3. Dokter Sai Shimura

745 143 15
                                    

Hari menjelang malam tampak mendung. Namun, Sasuke tetap menatap langit tanpa jenuh dari jendela kelasnya. Sementara Pak Guru Iruka sedang menerangkan pelajaran bahasa Inggris, tapi pikiran Sasuke melayang ke mana-mana. Remaja itu tak bisa konsentrasi karena memikirkan kejadian tadi sore. Membentak Hinata di depan Sakura.

Sasuke memejamkan matanya pelan, menyesal karena sudah melakukan hal itu. Selama pelajaran berlangsung, Hinata sudah menyita pikirannya. Padahal tadi tunangannya hanya meminta pertolongan, tapi apa yang sudah tadi dia lakukan justru membentaknya.

Bel pulang telah berbunyi membuat Pak guru Iruka harus berhenti mengoceh dengan bahasa Ratu Elizabeth tersebut. Murid-muridnya sudah tidak menggubris perkataannya karena sibuk bersiap-siap pulang.

Sementara di koridor SMA Konoha, tampak dua lelaki berumur dewasa berpakaian jas hitam yang rapi sedang berjalan ke kelas 2 tersebut.

"Wah, ada apa ini? Sepertinya mereka itu orang penting. Seperti pengawal orang-orang penting," bisik salah satu siswa yang baru saja keluar kelasnya. Mau tidak mau beberapa murid menoleh pada dua sosok yang dimaksud.

Sasuke yang melihat ke arah temannya tunjuk itu jadi terkejut. Dua orang tersebut adalah pengawal Hinata yang setia. Mereka pemuda yang berusia di akhir dua puluh tahunan. Kou dan Genma.

"Ada apa?" tanya Sasuke sembari mendekati mereka.

"Ah, Tuan Muda Uchiha. Kami dengar dari pihak sekolah kalau Nona Hinata berkunjung kemari bersama teman-temannya. Sampai saat ini Nona kami belum kembali. Apa mungkin tadi bertemu dengannya?"

Sasuke terdiam. 'Jadi Hinata belum pulang? Sial! Pergi ke mana gadis itu? Huh merepotkan!' Sasuke tidak menghiraukan kedua pengawal itu yang berteriak memanggil namanya. Dia malah berlari ke luar mencari Hinata meski dia tidak tahu di mana gadis itu keberadaannya sudah sangat terlambat.

__________

"Dokter Shimura, terima kasih telah menemukan dan menolong cucuku." Hiroshi berterima kasih pada pria berperawakan cukup tinggi yang memang menjadi dokter pribadi Hinata sejak empat tahun lalu menggantikan posisi dokter sebelumnya.

Namanya adalah Shimura Sai. Dokter tampan dua puluh tujuh tahun yang bertubuh setinggi 173 senti, berkulit putih pucat dan sangat ramah pada siapa pun. Wibawa itu melekat pada diri seorang dokter Sai yang tak pernah terlihat cemberut. Selalu tersenyum dan termasuk tipe laki-laki idaman Hinata.

Sai tersenyum ramah. "Kebetulan saya bertemu di jalan. Kondisinya tidak begitu baik hari ini, mungkin dia terlalu lelah. Saya khawatir penyakitnya akan kambuh lagi."

"Tidak, kau sudah berjasa besar padaku. Aku tidak akan memaafkan diriku jika terjadi apa-apa padanya."

"Ini sudah kewajiban saya menjaga Nona Hinata. Saya undur diri." Sai membungkuk hormat lalu beranjak pergi.

_________


Pagi itu langit Tokyo masih tetap mendung, musim hujan membuat cuaca dingin. Gumpalan awan hitam di atas membuat suasana gelap.

Hinata termenung sendirian di dekat jendela kamarnya. Pandangan matanya kosong. Air matanya kembali turun. Entah kenapa kejadian kemarin membuatnya gampang menangis lama. Bersedih kemudian menangis lagi sendiri. Ya, karena gadis itu selalu diperlakukan ramah oleh siapapun sejak kecil. Tidak pernah ada yang berani membentaknya, namun seorang Uchiha Sasuke dengan kejamnya melakukan hal itu. Segores kebencian sudah terukir di hatinya.

"Dasar manusia es! Jangan kau pikir dirimu keren dengan sikapmu yang menyebalkan seperti itu?" umpatnya kesal.

Hinata berdiri menuju meja belajarnya. Dia mengambil ponselnya lalu menekan angka 2. Setelah nada sambung itu diangkat wajahnya kembali tersenyum. "Dokter Sai, terima kasih," ujarnya sedikit terisak. Lala memang sangat dekat dengan Sai. Tombol angka 2 di ponselnya adalah panggilan tercepat untuk pria itu. Hinata me-loosspeaker telponnya, sementara dirinya duduk sembari merebahkan kepalanya pada lengannya.

[END] ✅ Oh, My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang