Melihat Hinata kaget sampai syok, Mikoto segera mendekatinya. Wanita itu ingat, calon menantunya itu tak boleh dibentak atau diteriaki karena gadis itu sangat perasa. "Eh ... Sayang maafkan Bibi dan Sasuke, kami tak bermaksud membentakmu. Maksudku ... kau tak perlu ke dokter. Cukup pakai lotion, ya. Semua akan baik-baik saja." Tatapan sinis langsung dia lempar pada putra bungsunya. "Ini semua salahmu!! Gara-gara kau Hinata sampai seperti ini."
"Gara-gara Sasuke? Memangnya dia salah apa?" Alis Hinata bertaut tak paham.
Sasuke mendelik pada sang ibu.
"Ini memang salah Sasuke. Semalam dia tak menutup pintu makanya banyak nyamuk yang masuk ke kamarmu." Entah kenapa saat bicara dengan Hinata nada bicara wanita itu berubah sangat lembut lalu akan kembali judes jika berbicara dengan putranya ssendiri, seperti Sasuke yang anak tiri saja.
"Oh begitu." Hinata menatap lengannya yang banyak tanda kemerahan itu. "Tapi aneh, kenapa tidak gatal? Jangan-jangan aku terinfeksi malaria seperti tahun lalu?" Gadis itu berpikir lagi. "Tidak ... tidak! Sebaiknya memang harus diperiksa, Bibi."
"Tidak perlu, Sayang. Bibi juga sering digigit nyamuk. Percayalah." Wanita itu menatap Hinata penuh kasih sayang dengan mata memohon. Memasang ekspresi sedih terbaiknya agar sang calon menantunya itu luluh. Matanya berkaca-kaca sembari memegang kedua tangan.
Dari meja sebrang Sasuke berdecih dalam hati. Pintar juga ibunya berakting.
Melihat ekspresi semenyedihkan itu pada raut wajah Mikoto, entah kenapa mendadak hati Hinata luluh, dia tersenyum. "Baiklah, aku percaya Bibi."
"Ah, kau benar-benar baik dan penurut." Dipeluknya Hinata dengan hangat. Mikoto tersenyum bahagia namun saat pandangan matanya bertabrakan dengan mata Sasuke wanita itu berbicara melalui matanya. 'Aku sudah menyelamatkanmu!!'
Alis Sasuke terangkat sebelah. 'Tuh, kan, langsung percaya! Dia benar-benar gampang dibodohi. Memang pada dasarnya bodoh, sih.' Sasuke menghela napasnya lega.
Beberapa menit selanjutnya Sasuke dan Hinata sudah berada di dalam mobil si Tuan artis.
Ponsel Hinata kembali berdering. "Iya dokter Sai?" jawab gadis itu. "Oh ... tidak apa-apa kok, hanya gigitan nyamuk. Bibi Mikoto bilang juga sering digigit nyamuk seperti ini dan katanya tidak berefek," Hinata tersenyum. "baiklah sampai jumpa." Gadis itu memutus telponnya.
Sasuke menatapnya melalui spion depan. Sudut mulutnya tersungging samar. Begitu mereka sampai di depan rumah besar itu, pemuda itu menepikan mobilnya. Ketika sang tunangan hendak membuka gagang pintu mobil, dia menarik tangannya.
"Ada apa?" tanya Hinata tak mengerti.
Sasuke menatapnya tajam. "Pakai ini." Pemuda itu memakaikan syal rajutan ibunya pada leher Hinata. "Di luar dingin."
"Jangan bercanda! Cuacanya panas begini apanya yang dingin, aku malah kepanasan," tolak Hinata.
"Pakai!" paksa Sasuke gemas. "Apa kau mau kakekmu melihat gigitan nyamuk itu? Nanti kakekmu mengira aku tidak becus menjagamu. Kau mau aku dimarahi kakekmu?" Kali ini wajah Sasuke agak memelas. Akting.
Melihat wajah Sasuke seperti itu, Hinata tidak tega. "Hm ... begitu, ya. Baiklah."
_________
"Kau kenapa?" tanya Hinata saat mereka berada di depan televisi. Adiknya itu terlihat tak bersemangat. Malam ini kebetulan Neji kembali ke rumahnya.
Remaja itu menoleh. "Minggu depan aku syuting film."
"Wah, drama barumu, ya? Sepertinya seru. Apa judulnya?" tanya Hinata antusias.
"Bukan drama, tapi film. Psycho. Mulai syuting besok."
![](https://img.wattpad.com/cover/192031483-288-k582133.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ✅ Oh, My Princess
Fanfic🌹 Follow Author, ya 😄😄 🌹 Disclaimer : Masashi Kishimoto 🌹 Pairing : SasuHina #Repost 🌹🌹 Oh My Princess🌹🌹 Hinata tersenyum menatap tunangannya yang kini berdiri di hadapannya. Gadis itu menyerahkan sebuah kotak kaca berisi kupu-kupu c...