Chapter 12 : "No Escape"

744 69 54
                                    

"BODOH!!!"

Kesal Alvin pada Damon, yang sejak 1 jam lalu tiba-tiba datang ke rumahnya. Padahal Alvin berniat ingin bercinta dengan wanita yang di sewanya dari salah 1 rekan bisnisnya. Wanita itu akhirnya terpaksa dimintanya pulang karena Alvin tak lagi berminat meneruskannya.

Melihat Damon muncul dengan langkah gontai saja, sudah sangat diyakini Alvin, jika sahabatnya itu, tentu sedang tidak baik-baik saja. Daripada Alvin bercinta dengan ber manuver gila, alangkah baiknya ia menahan diri tuk meminta sang wanita lekas pergi. Takut barangkali si wanita ikut menjadi pelampiasan amarahnya dan berujung tidak bisa menikmatinya juga.

Damon terduduk dengan bahu yang merapat pada badan kursi, tubuhnya merosot ke samping dengan kedua kaki melebar, kepalanya mendongak ke atas dengan kedua mata yang terpejam, pikirannya kacau. Sepulangnya dari RS, ia bergegas melajukan mobilnya menuju rumah Alvin.

Ya, meski tak banyak memberi perubahan apapun, paling tidak Damon masih memiliki tujuan pelarian walau sejemang. Jika dipikir-pikir, datangnya Damon ke rumah Alvin justru hanya akan membuat suasana hatinya semakin tidak karuan, bukan? Bahkan mulut Alvin tidak ada bedanya dengan Ibunya Damon, mungkin seperti itu.

"Cari dia!" Ujar Alvin, Damon tidak merespon. Matanya masih saja terpejam, entah berpikir atau Damon justru ketiduran.

"Ah keparat! Kenapa jadi begini?" Kesal Alvin

Alvin yang bersandar di meja bilyard pun bergerak menuju space kegemarannya, dimana banyak koleksi penyimpanan wine yang di susun dengan posisi horizontal, untuk menjaga gabus penutupnya tetap lembab sehingga wine bisa lebih tahan lama.

Tempat penyimpanan wine tersebut, terbuat dari bahan kayu pinus berkualitas, dengan desain yang menghemat ruang karena bisa dilipat. Warna rak kayunya juga sengaja dikarbonisasi agar bisa memberikan sentuhan dekorasi rumah yang cantik.

Alvin mengambil 1 botol yang masih bervolume penuh, tuk kemudian di buka dan di tuangkan nya ke dalam 2 rocks glass yang sudah terisi balok es, lalu salah 1 gelas tersebut di letakkannya di meja, persis di depan Damon.

"Aku butuh solusi, bukan ocehan mu!" Celetuk Damon, yang masih memejamkan matanya.

"Solusinya mudah!" Ujar Alvin yang seketika membuat Damon membelalakkan matanya dan membenarkan posisi duduknya.

"Kau tidak ingin menceraikan Grace, bukan?"

"Kau hanya menginginkan keturunan, kan?"

Damon tidak menjawab apapun, raut wajahnya datar memperhatikan Alvin yang begitu seriusnya bicara sembari memegangi gelas di tangan kanannya.

"Lily juga tidak bisa memberikan keturunan untuk mu, lantas? Untuk apa kau mencarinya lagi? Kalau begitu biarkan dia pergi"

"Aku rasa, keputusan Lily sudah benar" sambung Alvin

"Lupakan saja dia!" Imbuh Alvin lagi.

"Tidak ada yang saling memberatkan, hubungan kalian hanya sebatas bajingan penikmat jalang, itu sudah biasa" ujar Alvin sambil mengibaskan tangannya ke arah Damon.

"Ralat brengsek! Lily bukan jalang! Dia hanya tidur denganku!" Bela Damon yang tidak terima.

"Ohh....kau benar! Baik, aku ralat! Lily memang bukan jalang, tapi kau tetap seorang bajingan! Aku hampir lupa" tertawa kecil seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Keparat!" Kesal Damon, ia meraih gelas wine-nya lalu menenggaknya sampai habis.

"Apa Lily kembali ke rumahnya?" Gumam Damon

"Rumah yang di tinggali Ibu dan gigolo nya?" Tanya Alvin, Damon hanya mengangguk lamat-lamat.

"Aku rasa, tidak!" sahut Alvin dengan santainya.

Surrogate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang