12. Jalan-jalan

200 10 1
                                    

Mal yang cukup besar itu menjadi tujuan Manda, Reza dan Oliv. Bukan hanya mereka bertiga yang pergi melainkan ada beberapa orang lainnya termasuk Arni, Manda menolak untuk ikut jika penjaganya itu tidak turut ikut.

Manda dan Arni berjalan berdampingan sembari menautkan tangan seperti anak kembar. Di hadapan mereka, Reza dan Oliv malah asyik berduaan.

"Mereka serasi ya, Ar," ucap Manda sembari menatap sepasang suami istri di hadapannya.

Arni menoleh ke arah Manda dan tersenyum kecil. "Hmm, menurut saya sih enggak."

"Loh, kenapa?" tanya Manda sembari menatap balik Arni.

"Mereka nikah karena perjodohan, bukan karena cinta. Terus, tiba-tiba Ibu Oliv nggak bisa hamil. Hmm, kayanya nggak ada alasan buat Pak Reza menyukai istrinya lagi."

Manda mengangguk paham. Namun juga, menolak ucapan penjaganya itu. "Emang apa hubungannya? Nggak bisa hamil sama menyayangi istri?"

"Kalau memang Pak Reza sayang sama Ibu Oliv, sikapnya nggak bakal begitu. Mbak perhatiin sendiri deh."

Arni menatap lurus ke hadapannya dan Manda mengikuti penjaganya itu. Memang benar, bahwa Oliv terlihat begitu menyukai Reza. Terlihat dari gerak geriknya.

Sepanjang jalan, Oliv sibuk mengajak Reza berbincang dan melempar senyuman manisnya kepada suaminya itu. Namun, Reza hanya menjawab seadanya tanpa menoleh ke arah Oliv.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba Reza menghentikan langkahnya dan membuat Manda menabrak punggung pria itu. "Ngapain berenti sih!" bentak Manda sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Reza membalik tubuhnya dan menatap ke arah Manda. "Katanya lo mau beli ponsel, tuh beli di situ aja."

Reza menunjuk sebuah toko ponsel yang ada di hadapan mereka dan mengajak Manda untuk masuk ke sana.

Tanpa peduli dengan Oliv, Reza menarik paksa Manda dan membuat perempuan itu kebingungan. "Arni!" teriak Manda memanggil nama penjaganya tersebut.

Arni bingung dan menatap dalam ke arah Oliv yang masih terdiam di tempatnya. "Ayo, Bu. Kita ikutin Pak Reza dan Mbak Manda," ajak Arni yang membuat Oliv menatap ke arahnya.

Sedari tadi, Oliv sibuk menatap Reza dan Manda yang meninggalkan dia. "Ya udah, yuk."

Kedua perempuan itu berjalan menuju toko ponsel yang di masuki oleh Manda dan Reza. Di belakang mereka dua orang pengawal ikut masuk dan menjaga mereka.

"Lo mau ponsel yang mana?" tanya Reza sembari menatap deretan ponsel yang tersedia.

Manda yang berdiri di sisinya terlihat tidak tertarik dengan pertanyaan pria itu. Karena tidak mendapatkan jawaban, Reza menoleh ke arah Manda dan menatap tajam ke arah perempuan itu.

"Jangan bikin gue emosi ya, lo bilang mau beli ponsel!" bentak Reza yang langsung menjadi pusat perhatian seisi toko tersebut.

Oliv yang berdiri tak jauh darinya kemudian berjalan ke arah suaminya itu dan memegang lengan Reza dengan lembut. "Jangan marah-marah, Mas."

Kini perhatian Oliv beralih ke Manda yang masih enggan menatap ke arahnya. "Kamu mau yang mana, Man?" tanya Oliv yang berhasil membuat perempuan itu menoleh ke arahnya.

"Terserah," jawab Manda singkat sembari berjalan ke arah Arni.

"Kamu nggak pa-pa, Mbak?" tanya Arni kepada Manda yang langsung di balas dengan gelengan.

"Nggak, aku nggak pa-pa kok."

Manda menatap keluar toko tersebut dan melihat ada sebuah toko es krim di seberang toko yang dia masuki. "Ar, kita beli es yuk," ajak Manda dengan semangat.

"Tapi, Mbak...."

"Ayuk!" ajak Manda lagi dengan memotong ucapan Arni.

Perempuan itu kemudian menarik tangan Arni dan membawanya ke toko es krim. Mata Manda kemudian memperhatikan satu per-satu rasa es krim yang ada. "Enakan yang mana ya?" tanya Manda sembari menaruh telunjuknya di bibir.

"Kamu mau yang mana?" tanya Manda sembari menoleh ke arah Arni yang berdiri di sisinya.

"Nggak usah, Mbak. Saya nggak usah, Mbak aja yang beli," tolak Arni dengan sopan.

"Ih, kenapa sih? Nggak dibolehin Reza? Nggak usah mikirin dia, kan aku yang bayarin," ucap Manda dengan bangga.

Matanya kemudian menatap ke arah seorang pengawal yang ternyata mengikutinya. "Mas Sandi mau rasa apa?" tanya Manda yang langsung membuat Sandi terkejut.

Pria yang sudah mengawal Manda beberapa bulan ini kemudian tersenyum canggung ke arah Manda. "Nggak usah, Mbak. Terima kasih."

"Ih, kalian kenapa sih! Nggak suka es krim? Temenin aku makan kek!" omel Manda dengan suara seperti anak kecil.

Arni yang berada di sisinya kemudian menahan gerakan perempuan itu. "Duh, Mbak. Malu diliatin orang," bisik Arni yang langsung membuat Manda menatap sekelilingnya.

"Ya udah, kalian tetep harus makan es krim ya. Temenin aku makan."

Manda akhirnya memesan tiga cup es krim dan meminta penjaga juga pengawal pribadinya itu untuk ikut makan bersamanya. Setelah mendapat meja kosong, ketiga orang itu duduk dan memakan es krim yang Manda pesan.

Sembari asyik memakan es krim, ketiganya membicarakan banyak hal dan melupakan Reza juga Oliv yang masih ada di toko ponsel.

Tak lama, Sandi mendapat sebuah pesan dan langsung membalasnya. Tidak butuh waktu lama, Reza dan Oliv juga seorang pengawal lain yang bernama Wahyu kemudian datang dan berdiri di hadapan meja ketiga orang itu.

Manda menatap tajam ke arah Reza yang sudah bersiap duduk di kursi Sandi. Penjaga dan pengawal pribadinya itu sudah berdiri untuk memberi kursi pada Reza juga Oliv.

"Lo nggak liat, Mas Sandi lagi makan es krim!" ucap Manda dengan nada yang cukup tinggi. "Cari kursi kosong sana, jangan malah ngambil kursi orang. Nggak sopan!"

Reza yang mendapat penolakan tersebut kemudian mengalah dan memilih untuk duduk di meja lain yang kosong. Dari meja tersebut, Reza dapat melihat Manda yang tengah asyik berbincang dengan bawahannya. Sama orang lain baik banget. Lah sama gue, jahat banget, omel Reza di dalam hati.

Memang, sikap Manda kepada Reza terasa begitu menyebalkan. Namun, entah kenapa hal itu malah menjadi sesuatu yang menarik di dalam diri Manda dan bisa dibilang, itulah yang Reza sukai dari Manda.

Setelah cukup lama berada di mal, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah sekitar pukul tujuh malam. Mereka hanya pergi makan dan berbelanja beberapa barang.

Sesampai di rumah, Manda bergegas masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Badannya benar-benar terasa pegal dan dia ingin beristirahat.

Saat kesadarannya mulai hilang, perempuan itu dikejutkan dengan suara pintu yang ditutup begitu kencang. Manda langsung terbangun dari tidurnya dan menatap pintu kamarnya.

Di sana, Reza terlihat tengah menertawakan Manda dan perlahan berjalan mendekat ke arah perempuan itu.

"Bego ya lo! Gue kaget!" omel Manda dengan mata yang memerah karena sempat tertidur.

"Lagian, kenapa lo nggak mandi dulu. Malah langsung mau tidur," bela Reza yang langsung membuat Manda mendengus kesal.

"Gue capek!" tegas Manda lagi. Namun, tiba-tiba Reza menyodorkan sebuah paper bag ke hadapan perempuan itu. "Apaan nih?" tanya Manda dengan dahi mengerut.

"Ponsel buat lo," jawab Reza singkat.

Paper bag itu kemudian diterima oleh Manda dan diintip sebentar oleh perempuan itu. Dengan canggung perempuan itu kemudian berterima kasih kepada Reza.

"Thank you, ya."

Reza mengangguk pelan dan mengelus lembut kepala Manda. "Dipake baik-baik, jangan buat hal yang nggak berguna."

"Iya, iya. Bawel banget sih lo!"

Reza tertawa kecil mendengar balasan dari Manda. Pria itu kemudian berdiri dari duduknya. "Ya udah, gue balik ke kamar dulu."

"Iya."

***

Pernikahan Kontrak [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang