Chapter 3 : "Play with me, Sir"

2.3K 80 59
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah 2 pagi, setelah Damon memutuskan untuk pulang dari club malam tersebut dan meninggalkan ke 3 sahabatnya. Damon diterpa kegelisahan yang teramat sangat, gambaran paras cantik nan menawan beberapa jam lalu yang hampir saja di nikmatinya, terus berputar-putar di atas kepalanya.

Damon keluar dari kamarnya tuk menuju balkon, tak lupa ia juga membawa botol whisky dan ponselnya, padahal cuaca di luar sangat dingin. Mengenakan piyama berbahan katun viscose sebenarnya hanya akan membuat tubuhnya menggigil kedinginan, Udara dingin yang hampir menusuk tulang-tulang sendinya sudah membuat bulu kuduknya meremang. Sepertinya San Juan akan segera berganti musim, Namun bukan itu yang tengah dirasakan pria tampan bermata elang ini. Atensinya terus saja terfokus pada ponsel yang sejak ia pulang tak luput dari genggaman tangannya, beberapa kali keraguannya teralih pada wajah cantik Grace yang menampakkan kepolosannya membuat Damon mengurungkan niat untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Hingga memastikan wanitanya tertidur dengan pulas dalam pelukannya, berpura-pura ikut terpejam agar sang wanita merasa jika pria yang di cintainya memang tidak pernah berubah sejak awal pernikahannya.

Di Blakon, Damon kembali membuka link privat party yang tadi siang di kirimkan oleh Marcell setelah ia memintanya mengirimkan ulang ke ponselnya. Link pun terbuka, namun belum sempat meng klik kata Booking. Atensi Damon teralih pada foto-foto yang terpampang di layar paling depan, tentu saja Damon segera mencari wanita yang bernama Lily.

Tidak sulit mencarinya, karena Lily memang selalu terpampang di peramban paling depan. Gambar wajah dan tubuhnya yang sexy, tentu sudah tersebar luas melalui iklan yang terus di tampilkan pada semua portal penyedia situs dark web. Hanya saja, tidak semua orang bisa dengan mudah masuk ke dalam privat party tersebut.

"Sialan! Dia wanita yang sangat cantik!" Gumam Damon lirih, jarinya masih aktif naik turun di layar ponselnya.

"Apa aku gila, jika berfantasi hanya dengan melihat gambarnya dari ponsel? Ahh..shit! Kenapa tiba-tiba aku ingin pelepasanku" Gumamnya lagi, sejenak ia menoleh ke belakang untuk memastikan Istrinya yang masih terlelap dalam tidurnya.

Wanita yang kini menjadi Istrinya juga tak kalah cantik, andai saja Damon bisa membuang spermanya di liang vagina Istrinya. Mungkin, ia tak perlu repot-repot membuang percuma benihnya ke kamar mandi.

Damon menarik nafas dalam-dalam, tangan kirinya meraih botol whisky sambil sedikit menekannya. Sepertinya Damon memang butuh pelepasan malam ini, sejenak ia memejamkan netranya yang tiba-tiba merasakan otot di kejantanannya menegang, desahannya lolos tanpa membuat keributan, dan kedua pahanya saling menghimpit.

"AKHH SIAL!!!" Ia mendongakkan kepalanya, Damon harus menahan orgasmenya. Lama-lama dia bisa gila jika terus saja melakukan orgasmenya di sela imajinasinya yang selalu saja muncul tiba-tiba.

"Damon" Ucap Grace yang tiba-tiba muncul.

Ia terbangun karena Damon terus terdengar gaduh, racauan dengan desahan parau itu sudah terlalu sering di dengarnya. Damon tentu butuh pelepasan, namun ia sadar, jika ia tidak bisa memberikan kepuasan untuk suaminya.

Grace tiba-tiba berjongkok di hadapan Damon, sebelum Damon bereaksi tangan Grace lebih dulu menurunkan celana panjang  Damon yang seketika menunjukkan kejantanan yang sudah menegang di situ, Grace mengurutnya pelan-pelan.

"Jika tak berminat, aku tidak akan memintamu melakukannya" Ketus Damon sambil menggertakkan giginya.

"Jika hanya blow job, aku bisa melakukanya" Ujar Grace yang melirikkan matanya pada Damon.

"Lakukan dengan benar, ini membuatku tersiksa" Ucap Damon

Damon kesulitan mengatur nafasnya yang mulai memburu, tak ingin berlama-lama. Damon menarik kepala Grace dengan menjambak rambutnya, memposisikan kejantanannya agar masuk sepenuhnya ke dalam bibir mungil Grace. Bahkan Grace hampir ingin muntah ketika Damon mulai memaju mundurkan pinggulnya, batang Damon terlalu besar untuk ukuran bibir semungil Grace.

Surrogate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang