29. Hamil

641 12 0
                                    

Siapa sangka bahwa Manda langsung hamil setelah insiden bulan madu waktu itu. Matanya masih terpaku melihat hasil pemeriksaan yang baru saja dia dapat beberapa menit lalu.

Memang, dalam beberapa hari ini tubuhnya terasa begitu letih padahal tak banyak hal yang dia lakukan. Setelah berdiskusi cukup panjang dengan Arni, dia dan penjaganya itu memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

"Saya hamil, Dok?" tanya Manda dengan wajah tak percaya.

Dokter perempuan bernama Hani itu mengangguk pelan sembari tersenyum manis. "Iya, selamat ya."

Rasa pening di kepala Manda tiba-tiba muncul setelah mendapat ucapan selamat dari Dokter Hani. Dia benar-benar tak menyangka akan mendapat berita mengenai kehamilannya secepat ini.

"Bulan depan kamu bisa ke sini lagi ya, buat periksa kehamilan kamu. Sekarang, kandungan kamu sudah masuk minggu ke tiga."

Penjelasan dari Dokter Hani tak dipedulikan oleh Manda yang masih terpaku pada hasil pemeriksaannya. Arni yang memahami itu kemudian mengambil alih untuk menjawab," baik, Dok. Terima kasih ya. "

Perempuan itu bangun dari duduknya dan mengajak Manda untuk melakukan hal yang sama. "Kami balik dulu ya, Dok."

"Iya, hati-hati di jalan ya."

Sepanjang perjalanan menuju parkiran, Arni menuntun Manda untuk berjalan. Nyawa perempuan itu seakan menghilang dari tubuhnya setelah mengetahui bahwa kini ada janin di dalam kandungan.

Saat keduanya tengah menunggu sopir menjemput mereka, Manda perlahan menoleh ke arah Arni yang sibuk memperhatikan sekitar. "Ar," panggil Manda dengan pelan.

Arni menoleh seraya bertanya, "Kenapa, Mbak?"

"Jangan kasih tau masalah ini ke Reza ya," pintanya. Manda ingin kehamilannya dirahasiakan karena kini kondisi rumah sedang kurang baik. Minggu lalu, dia baru mengetahui bahwa penyakit Oliv kembali datang bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Reza sebagai suami terus menemani perempuan itu untuk melakukan pengobatan dan Manda tidak mau mengganggu mereka.

"Tapi, Mbak...."

"Ar, kamu tau kan, Mbak Oliv lagi sakit. Kalau aku ngasih tau, aku hamil. Nanti Reza malah nggak peduli sama dia lagi."

Memang benar ucapan Manda, karena sebenarnya pria itu enggan untuk mengurus Oliv. Namun, Manda terus memaksanya sehingga Reza mau untuk menemani Oliv sepanjang waktu.

Arni mengangguk pelan meng-ia-kan keinginan Manda.

Tak lama kemudian, mobil putih yang biasa Manda dan Arni gunakan datang menjemput mereka dengan sopir pribadi yang menjalankan. Saat pintu terbuka, Manda terlebih dahulu masuk dituntun oleh Arni dan setelahnya perempuan itu ikut masuk.

Di tengah perjalanan, Manda meminta untuk berhenti di sebuah minimarket. "Pak, berenti di depan ya. Saya mau beli sesuatu."

"Baik, Mbak."

Manda dan Arni turun dari mobil. Mereka segera masuk ke dalam minimarket tersebut dan membeli beberapa makanan. Iya, makanan. Entah kenapa Manda tiba-tiba ingin membeli beberapa makanan manis juga susu ibu hamil untuknya sesuai instruksi Dokter Hani.

"Mau yang rasa apa, Mbak?" tanya Arni setelah mereka sampai di rak per-susu-an.

Satu persatu kotak susu ibu hamil, Manda baca. Dia baru tau bahwa merek susu ibu hamil cukup banyak, rasanya pun beragam.

"Mau rasa stroberi aja deh," jawab Manda setelah yakin dengan rasa susu yang ingin dia beli.

Arni mengambil kotak susu yang diinginkan Manda dan beralih pergi ke rak lain.

Cukup lama keduanya berada di dalam minimarket, mereka juga membeli cukup banyak makanan untuk ditaruh di kamar.

"Sudah selesai kan, Mbak?" tanya Arni sembari mendorong troli berisi makanan juga minuman untuk istri majikannya itu.

"Udah kok."

Setelah selesai berbelanja, keduanya langsung pulang ke rumah. Suasana di rumah sangat sepi, sepertinya Reza belum pulang dari menemani Oliv melakukan kemoterapi.

Saat kedua perempuan itu menaiki tangan, suara pintu terbuka membuat mereka spontan menoleh ke belakang. Manda melihat sosok Reza baru saja masuk sembari mendorong kursi roda yang diduduki oleh Oliv.

Manda kembali turun dari tangga guna menyapa kedua orang tersebut. "Hai, Za, Mbak."

Oliv terlebih dahulu sadar akan kedatangan Manda dan membalas sapaan perempuan itu. "Hai, Man. Kamu dari mana?"

Dengan spontan, Manda memperhatikan pakaiannya. Memang agak berbeda dari biasanya, wajar jika Oliv bertanya akan hal itu. "Abis dari minimarket, Mbak."

"Oh gitu."

"Iya, Mbak. Oh iya, gimana kemoterapi tadi?"

"Lancar kok."

"Syukurlah. Semoga cepat sembuh ya, Mbak."

"Amin. Makasih ya."

"Iya, Mbak."

Hanya Manda dan Oliv yang asyik berbincang. Reza tidak tertarik untuk melakukannya. Pria itu hanya memperhatikan kedua istrinya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Perlahan, Reza mendorong kursi roda milik Oliv dan membawa istri pertanyaan itu pergi ke kamar dengan menggunakan lift. Manda melihat semuanya dengan hati yang sedikit resah. Harusnya, dia memahami keadaan Oliv sekarang. Namun, tetap saja dia merasa cemburu.

"Mbak."

Tepukan pelan terasa di bahu Manda yang tengah sibuk melamun, pelakunya tidak lain ialah Arni yang sedari tadi memperhatikannya dari kejauhan.

"Yuk, kita ke kamar."

Manda mengangguk pelan dan mengikuti Arni dari belakang. Sesampai di kamar, Manda langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan Arni sibuk menata makanan yang mereka beli di atas meja.

Tanpa butuh waktu lama, Manda tertidur pulas tanpa mengganti pakaiannya.

Selama tidur, Manda beberapa kali membalik tubuhnya untuk mencari posisi yang lebih enak. Sayangnya, dia tidak menemukan hal itu dan langsung bangun dari tidurnya. "Kenapa gue nggak bisa tidur gini sih!" omel Manda pada dirinya sendiri.

Matanya menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul sembilan malam dan Arni tidak ada di kamarnya, biasanya perempuan itu sibuk di dapur dan akan datang pukul 10 malam.

Mengisi kebosanan, Manda menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel sembari masih berbaring. Dia pikir setelah lelah nanti akan bisa langsung tidur.

Di tengah kegiatannya itu, tiba-tiba dia mendengar suara pintu kamarnya terbuka. "Ar," panggil Manda yang mengira orang tersebut adalah Arni, penjaganya.

Tidak ada jawaban dari orang tersebut sehingga Manda bangun dari tidurnya dan mendudukkan dirinya di atas kasur.

Matanya terpaku saat melihat Reza sudah ada di hadapannya. Pria itu berjalan mendekat sembari membuka bajunya. Manda tentu terkejut akan apa yang suaminya lakukan apalagi setelah Reza perlahan mendorong tubuhnya untuk kembali tidur.

Kini, wajah Reza tepat di hadapannya. Tangannya bertumpu untuk menahan tubuhnya agar tidak menimpa sang istri.

"Lo mau ngapain, Za!" bentak Manda dengan gemuruh di dadanya. Dia tengah hamil dan tak mungkin melakukan 'itu' lagi.

"Lo pasti tau gue mau ngapain," jawab Reza sembari mencoba untuk mencium Manda. Namun, perempuan itu langsung menolak dengan mendorong kasar tubuh sang suami sembari bangun dari tidurnya.

Reza tentu kaget dengan perlakuan Manda apalagi setelah melihat wajah istrinya yang ketakutan.

"Nggak, nggak bisa. Gue nggak bisa lakuin itu lagi!"

"Kenapa? Gue nggak bakal kasar kok. Lo tenang aja."

"Bukan masalah itu!"

"Terus kenapa? Kenapa, Man!"

Karena terus didesak oleh sang suami, Manda pun memutuskan untuk jujur. "Gue hamil, Za. Gue hamil. Kita nggak bisa ngelakuin itu lagi, gue takut bayi gue kenapa-kenapa!"

***

Pernikahan Kontrak [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang