Siang itu di kantin SMA Konoha, tampak Sasuke senyum-senyum sendiri. Pesanan di meja tak disentuh hingga teman sekelasnya, Nara Shikamaru si ketua kelas duduk di sampingnya. Entah kenapa, kali ini wajah Sasuke terlihat tampak bodoh. Mungkin apa yang dikatakan Neji ada betulnya, 'Jangan bergaul dengan orang bodoh karena bodoh itu menular' sepertinya Sasuke sudah tertulari virus kebodohan Hinata.
Remaja bermata onix itu tertawa jika mengingat kejadian waktu itu. Dia mengubah nama Dokter Sai yang Tampan menjadi Malaikat Maut lalu foto Sai yang tersenyum indah itu dia ganti dengan foto hantu menyeramkan asal Thailand. Jangankan Hinata, jika dirinya yang berada diposisi itu pasti akan berteriak kaget seolah kematiannya benar-benar akan datang menjemput.
Well, gara-gara kejadian itu membuat Hinata bengong lebih dari 30 menit tanpa mau bicara. Dia ingat jelas bagaimana pucatnya wajah Hinata ditambah ekspresi bodoh tatapan mata yang kosong membuat Sasuke ingin tertawa. Namun, pada akhirnya remaja itu tak tega. Dia memeluk tunangannya dan berkata semua akan baik-baik saja.
Sejak peristiwa iseng yang dibuatnya, Hinata tak mau memegang ponsel membuat dirinya yang kebingungan sendiri. Sang tunangan syok melebihi kapasitasnya.
"Hei, kenapa senyum-senyum seperti itu?" Shikamaru menyenggol lengan Sasuke heran karena temannya yang satu ini terlihat aneh. Di matanya, melihat tingkah Sasuke seperti ini sangat langkah mengingat sang idola kaum hawa tersebut jarang tersenyum.
Remaja pecinta buah tomat itu menoleh lalu tertawa pelan. "Aku tak menyangka, ternyata mengerjai orang itu semenyenangkan ini."
Shikamaru menggeleng sembari tersenyum tipis. Dia tak menyangka Sasuke juga bisa usil. "Anak mana yang kau kerjai itu?"
"Rahasia," ujarnya tak acuh.
____
Seperti biasa, menjelang malam Sasuke pasti akan mengunjungi Hinata untuk belajar. Remaja tujuh belas tahun itu tersenyum melihat Hinata yang mulai mengerjakan soal-soal yang diberikannya sebagai latihan. Dia membuka jaket merah marunnya. Merek The Enfants Riches Déprimés Studded Biker. Jacket yang terbuat dari kulit lembu atau kulit anak sapi, sejenis kulit yang dikenal karena menawarkan daya tahan dan kelembutan. Jaket tersebut saat ini terdaftar di Farfetch dengan harga 7.200 dolar US atau setara dengan harga 35 juta yen.
Sasuke mengambil lembaran soal yang sudah dikerjakan tunangannya tersebut. Tanpa banyak bicara dia mengoreksi jawaban Hinata.
Satu jam kemudian sesi belajar bersama akhirnya selesai. Hinata merapikan buku-bukunya kemudian melihat jadwal besok. Si gadis berlesung pipit itu tersenyum. Besok jadwalnya cek up dan bertemu dokter Sai. Sambil senyum-senyum dia mengeluarkan jaket hitam milik Sai dari lemarinya. Sudah disetrika rapi dan wangi. Dia memeluk jaket itu senang seolah yang dipeluknya Sai.
Sasuke menatapnya aneh. "Kau tampak bodoh, loh."
Seketika Hinata cemberut. "Tidak boleh jika aku sedang gembira?" Dia melihat Sasuke tertawa pelan yang malah membuat Hinata jadi tergoda untuk terus menatap wajahnya. 'Astaga Hinata, apa yang kau pikirkan? Hatimu hanya untuk dokter Sai! Ingat itu!' Hinata menggeleng-geleng mengusir bayangan Sasuke dari kepalanya. Mungkin karena akhir-akhir ini dia sering bersama tunangannya, mau tak mau bayangan remaja di depannya itu memenuhi kepalanya.
"Tadi kau ingin mengatakan sesuatu, apa?" tanya Hinata yang masih memeluk jaket itu.
"Ikutlah denganku." Ajak Sasuke sembari memakai jaketnya kembali. Hinata menurut saja saat Sasuke mengajaknya keluar dan menaiki mobilnya dan masih membawa jaket Sai. "Kau seperti orang bodoh terus menerus memeluk jaket itu."
"Ini jaket dokter Sai. Hari ini aku akan mengembalikan jaket ini padanya." Masih dengan wajah tersenyum.
Sasuke meliriknya. "Kenapa jaket itu ada padamu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ✅ Oh, My Princess
Fanfiction🌹 Follow Author, ya 😄😄 🌹 Disclaimer : Masashi Kishimoto 🌹 Pairing : SasuHina #Repost 🌹🌹 Oh My Princess🌹🌹 Hinata tersenyum menatap tunangannya yang kini berdiri di hadapannya. Gadis itu menyerahkan sebuah kotak kaca berisi kupu-kupu c...