Satu minggu setelah Bara meninggal, sikap Manda berubah cukup banyak. Perempuan itu menjadi lebih banyak diam dan menarik diri dari sekitarnya. Dia bahkan tidak mau bersekolah dalam beberapa hari ini. Namun, Reza memaklumi apa yang perempuan itu inginkan walau harus meminta izin pada sekolah Manda mengenai ketidakhadirannya.
"Maaf ya, Pak. Manda belum bisa turun sekolah," ucap Reza setelah menjabat tangan kepala sekolah Manda.
Kepala sekolah yang bernama Aryo itu kemudian menepuk lengan atas Reza beberapa kali seakan mencoba akrab pada pria tersebut.
"Nggak pa-pa, saya paham kok bagaimana perasaan Manda sekarang. Pokoknya kalau dia belum mau masuk sekolah nggak pa-pa, nggak usah dipaksa lagi pula dia sudah menyelesaikan ujiannya dan tinggal menunggu hari kelulusan."
Dengan canggung, Reza tersenyum kaku ke arah Pak Aryo. Dia amat bersyukur karena beliau adalah sahabat Ayah Reza sewaktu sekolah dulu sehingga pria itu dapat meminta bantuan beliau mengenai Manda walaupun dia harus berbohong mengenai status perempuan itu.
Reza mengatakan bahwa Manda adalah sepupunya padahal perempuan itu tidak sedarah dengannya bahkan Manda adalah calon istri keduanya.
"Iya, Pak. Sekali lagi makasih ya."
"Iya, Za. Sama-sama."
Satu masalah kini telah Reza selesaikan, Manda memang selalu berhasil membuatnya gelabakan karena tingkah anehnya. Mau tak mau dia harus kuat menjalani kehidupan bersama perempuan itu.
Saat tengah berjalan keluar dari sekolah Manda, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Reza. Dengan wajah yang sedikit bingung, Reza mengangkat panggilan dari istrinya itu.
"Halo," sapa Reza saat panggilan tersebut dia angkat. Tangan kirinya dia masukkan ke dalam saku celana sembari memperhatikan sekeliling sekolah Manda yang cukup sepi karena masih jam belajar.
"Mas, besok aku pulang dari Jepang. Kamu mau titip sesuatu?" tanya istri Reza yang bernama Oliv.
Oliv memang tengah liburan ke Jepang bersama dengan teman-temannya. Reza tentu tak berminat untuk ikut. Namun, dialah yang memberi uang pada istrinya itu untuk dia gunakan selama liburan.
"Nggak, aku nggak butuh apa-apa."
"Ya udah kalau gitu, besok kamu jadi kan jemput aku di bandara?" tanya Oliv lagi yang malah membuat raut wajah Reza berubah bingung.
"Sorry, aku nggak bisa jemput. Besok ada rapat."
Jelas, Reza berbohong pada istrinya. Besok dia tidak akan melakukan apa-apa. Dia hanya malas menjemput istrinya itu.
"Ya udah deh, kalau gitu," balas Oliv dengan suara yang terdengar lebih rendah dari sebelumnya. Tentu, Reza memahami perasaan istrinya saat ini karena sudah nyaris lima tahun mereka menikah.
Reza memutar otaknya untuk membuat perasaan sang istri membaik sehingga dia memutuskan untuk bertanya, "hmm, uang kamu masih ada?"
Ada jeda dalam waktu menjawab pertanyaan Reza itu, sepertinya Oliv tengah bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh suaminya itu. "Masih kok, Mas."
"Aku transfer lagi ya, kamu beli aja barang yang kamu mau di sana."
"Nggak usah, Mas. Aku masih ada uang kok."
"Nggak pa-pa, habis ini aku transfer ya."
"Iya, Mas. Makasih."
Tidak ada balasan yang keluar dari mulut Reza setelah istrinya itu mengatakan terima kasih.
Sebenarnya dia tidak mencintai Oliv dan menikahi perempuan itu hanya karena keluarganya yang meminta.
Selama keduanya menikah, mereka belum juga dikaruniai anak yang benar-benar diinginkan oleh Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kontrak [End]
عاطفيةPernikahan kontrak yang Reza dan Manda lakukan membuat mereka masuk ke dalam hubungan yang cukup rumit, apalagi saat itu Reza masih berstatus sebagai suami sah Oliv yang berarti Manda menjadi istri kedua pria tersebut. Kecemburuan terasa di benak Ol...