31. Gara-gara Ice Cream

633 10 0
                                    

Setelah Oliv pergi, suasana rumah Reza memburuk. Begitupula dengan hubungannya dengan Manda. Perempuan itu enggan untuk bertemu Reza apalagi jika harus tidur bersama suaminya itu.

Mau tak mau, Reza harus menunggu sampai Manda tertidur pulas agar bisa tidur bersama perempuan itu. Memang agak aneh, tapi mau bagaimana lagi, Manda terus mengajaknya bertengkar jika berhadapan dengannya.

Dengan pelan, Reza menaiki kasur dimana Manda tengah tidur di atasnya. Mata pria itu terus menatap wajah damai Manda yang begitu dia rindukan. Gue capek berantem sama lo mulu!

Di tengah kegiatannya memperhatikan Manda, tiba-tiba perempuan itu terbangun dari tidurnya. Manda langsung mendorong tubuh Reza ketika melihat suaminya itu tidur di sisinya. "Ngapain lo disini!"

"Gue mau tidur," jawab Reza dengan setengah teriak.

"Tidur di kamar lo sana. Jangan di sini!"

"Kenapa lo jadi ngatur-ngatur gue gini sih! Gue capek ya berantem mulu sama lo!"

"Ya udah, kalau lo capek kita cerai aja!"

Sudah sejak lama Manda berpikir untuk cerai dengan Reza. Dia takut anaknya tidak ada yang menjaga setelah Oliv meninggal. Ya walaupun dia juga masih bingung bagaimana caranya agar bisa hidup bersama sang anak nantinya.

Sebelum membalas ucapan Manda, Reza menyeringai yang membuat istrinya sedikit ketakutan. "Lo pikir, lo bisa cerai sama gue?"

Dahi Manda mengerut setelah mendengar ucapan Reza. "Maksud lo?"

"Lo nggak bakal bisa cerai sama gue, Man."

"Tapi ... ."

"Tapi apa? Masalah perjanjian itu? Emangnya ada buktinya?"

Manda benar-benar merasa terjebak sekarang, dia tidak pernah berpikir bahwa Reza akan mengatakan hal tersebut padanya. Pernikahan Kontrak yang pria itu katakan semuanya adalah kebohongan.

"Mending lo nikmatin aja hidup bareng gue selamanya, sampai gue capek sama lo," lanjut Reza sembari kembali berbaring di kasur Manda. Kedua tangan pria itu ke belakang menjadi bantalan untuk kepalanya.

Detak jantung Manda berhenti sejenak setelah mendengar ucapan dari Reza, suaminya itu benar-benar tidak bisa ditebak dan Manda harus mencari cara untuk pergi darinya.

Tangan Reza perlahan menarik lengan Manda untuk ikut tidur bersamanya. Dengan pasrah, Manda menidurkan dirinya dan tangan Reza merangkulnya dari samping.

Kecupan hangat pria itu layangkan di dahi Manda sebelum akhirnya tertidur pulas.

***

Kehidupan Manda mulai berubah sejak itu, Reza lebih perhatian padanya bahkan posesif pada perempuan itu. Penjaganya pun bertambah bukan hanya Arni melainkan ada beberapa orang lagi yang terdiri dari dua orang perempuan dan dua orang laki-laki.

"Bisa nggak sih, nggak usah ngikutin gue gini!" tegur Manda karena sejak tadi pengawalnya terus mengikutinya dari belakang padahal dia hanya berjalan di taman belakang rumah.

"Maaf, Bu. Tapi, ini perintah Pak Reza."

Mendengar panggilan yang dilayangkan penjaganya itu, Manda langsung menoleh dengan wajah kesal. "Jangan panggil gue Ibu. Gue nggak setua itu!"

Manda langsung cemberut dan pergi masuk ke dalam rumah. Dia menceritakan semuanya ada Reza melalui panggilan telepon. Entah kenapa, dia begitu sensitif sekarang padahal kehamilannya sudah cukup besar.

"Dia manggil gue ibu, gue nggak suka!"

Rengekan Manda layaknya sebuah nyanyian di telinga Reza saat ini. Sebelumnya, pria itu tengah pusing memikirkan pekerjaan. Namun, sekarang semua penatnya hilang.

"Iya, nanti gue kasih hukuman ya dianya."

"Iya, harus pokoknya!"

"Iya. Lo lagi ngapain di rumah."

"Nggak ngapa-ngapain."

"Terus, mau titip apa entar pas gue balik."

"Apa ya?" Manda terdiam sejenak memikirkan apa yang ingin dia beli. Reza sudah berjanji akan membelikannya sesuatu setiap pulang bekerja. Makanya, Manda begitu semangat jika menunggu suaminya pulang dari bekerja. "Hmm, gue mau ice Cream!" jawab Manda dengan semangat. Sayangnya, keinginannya itu langsung ditolak mentah-mentah oleh sang suami.

"Nggak, kalau es Cream nggak boleh!"

Manda bersiap untuk menangis setelah mendapatkan penolakan dari suaminya. Dia benar-benar ingin memakan ice cream sekarang. "Gue mau ice cream. Pokoknya ice cream. Kalau nggak, lo nggak usah balik ke rumah!"

Seperti biasa, Manda akan mematikan panggilan terlebih dahulu tanpa menunggu balasan dari Reza. Perempuan itu tengah kesal sekarang. Namun, Reza tidak mau istrinya sakit dengan memakan ice cream malam-malam.

***

Tepat pukul delapan malam, Reza sampai ke rumahnya dengan badan penuh letih. Saat tengah mencoba untuk membuka pintu rumahnya, pintu itu tidak bisa terbuka dan membuat Reza kebingungan. "Loh, kenapa nggak bisa dibuka."

Tentu Reza panik sekarang, biasanya pintu itu akan terbuka hingga pukul 10 malam. Dia juga tidak membawa kunci rumahnya sehingga membuatnya tidak bisa masuk ke dalam.

Ketukan demi ketukan pria itu layangkan pada pintu berbahan kayu jati tersebut agar ada yang bisa membukakannya pintu.

Setelah cukup lama tak mendapat jawaban, Reza menyadari suatu hal yaitu ucapan istrinya yang mengatakan bahwa dia tidak boleh pulang ke rumah jika tidak membawa ice Cream.

Reza bergegas untuk menghubungi istrinya dan langsung diangkat oleh perempuan itu. "Lo dimana? Kenapa pintu rumah dikunci?"

"Di rumah kok," jawab Manda dengan santai. Perempuan itu tengah sibuk tiduran di kamarnya dan memang benar, dia yang menyuruh orang rumah untuk mengunci pintu agar Reza tidak bisa masuk ke dalam.

"Terus, kenapa ini pintu dikunci!"

"Lo bawa ice cream nggak? Kalau bawa lo bisa masuk, kalau enggak ya tidur aja di luar."

"Lo gila ya, Man. Cuman gara-gara ice cream, lo nyuruh gue tidur di luar!"

"Ya kan gue cuman minta ice cream, nggak minta yang aneh-aneh!"

Karena tidak mau berdebat lagi, Reza akhirnya mengalah dengan membeli ice cream yang istrinya inginkan.

"Ya udah, gue beliin."

"Nah gitu dong!"

Manda bersorak kegirangan setelah Reza mau membelikannya ice cream. Dia segera berlari ke lantai dasar dan menunggu Reza kembali di depan pintu rumah mereka.

Tak lama kemudian, Reza datang dengan sekresek ice cream di tangannya. Manda yang melihat hal itu langsung merebut apa yang suaminya bawa dan bergegas masuk ke dalam rumah bahkan sampai ke kamarnya.

"Man, jangan semua dimakan!" tegur Reza sembari berlari mengejar Manda dari belakang.

Sesampai di kamar, Manda langsung membuka salah satu ice cream yang Reza belikan dan memakannya. Sang suami yang baru saja masuk kemudian merebut ice cream lain yang tersisa.

"Ar, bawa ice cream ini ke kulkas!"

Reza segera memberikan kresek berisi ice cream kepada Arni yang sejak tadi berada di kamar Manda. Sesuai perintah, perempuan itu segera pergi ke dapur untuk menyimpan ice cream milik Manda dan meninggalkan Reza bersama istrinya di dalam kamar berduaan.

Melihat Manda menikmati makanannya membuat Reza tanpa sadar tersenyum. Dia ingin istrinya terus bahagia bersamanya. Ya walaupun mereka sering bertengkar. Namun, tidak boleh ada perpisahan di antara mereka.

***

Pernikahan Kontrak [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang