang menutupi sebagian kakinya, Manda bergegas bangun dari duduknya. Dia kemudian berlari ke arah pintu kamar Reza. Namun sesampai di sana, Manda tidak bisa membuka pintu berbahan kayu jati itu.
Karena panik, Manda langsung berteriak agar orang yang berada di luar kamar dapat mendengarnya. "Tolong! tolong! Saya diculik!"
Setelah cukup lama berteriak minta tolong dan memukul pintu berkali-kali. Manda yang tak kunjung mendapat bantuan, memutuskan untuk berhenti dan kembali duduk di atas kasur.
Sembari memandangi tangannya yang memerah dan terasa sakit. Manda kembali memikirkan cara untuk keluar dari kamar tersebut. Dia kemudian berjalan mengitari kamar Reza guna mencari jalan keluar.
Ada sebuah pintu lain yang dapat dia gunakan, pintu itu membawanya ke sebuah balkon dan sekarang Manda yakin bahwa dia tidak berada di lantai dasar rumah tersebut.
Seperti sebelumnya, Manda menyibak gorden yang menutupi pintu tersebut dan mencoba untuk membukanya. Namun, pintu tersebut tak dapat dia buka.
Dengan menarik napas yang panjang, Manda akhirnya kembali menyerah. "Dahlah, gue pasrah aja, lagian siapa cowok itu ya? Apa dia orang yang suka jual perempuan muda kaya gue?" tanya Manda sembari menerka-nerka tentang pria yang menculiknya.
Saat Manda tengah melamun, tiba-tiba saja pintu kamar tersebut terbuka dari luar. Manda yang terkejut kemudian langsung berlari ke arah pintu itu dan mendapati seorang perempuan muda tengah berusaha masuk ke kamarnya dengan membawa nampan berisikan makanan.
"Mbak, sudah bangun?" tanya perempuan itu yang Manda yakini adalah seorang pembantu karena pakaiannya yang sedikit berbeda. Mirip seperti yang pernah perempuan itu liat di tayangan televisi.
Dengan canggung, Manda tersenyum kecil sembari mengikuti perempuan yang baru saja masuk berjalan menuju ke arah kasur. Perempuan yang Manda belum ketahui namanya itu segera menaruh nampan yang dia bawa di atas kasur.
"Silakan dimakan, Mbak," ucap perempuan itu sembari membalik tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan Manda. Namun, Manda dengan cepat menahannya.
"Tunggu sebentar, Mbak. Saya mau nanya sesuatu."
Walau sedikit takut, Manda tetap mengajak perempuan itu untuk duduk di atas kasur bersamanya. Namun, perempuan itu menolak karena kasur yang tengah Manda duduki adalah milik majikannya.
"Nggak, Mbak. Saya berdiri aja, Mbak mau nanya apa?" tanya perempuan itu sembari bersikap sopan di hadapan Manda.
"Nama Mbak siapa kalau tau?"
"Saya Arni, pembantu di rumah ini."
Benar saja tebakan Manda mengenai perempuan itu yang ternyata adalah seorang pembantu.
"Hmm, ini rumah siapa ya? Kenapa saya dibawa kesini? Terus, apa saya boleh keluar? Saya mau pulang."
Semua pertanyaan Manda berhasil membuat raut wajah Arni berubah, ada sedikit kebingungan juga ketakutan terlukis di wajahnya. Manda yang bingung kemudian mengelus tangan perempuan itu dengan perlahan.
"Mbak Arni?" panggil Manda yang langsung membuat Arni terkejut.
"Hmm, ini rumah Pak Reza, Mbak. Saya kurang tau alasan Mbak dibawa kesini, tapi Mbak nggak boleh keluar sebelum Pak Reza izinin."
"Kok gitu?"
Arni kembali terdiam sesaat. Sembari memaksa senyum di wajahnya, perempuan itu menjawab, "Mbak, tolong jangan berbuat yang aneh-aneh ya, saya nggak mau Mbak kenapa-kenapa. Tolong dengerin semua omongan, Pak Reza dan Mbak akan aman."
Ucapan yang keluar dari mulut Arni berhasil membuat Manda bertanya-tanya dan tidak menyadari bahwa pembantu Reza itu sudah berjalan keluar dari kamar.
Saat keluar, Arni kembali mengunci kamar itu dari luar. Bunyi suara kuncian pintu itu berhasil membuat Manda sadar dan kemudian berlari. Namun sayang, pintu tersebut sudah kembali tertutup rapat dan membuat perempuan di dalamnya tak dapat keluar.
"Yaelah, kenapa tadi gue nggak langsung kabur aja sih," gerutu Manda dengan kesal. Perempuan itu kembali berjalan ke arah kasur dan mulai melahap makanan yang dibawa Arni sebelumnya. Perutnya begitu lapar dan setelah ini dia harus kembali memikirkan cara untuk membuatnya dapat keluar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kontrak [End]
RomancePernikahan kontrak yang Reza dan Manda lakukan membuat mereka masuk ke dalam hubungan yang cukup rumit, apalagi saat itu Reza masih berstatus sebagai suami sah Oliv yang berarti Manda menjadi istri kedua pria tersebut. Kecemburuan terasa di benak Ol...