Chapter 5 : "No Doubt it!"

1.5K 82 73
                                    

"AKKHHH!!! AKKHHH!!! ALVIN! STOP IT!!!" Interupsi wanita terdengar memekik manakala hentakan yang diciptakan oleh sang pria membuatnya kesakitan. Wanita itu berdiri setelah berposisi menungging sambil bertumpu pada sebuah meja.

Jangan terkejut jika hal ini selalu di dengar dalam ruang kerja yang berkedap suara milik Alvin Wilder, kali ini dia bermain dengan sekretarisnya.

"Ah! Kau payah!" Gerutu Alvin, ia lekas menarik kejantanannya yang masih terlihat menegak, Alvin yang masih kesal pun mendorong tubuh sekertaris nya yang masih dalam keadaan setengah telanjang. Wanita tersebut buru-buru merapikan pakaiannya. Sementara Alvin terus mengurut kejantanannya agar segera mencapai orgasmenya.

CEKLEKK

"Hei! Apa yang kau lakukan?"

"Ashh sial!" Alvin makin kesal, karena Damon harus menyaksikan dirinya melakukan pelepasannya.

"Ini bukan seperti yang kau pikirkan! Aku hanya butuh membuang sisa-sisa sperma ku, ini semua karena wanita payah ini!" Kilah Alvin seraya menoleh pada sekertaris nya

"Brengsek!" Kesal sang wanita lalu buru-buru keluar dari ruangan dengan raut wajah menahan malu.

"Jika kau memang terobsesi padaku! Kenapa tidak bilang?!" Damon terkekeh,

Sebenarnya Alvin juga menahan malu, namun, di balik rasa malu itu. Terselip kesenangan tersendiri yang dirasakan Alvin ketika melihat tawa renyah muncul di wajah Damon sahabatnya, seakan-akan Alvin tengah membuat lelucon yang bisa membuat sahabatnya bahagia melihatnya.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu sebelum masuk ke ruanganku?!" Tanyanya kesal, Alvin merapikan kembali setelan kerjanya setelah melakukan pelepasannya.

"Memangnya aku perlu melakukannya?" Datarnya.

"Kemana saja kau selama 1 minggu ini? Kau berhasil mendapatkan tempat pembuangan sperma kadaluarsa mu?" Ledek Alvin,

Alvin berjalan ke arah Damon sambil membawakan 1 botol wine dengan 2 gelas yang dihimpit dalam 1 tangannya. Diletakkannya botol tersebut ke meja, lalu menuangkan wine pada masing-masing gelas kemudian diberikannya 1 pada Damon.

"Menurutmu...." Damon memandangi gelas di tangannya

"Kebiasaan!" Kesal Alvin.

"Jika aku menginginkan keturunan dari wanita lain, apa aku harus menikahinya terlebih dahulu?" Tuturnya seraya melirikkan matanya pada Alvin.

Wine yang sudah masuk ke dalam mulut itu pun tertahan, sehingga membuat mulut Alvin menggelembung, di detik ke 3..perlahan-lahan wine itu lolos ke dalam tenggorokannya seakan tertelan karena di paksakan.

"Aku tidak habis pikir, kenapa aku dulu bisa berteman dengan orang sebodoh dirimu" Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku rasa Marcell benar! Kau memang harus belajar dengan wanita-wanita penyewa rahim di Ukraina!" Sambung Alvin

"Aku hanya tidak ingin menceraikan Grace" celetuk Damon.

"Kalau begitu, nikahi saja semua wanita yang bersedia menyewakan rahimnya padamu, ajak mereka tinggal bersama di rumahmu! Dan sisakan 1, untuk Benno adikmu!" Alvin menggerutu karena kesal dengan penuturan Damon.

"Brengsek! Aku serius!" Damon meletakkan gelasnya ke meja.

"Kau saja tidak mempunyai nyali untuk meniduri wanita selain Grace! Jadi untuk apa kau membahas tentang bagaimana cara memiliki keturunan! Ambil saja 1 bayi dari panti asuhan, beres kan!"

Damon menoleh pada Alvin, kenapa tidak terpikir seperti itu? Di panti asuhan tentu banyak anak-anak, bahkan bayi baru lahir yang mungkin di buang orang tuanya, Damon hanya perlu datang dan mengadopsi salah satunya. Kenapa harus repot-repot datang ke club malam untuk menjalang?

Surrogate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang