8. Demi Jaket 35 Juta

596 110 9
                                    

SMA Konoha.

Sasuke memasuki kelasnya, dia melihat Sakura yang sedang melamun. Tanpa banyak tanya dia ikut duduk di sebelahnya. "Memikirkan apa?"

Gadis musim semi itu menoleh malas. Dia tak ingin diganggu meskipun orang itu Sasuke. Hatinya gelisah karena dokter Shimura. Gadis itu terus menerus tak bisa berhenti memikirkan dokter muda yang sudah memikat hatinya. Sepertinya Sakura benar-benar jatuh cinta pada Sai.

"Sepertinya akhir-akhir ini kau sibuk," ujar Sakura datar, "kita bahkan jarang kencan. Kau selalu sibuk." Kali ini ucapannya seperti hendak memojokkan Sasuke.

"Maaf, jadwalku padat." Sasuke membelai rambut kekasihnya. Akhir-akhir ini selain sibuk syuting, dia juga sibuk mengajari Hinata. Dia harus membagi waktunya dengan tepat.

"Nanti malam kita keluar, aku ingin bersamamu."

"Kau tahu nanti aku ada acara dengan sutradara, mengertilah."

Gadis dengan rambut panjang itu menatapnya kesal. "Jadi syuting dan kegiatan lainnya lebih penting dibanding aku?" Sakura mulai emosi.

"Kenapa kau marah? Biasanya juga kau tidak keberatan." Sasuke jadi heran dengan pacarnya ini.

"Batalkan syutingmu kali ini. Luangkan waktumu untukku!"

"Tidak bisa begitu, aku tak bisa menyalahi kontrakku."

Sakura menatapnya kesal. "Ya sudah, terserah! Jangan temui aku!" Gadis itu berlalu meninggalkan Sasuke sendiri yang masih bertanya-tanya.

"Sakura!" panggil Sasuke, sayangnya gadis pecinta shopping itu tak menggubrisnya. Remaja tujuh belas tahun itu membanting bolpoin yang dipegangnya ke lantai. Ini bukan kali pertama mereka bertegkar. Sasuke benci jika harus bertengkar dengan Sakura.

____________

Gara-gara kejadian itu Hinata jadi sering senyum-senyum sendiri di kamarnya. Bahkan dia lebih sering bengong menjalani hari-harinya.

"Ck ... kenapa wajah bodohnya tak mau hilang juga. Aku jadi jadi curiga dia mulai gila," ujar Neji sadis melihat kakaknya yang sedang menopang dagu dengan kedua tangannya, sementara mulutnya terbuka. Tatapan matanya bengong. Roti selai kejunya sama sekali tak disentuh di piringnya. Sungguh menjijikkan bagi Neji jika melihat kakaknya bengong lengkap dengan mulut terbuka. Tangannya yang iseng dia julurkan ke dalam mulut Hinata

Greb!

"AAKH!!! SAKIT BODOH, ITU JARIKU JANGAN KAU GIGIT!?! LEPASKAN!!" Neji berteriak kesakitan karena telunjuknya digigit kakaknya.

Hinata menatapnya sinis. "Makanya jangan usil!" Kemudian gadis itu kembali tersenyum seperti orang bodoh.

"Astaga Kak, jika kau terus seperti itu, aku tak akan segan mengirimmu ke rumah sakit jiwa sekarang!" Neji menggerpak mejanya sebal.

Hinata menoleh, dia tersenyum kecut. "Anak kecil sepertimu mana tahu urusan orang dewasa." Gadis itu kembali tersenyum. "Dokter Sai sungguh memikat hatiku."

Neji menggeleng. Dia mengambil remot TV lalu duduk di kursi yang berseberangan dengan kursi Hinata. Remaja itu memencet tombol channel mencari acara fashion show dengan tangannya kirinya lalu tangan kanannya memegang roti isi selai coklat kacang. Matanya fokus menatap latar monitor TV besar itu sementara mulutnya mengunyah rotinya pelan. Lebih baik dia menonton orang memamerkan baju dan berlengak lenggok di atas catwalk daripada melihat saudaranya yang menurutnya sudah tak waras. Neji sangat suka fashion bahkan semua baju dan aksesoris yang dipakainya selalu berkelas dan limited edition.

"Wah, jaket The Enfants Riches Déprimés Studded Biker versi terbaru!" pekiknya girang tatkala sosok model mengenakan jaket elegan berwarna casual. "Pasti mahal. Memang susah mendapatkan jaket model seperti itu. Andai saja aku bisa memesannya langsung." Wajah Neji terlihat lesu.

[END] ✅ Oh, My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang