18. Tenten Menggila!!

522 102 30
                                    

Hinata memegang bagian dadanya yang sakit. Kenapa aku merasa sakit di bagian ini saat Sasuke lebih memilih dia? Rasanya sesak sekali. Tamparan Sakura memang sakit, tapi perkataan tunangannya jauh lebih sakit dan mengenai lubuk hatinya di bagian terdalam. Air matanya keluar bukan karena sakit di pipinya tapi karena sakit di hatinya.

Sasuke mendekap kekasihnya lebih erat dan berkali-kali mengatakan kalau dia tak ingin kehilangannya.

Mata Sakura membulat sempurna ketika sosok yang tak pernah dia sangka akan muncul mendadak di saat seperti ini.

Sai datang bersama Neji yang kebetulan akan mengembalikan buku paket Hinata yang tertinggal. Mereka sejak awal melihat bagaimana Sakura memaki dan menampar Hinata. Bahkan Neji yang tangannya sudah gatal ingin menghajar Sasuke itu dia urungkan niatnya.

"Do ... dokter Shimura," ucap Sakura kaget setengah mati, seketika dia melepaskan diri dari pelukan Sasuke.

Baik Hinata ataupun Naruto sama-sama menoleh ke arah sosok dokter muda yang tak kalah tampan dari Sasuke. Beberapa siswi di sana lalu berbisik satu sama lain melihat dokter muda itu.

Sai tak menggubrisnya, dia lebih fokus pada Hinata. Mendekati gadis bermata bulan yang kini dipeluk Naruto. Tatapan matanya sehangat seorang Romeo pada Juliet-nya. Sai menganggap seolah semua anak di sana hanyalah padang rumput, dirinya hanya hanya menganggap ada keberadaan sang Hime. "Aku kemari karena mencemaskan keadaanmu, karena kau sudah lewat tiga hari tidak chek up." Sai tersenyum. "Pagi tadi kakekmu menelponku dan memarahiku karena tidak mengingatkanmu chek up. Apa aku datang di saat yang tepat untukmu, Hime?" Sai menyentuh bekas tamparan di pipi Hinata. Dia tersenyum lembut dan membuat Sakura iri.

Sebenarnya Sakura menggunakan kesempatan ini untuk putus dengan Sasuke agar bisa mendekati Sai, tapi semua malah berantakan. Padahal momennya sudah tepat dan semua teman-temannya akan menganggap hubungannya dengan sang aktor berakhir karena ada gadis lain, Yaitu Hyuuga Hinata.

"Dokter, aku ..." Pandangan Hinata menjadi gelap namun dengan sigap Sai menangkap tubuhnya. Semua kaget melihat Hinata pingsan terlebih Sasuke.

Tak ada rasa khawatir di wajah Sai. Dia membopong tubuh itu. Matanya menatap ke arah Sasuke tersenyum tanpa emosi, namun dalam hati pria Shimura itu ingin sekali membeli bom atom untuk diledakkan di rumah Uchiha bungsu ini.

"Aku bersyukur di antara kalian tidak ada hubungan apapun mengingat Hime adalah fansgirl-mu. Kau dan Nona Haruno benar-benar serasi, Sasuke. Aku harap hubungan kalian ke depannya baik-baik saja," Lalu dia menoleh pada si gadis gulali. "oh ya, Nona Haruno ... soal paku itu aku sudah tahu siapa pelakunya. Sangat disayangkan memang, Nona Haruno tak perlu cemburu pada Hime karena mulai sekarang aku pastikan dia tidak akan mendekati pacarmu lagi. Kau bisa pegang perkataanku."

"A ... apa maksudmu?" tanya Sakura pelan.

Lagi-lagi Sai hanya tersenyum yang malah membuat Sakura ingin berteriak. "Aku akan menjaga Hime agar tak satupun ada yang berani menyakitinya lagi," ujarnya ramah, usai berkata seperti itu Sai segera meninggalkan sekolah tersebut.

Neji tersenyum puas. Dia menatap wajah Sasuke dari jauh yang terlihat datar. Kau tak pantas mendapatkan kakakku, Sasuke. Hanya dokter Shimura yang pantas mendampinginya.'

🌹🌹🌹🌹🌹

"Kakak Sai pulang ... Kakak Sai sudai pulang ..." pria 25 tahun itu berteriak mirip anak tiga tahun yang melihat ayahnya baru pulang kerja. Pria itu segera menghentikan pekerjaannya yang sejak tadi melipat bangau kertas. Biasanya Sai akan memberinya oleh-oleh jika sudah pulang setiap malamnya.

[END] ✅ Oh, My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang