14. Sumbangan

190 7 1
                                    

Selama beberapa hari kemudian, Manda masih setia turun ke sekolah dan teman-temannya juga melakukan hal yang sama. Mereka mau menghabiskan banyak waktu di sekolah yang akan mereka tinggalkan nantinya.

Walau sudah tidak ada pelajaran lagi, perempuan itu masih setia berada di kelasnya bersama dengan Loli, sahabatnya.

"Man, ke kantin yuk, laper nih," ajak Loli di tengah perbincangannya dengan Manda.

Manda terdiam sesaat dan tanpa sadar memegangi perutnya yang terasa kosong. "Gue juga laper sih, Yuk lah."

Keduanya kemudian keluar dari kelas dan meninggalkan ruangan yang cukup bising tersebut. Sembari berjalan menuju kantin, keduanya asyik berbincang. Namun, saat sampai di depan ruang Aryo. Tiba-tiba Manda menghentikan langkahnya.

Dinding ruangan kepala sekolahnya itu terbuat dari kaca dan Manda dapat melihat dengan jelas Aryo bersama dengan orang yang sangat dia kenali. Iya, orang itu ialah Reza.

Manda menatap kesal ke arah Reza yang terlihat asyik berbincang dengan Aryo. Kenapa dia kesini sih! omel Manda di dalam hati.

Tak disangka, pria yang dibicarakan oleh Manda kemudian menatap balik ke arahnya dan tiba-tiba berjalan keluar dari ruangan kepala sekolah Manda tersebut.

"Man," sapa Reza yang membuat Loli kebingungan. Sahabat perempuan itu kemudian menatap Manda dan Reza secara bergantian tanpa mengeluarkan suara apapun.

Manda mendekat ke arah Reza dan berbisik di telinga pria itu, "lo ngapain ke sini sih?"

"Gue ngasih sumbangan ke sekolah lo."

"Buat apa!"

"Ya buat sekolah lo!"

Manda mendengus kesal dan tiba-tiba saja Aryo keluar dari ruangannya. "Belum balik, Za?" tanya Aryo dengan ramah yang membuat Manda menjauh dari tubuh Reza.

"Ini mau pulang, Pak."

"Oh, ya udah. Hati-hati di jalan ya."

"Iya, Pak."

Aryo kembali masuk ke dalam ruangannya dan Reza memutuskan untuk pergi dari sekolah Manda. Namun, sebelum itu Reza pamit kepada calon istrinya dan mengusap rambut perempuan itu dengan lembut.

"Gue balik dulu ya."

Manda melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap tajam ke punggung Reza yang sudah meninggalkannya. Berbeda dengan sikap Manda, Loli malah merasa gemas dengan sikap manis yang Reza lakukan pada sahabatnya.

"Dia siapa lo?" tanya Loli dengan penuh penasaran

Manda menatap ke arah sahabatnya itu sekilas dan kembali melangkah pergi ke kantin. "Nanti deh gue ceritain, panjang soalnya."

Setelah kejadian itu, suasana hati Manda memburuk hingga pulang ke rumah. Perempuan itu tak banyak bicara bahkan dengan Arni, penjaganya dan semua itu kemudian Arni sampaikan kepada Reza.

Tepat setelah pulang bekerja, Reza mendatangi Manda di kamar perempuan itu. "Kenapa lagi lo?" tanya Reza tanpa basa basi pada Manda yang tengah tidur tengkurap.

Manda tidak menjawab dan masih sibuk dengan ponselnya. Karena kesal pada Manda, pria itu kemudian mengambil paksa ponsel Manda dan membuat perempuan itu menoleh ke arahnya.

"Apaan sih!" bentak Manda yang malah membuat Reza berkacak pinggang.

"Lo kenapa? Gue nggak bisa baca pikiran lo buat tau masalah lo apa!"

Manda mendengus kesal dan mengganti posisi tidurnya menjadi duduk. "Lo ngapain sih ngasih sumbangan ke sekolah gue?" tanya Manda dengan wajah yang sangat  kesal pada pria di hadapannya.

"Ya emang kenapa? Itu sekolah lo. Apa salahnya?" tanya Reza dengan wajah tak berdosa padahal bagi Manda, dia benar-benar berdosa.

"Lo tau nggak sih kalau uang itu bakal dikorupsi sama Pak Aryo!"

"Ya terserah dia mau diapain, lagian gue ikhlas kok ngasihnya."

"Emang lo ngasih berapa?" tanya Manda dengan wajah penuh penasaran. Yang pasti, perempuan itu yakin jika Reza memberi dengan uang yang cukup banyak karena wajah Pak Aryo sebelumnya terlihat begitu bahagia.

"Nggak banyak, cuman 50 juta."

Mendengar jawaban Reza mengenai nominal sumbangannya membuat emosi Manda memuncak. "Lo gila ya!" bentak Manda yang malah Reza kebingungan. "Itu banyak banget!"

"Ya udah sih, lo repot banget. Duit-duit gue ini kok."

Reza sebenarnya tidak mau bertengkar dengan Manda lagi dan berusaha mengakhiri pertengkaran mereka. Namun sayang, Manda malah perpikir sebaliknya.

"Terserah, terserah elo. Gue nggak peduli!"

Manda kemudian menenggelamkan kepalanya ke balik selimut karena tak mau melihat wajah Reza. Di sisi lain, Reza malah kebingungan dengan sikap yang diberikan oleh Manda. Dia benar-benar tak peka pada hal seperti ini.

Tak lama kemudian, Arni masuk ke dalam kamar Manda dan sedikit terkejut karena melihat Reza berada di kamar mereka. "Ada apa ya, Pak?" tanya Arni dengan sopan.

Reza tidak menjawab dan malah menunjuk ke arah gundukan selimut yang berisikan Manda. Perlahan wajah perempuan itu kembali menatap ke arah majikannya yang terlihat bingung harus bertindak seperti apa. "Biar saya yang urus, Pak."

Reza mengangguk pelan dan memberikan ponsel milik Manda kepada Arni. Setelahnya pria itu keluar dari kamar Manda tanpa bersuara sama sekali.

Sepeninggal Reza, Arni berjalan menuju kasur Manda dan menepuk selimut yang menutupi perempuan itu beberapa kali.

"Ayo keluar, Mbak. Pak Rezanya udah nggak ada," ucap Arni yang langsung membuat kepala Manda menyembul keluar dari selimut. Mata perempuan itu menatap sekeliling kamarnya dan setelah benar-benar yakin bahwa Reza telah pergi. Barulah, Manda menyibak penuh selimut yang dia gunakan.

Manda mendudukkan dirinya di tengah kasur sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Hal itu tentu membuat Arni cukup penasaran akan alasan sikap Manda berubah.

"Kenapa, Mbak? Ada masalah ya sama Pak Reza?" tanya Arni dengan pelan yang membuat Manda menceritakan segalanya secara detail.

Setelah selesai, Arni malah tertawa kecil menanggapi penjelasan dari perempuan yang duduk di sisinya. "Kenapa kamu malah ketawa?" tanya Manda dengan wajah kesal.

"Nggak pa-pa, Mbak. Saya ngerasa lucu aja gitu sama kejadian yang Mbak sampaikan."

Manda membuang pandangannya ke arah lain karena tak mau menatap wajah Arni. Sembari menerawang, perempuan itu berkata, "kamu nggak tau rasanya nggak punya uang sama sekali seperti apa."

Arni yang mendengar hal itu langsung terdiam dan memperhatikan raut wajah Manda yang berbeda dari sebelumnya. Apalagi perempuan itu tengah menatap jauh ke depan seakan tengah memikirkan sesuatu yang jelas Arni tak tau apa.

"Orang-orang kaya, nggak tau rasanya jadi orang miskin kaya aku dan uang segitu bener-bener berarti buat aku," lanjut Manda.

"Tapi, sekarang kan Mbak sudah tinggal di sini dan sebentar lagi bakal jadi istri Pak Reza," balas Arni yang membuat Manda langsung menoleh ke arahnya.

"Pernikahan aku sama dia itu adalah pernikahan kontrak dan setelah kontraknya selesai, aku harus bisa mandiri termasuk cari uang sendiri."

Arni terdiam setelah mendengar penjelasan dari Manda. Kali ini, Manda benar-benar terlihat serius saat mengucapkan hal itu dan membuat Arni cukup terkejut.

Satu hal baru pun Arni ketahui mengenai pernikahan Manda dan Reza yang mungkin akan dilaksanakan beberapa bulan lagi.

***

Pernikahan Kontrak [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang