18. Pernikahan

278 6 1
                                    

Setiap hari, Manda hanya bisa termenung sembari menunggu hari pernikahannya tiba. Dia benar-benar tidak tau kapan acara itu akan digelar karena Reza tidak memberitahunya.

Sesuai ucapan pria itu, Manda dikurung tanpa bisa kemana-mana. Makan saja, perempuan itu harus lakukan di dalam kamar. Walau dipenuhi dengan fasilitas terbaik. Namun tetap saja, kebebasan adalah hal yang Manda inginkan sekarang.

Dari balik jendela, Manda menatap jauh ke arah jalan besar tepat depan rumah Reza. Terpantau dari mata perempuan itu bahwa jalanan tersebut amat ramai dipenuhi orang-orang berkendara. Sayangnya, dia tidak bisa mendengar keramaian tersebut dari kamarnya yang kedap suara.

Mereka lagi bicarain apa ya? tanya Manda di dalam hati sembari memperhatikan sepasang kekasih yang tengah asyik berbincang di atas motor mereka.

Jujur dia iri dengan sepasang kekasih yang masih menggunakan seragam SMA tersebut, Manda menginginkan hubungan baik dengan Reza seperti sepasang kekasih yang dia lihat. Selama ini dia tidak pernah memiliki hubungan spesial pada pria manapun. Namun nyatanya, sebentar lagi dia akan menjadi istri Reza.

Gue baru sadar, kalau nunggu itu nggak enak banget, ucap Manda di dalam hati sembari tanpa sadar melamun.

Tak lama kemudian sebuah suara terdengar dari arah pintu Kamar Manda dan membuat lamunan perempuan itu memudar. Masih di tempat yang sama, matanya memperhatikan Arni yang baru saja masuk. Di tangan perempuan itu, ada sebuah nampan berisi makan malamnya. "Silakan makan, Mbak."

Manda hanya tersenyum kecil tanpa membuat pergerakan. Dia merasa tidak berselera untuk makan, walau makanan yang pembantu Reza bawakan itu pasti sangatlah enak.

Melihat sikap Manda yang berubah, Arni segera mendekatinya setelah menaruh nampan yang dia bawa ke atas kasur kamar Manda. "Mbak, nggak pa-pa?" tanya perempuan itu yang langsung mendapat perhatian penuh dari Manda.

"Nggak pa-pa kok."

Senyuman kecut Arni lukis di wajahnya. Dia tau bahwa Manda tidak baik-baik saja. Namun, perempuan itu terus menutupinya.

Arni mulai memutar otaknya untuk membuat perasaan Manda membaik. Perempuan itu mulai mengingat-ingat sesuatu yang bisa dia sampaikan pada Manda dan akhirnya dia dapat. "Saya dengar-dengar, pernikahan Mbak dan Pak Reza akan dilaksanakan tanggal 15, Mbak."

Seketika wajah Manda terangkat, menatap Arni yang masih berdiri di sisinya. "Tanggal 15?"

Manda tertarik dengan apa yang Arni sampaikan bahkan raut wajah perempuan itu terlihat lebih segar dari sebelumnya. Setidaknya, apa yang dia tunggu akan segera berakhir dan Manda dapat beraktivitas seperti biasanya.

"Iya, Mbak. Saya nggak sengaja dengar pembicaraan Pak Reza dan Ibu Oliv. Katanya, minggu depan kalian akan menikah."

Dengan semangat, Manda menandai tanggal yang dimaksud oleh Arni pada ponselnya agar tak lupa. Kini, dia hanya harus menunggu satu minggu lagi dan semuanya akan berakhir saat itu juga.

"Makasih ya, infonya, Ar."

"Iya, Mbak sama-sama."

***

Hari demi hari Manda lewati dengan semangat. Tak terasa, waktu dimana perempuan itu akan pun menikah tiba.

Tidak ada persiapan yang berarti untuk acara spesial tersebut. Semalam, Reza hanya memberikan sebuah kotak berisi gaun sederhana untuk perempuan itu gunakan saat pernikahan mereka.

Gaun itu jauh lebih sederhana dari gaun perpisahan milik Manda dan membuat perasaan perempuan itu merasa sedikit aneh. Kenapa gue kecewa gini sih!

Pernikahan Kontrak [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang