Sebuah saran yang tiba-tiba keluar dari mulut Dokter Tama, membuat suasana di kamar Oliv terasa canggung. Perempuan itu terdiam sejenak saat mendengar saran agar suaminya pergi berbulan madu dengan Manda.
Walau sudah ikhlas dengan keputusan Reza untuk menikah lagi, Oliv tentu berhak untuk merasa cemburu dengan apa yang Manda dapatkan sekarang ini.
Dari kejauhan, Manda memperhatikan raut wajah Oliv yang berubah. Dia ingin menyela ucapan Dokter Tama tersebut. Namun, entah bagaimana mulutnya terasa tak dapat berucap.
"Gimana saran gue?" ucap Dokter Tama pada Reza yang tengah tiduran di atas kasur besar miliknya dan Oliv.
"Gue pikirin nanti deh, sembuh aja belum. Yakali gue mikirin honeymoon!"
"Emang salah buat mikirin hal itu? Gue yakin kalian belum ngapa-ngapain kan?"
Mata Dokter Tama beralih menatap wajah Manda yang tiba-tiba merasa malu akan ucapan yang terlontar dari sahabat Reza tersebut. Menyadari ucapannya benar, Dokter Tama kembali berbicara. "Benar kan, kata gue," ucapnya bangga.
"Terserah lo deh," balas Reza mengalah. "Lagian, ngapain lo masih di sini sih. Pulang gih!"
Reza benar-benar berniat untuk mengusir sahabatnya itu, karena Dokter Tama suasana kamarnya terasa kurang enak. Apalagi, setelah pria itu menggodanya dengan saran melakukan honeymoon bersama Manda.
Jujur, Reza ingin melakukannya. Namun, karena kesibukannya yang begitu mengganggu belakangan ini. Reza melupakan semuanya bahkan malam pertamanya dengan istri keduanya itu.
"Oke, oke. Gue diusir nih? Ya udah deh, gue balik ya. Semoga cepat sembuh."
Dokter Tama berjalan keluar dari kamar Oliv ditemani dengan Arni yang langsung meninggalkan Manda bersama dengan Reza dan Oliv. Setelah ditinggal Arni, ketiga orang itu saling terdiam.
Merasa tak enak mengganggu waktu Oliv dan Reza, Manda berinisiatif untuk keluar dari kamar kedua orang tersebut. "Hmm, gue balik ke kamar dulu ya."
Sebelum melangkah pergi, suara Reza menahan Manda. "Man," panggil pria itu yang kembali membuat Manda membalik tubuhnya.
"Iya?" jawab Manda singkat sembari menunggu suaminya itu kembali berbicara.
"Lo bisa nggak ikut tidur di sini?" tanya Reza yang membuat Manda terkejut. Bisa-bisanya pria itu meminta Manda untuk tidur bersamanya. Ya walaupun kasur yang digunakan Reza cukup luas untuk tiga orang. Namun, Manda merasa hal itu tidaklah benar.
"Nggak, gue nggak mau. Sekarang kan jadwal lo tidur sama Mbak Oliv. Gue nggak mau ganggu kalian. Gue balik ya."
Manda bergegas keluar dari kamar Oliv tanpa menunggu jawaban dari Reza. Perasaannya menjadi campur aduk sekarang. Ada gelisah di benaknya dan entah apa alasannya.
Sesampai di kamar, Manda mendudukkan dirinya di sisi kasur. Tatapannya terlihat kosong sembari meresap perasaannya yang benar-benar aneh. Apa gue cemburu?
Lagi-lagi hanya alasan itu yang mungkin membuat perasaannya gundah. Setiap kali melihat Oliv bersama Reza, perasaan itu muncul padahal Manda tidak berhak untuk merasakan hal tersebut. Walaupun dia sudah menjadi istri Reza.
Perlahan, Manda merebahkan tubuhnya. Membiarkan kakinya menggantung begitu saja. Langit-langit kamar perempuan itu menjadi salah satu spot paling menarik untuk dia tatap jika tengah merasa kurang baik.
Ketika tengah melamun, tiba-tiba saja pintu kamar Manda terbuka dan perempuan itu dengan spontan bangun dari tidurnya. Dia melihat sosok Arni yang baru saja masuk sembari membawa kasur lipat seperti biasanya.
"Loh, belum tidur, Mbak?" tanya Arni dengan wajah yang sedikit terkejut.
Manda memalingkan wajahnya dan matanya menatap jam dinding yang berada di kamar tersebut. Sudah jam 12 ternyata, ucapnya di dalam hati. Biasanya, Manda akan tidur pada pukul 10. Namun, karena Reza sakit, perempuan itu malah memundurkan waktu tidurnya hingga sekarang bahkan kini dia tidak mengantuk sedikitpun.
"Bentar lagi tidur kok," jawab Manda singkat yang membuat Arni mengangguk paham. Perempuan itu kemudian sibuk menata kasur yang akan dia tiduri dan Manda memperhatikannya dengan saksama.
Setelah selesai, Arni segera merebahkan tubuhnya dan terkejutnya dia saat melihat Manda masih setia duduk di atas kasur. "Loh, katanya mau tidur, Mbak?" tanya perempuan itu.
"Iya, tapi aku belum ngantuk."
Arni kembali bangun dari tidurnya dan ikut duduk di sisi Manda. Tangan perempuan itu perlahan mengusap punggung istri majikannya itu agar perasaan Manda sedikit membaik.
"Ada yang lagi Mbak pikirin ya?" tanya Arni lagi yang langsung dijawab anggukan oleh Manda. "Tentang bulan madu?"
Wajah Manda menoleh dengan cepat, dia cukup terkejut karena Arni memahami apa yang tengah dia pikirkan sekarang. "Kok kamu tau?"
Arni tersenyum kecil menanggapi pertanyaan dari Manda. "Kalau saya di posisi Mbak, pasti saya kepikiran juga. Tapi, mau gimana pun Mbak dan Pak Reza pasti akan melakukannya."
"Melakukan?" Dahi Manda mengerut saat bertanya, dia benar-benar bingung maksud ucapan Arni.
"Iya, seperti yang Mbak pernah ceritain. Kalau pernikahan kalian itu pernikahan kontrak untuk mendapatkan anak. Mau nggak mau Mbak harus tidur sama Pak Reza kan."
Manda mengangguk pelan, dia lupa sudah memberitahu Arni mengenai pernikahannya dan sepertinya perempuan itu paham kondisinya saat ini.
"Saya tau, Mbak pasti belum siap kan?" lanjut Arni yang membuat Manda mengangguk pelan. "Sekarang, semuanya keputusan ada di tangan Mbak. Kapan Mbak mau melakukannya dan juga mengandung anak Pak Reza."
Ucapan Arni begitu bijak menurut Manda sehingga terus menerus terbayang di benak perempuan itu hingga membuatnya susah tidur. Padahal kini, penjaganya itu sudah tidur pulas di tempatnya sendiri.
Manda menggeser tubuhnya agar dapat memperhatikan Arni yang tidur di bawah dengan menggunakan kasur lipat. Merasa bahwa penjaganya itu sudah sepenuhnya tertidur. Manda kemudian bangun dari tidurnya dan perlahan keluar dari kamar.
Tujuannya adalah dapur, dia ingin mengambil sebotol air untuk tenggorokannya yang terasa begitu kering.
Di tengah perjalanan menuju dapur, Manda tak sengaja bertemu dengan Reza. Walau sedikit terkejut, perempuan itu mencoba untuk tetap tenang. "Ngapain lo di sini?"
Reza mengangkat salah satu alisnya setelah mendengar pertanyaan Manda. "Ini rumah gue, terserah gue mau kemana."
Mendengar jawaban tersebut membuat Manda sedikit kesal, perempuan itu berbalik dan ingin pergi meninggalkan suaminya. Namun, tangan Reza menahan langkah perempuan itu. "Mau kemana lo?"
Manda menoleh dengan wajah datarnya. "Balik ke kamar." Walau sudah menjawab, tangan Reza masih setia menahan langkah kaki Manda. "Lepasin!"
Reza menghela napasnya karena melihat sikap Manda yang selalu menguji kesabarannya. "Minggu depan kita honeymoon selama seminggu, persiapin barang-barang lo sendiri. Gue nggak mau ada yang ketinggalan."
Setelah mengungkapkan waktu Honeymoon yang dia dan Manda akan lakukan, Reza melepas cengkeraman tangannya dan kembali berjalan menuju dapur. Dia meninggalkan Manda yang mematung karena terkejut akan ucapan suaminya itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kontrak [End]
RomancePernikahan kontrak yang Reza dan Manda lakukan membuat mereka masuk ke dalam hubungan yang cukup rumit, apalagi saat itu Reza masih berstatus sebagai suami sah Oliv yang berarti Manda menjadi istri kedua pria tersebut. Kecemburuan terasa di benak Ol...