Acara fashion show yang akan digelar di pusat daerah Shinjuku itu sangat meriah. Pergelaran fantastis dari desainer terkenal dunia sanggup menyoroti beberapa artis papan atas ikut memeriahkan dengan turut menjadi model mereka.
Ayken Hatake merilik murid kesayangannya yang sejak tadi memandangi sebuah foto.
"Sebentar lagi kau pasti bertemu putrimu, Nadeshiko. Sabarlah hanya tinggal menghitung jam."Wanita cantik dengan rambut indigo panjang yang dipanggil Nadeshiko itu tersenyum tipis. "Guru, apa kau tahu betapa hancur hatiku saat ayah dan mertuaku mengabari bahwa putriku meninggal? Rasanya lebih baik aku saja yang mati. Aku akan segera bertemu dengannya. Aku tak peduli lagi dengan apapun saat ini karena aku hanya ingin putriku. Aku ingin memeluknya. Selama 13 tahun ini aku hanya bisa melihatnya dari jauh tanpa bisa memeluknya. Bahkan mengenalkan diri ini sebagai ibunya."
"Apa kau masih dendam pada mereka karena membohongimu?"
Nadeshiko menggeleng. "Aku sudah memutuskan untuk tidak terlibat dengan keluarga kerajaan lagi. Aku hanya ingin putriku dan hidup berdua dengannya."
"Lalu bagaimana dengan putra tunggalku yang tampan itu? Dia menunggumu, Otsutsuki Nadeshiko. Kau pikir sepuluh tahun itu waktu yang sebentar? Dia laki-laki baik." Ayken Hatake mengedipkan matanya nakal kemudian menggeleng pelan. "Atau jangan-jangan kau masih berharap kembali pada Hiashi?"
"Tidak! Tidak akan pernah," ujarnya datar dan cepat.
Suara tepuk tangan yang keras terdengar hangat mengagetkan mereka berdua. Seorang wanita cantik yang tak kalah stylis menghampiri mereka. "Bagus, itu baru sahabatku. Aku selalu mendukungmu, Calon Besan!"
Ayken Hatake dan Nadeshiko menoleh.
"Mikoto!" ujar Nadeshiko kaget, wanita itulah yang memberitahu jika putrinya masih hidup saat pertemuan pertama mereka di Kanada dulu. Si bungsu putri Otsutsuki itu menatap tak percaya wanita cantik di depannya. "Kau masih terlihat sama seperti dulu. Tetap cantik." Nadeshiko menoleh pada Ayken Hatake. "Guru, dia ini sahabatku. Suaminya kakak sepupuku, pangeran Fugaku."
"Besan?" Ayken Hatake menautkan alisnya.
"Atas permintaan mendiang Kaisar Hagoromo anak-anak kami dijodohkan. Kaisar tak ingin cucunya kehilangan darah kebangsawanannya jika anak Nadeshiko harus menikah dengan orang biasa," jelas Mikoto mantap.
"Bagaimana kabar Pangeran Sasuke dan Pangeran Itachi? Kudengar mereka tidak mau menjadi pangeran."
Wanita itu tertawa. "Mereka sama seperti mendiang ayahnya. Tidak mau menjadi pangeran malah terjun ke dunia artis dan satunya menetap di Kanada menjadi profesor ahli kimia." Mikoto membuka kacamata hitamnya. "Semenjak jadi artis Sasuke tidak suka kalau aku dekat dengannya. Dia pikir dirinya siapa? Hanya seorang anak kecil yang akan merengek jika ada masalah. Menyebalkan punya anak seperti dia. Justru aku sangat ingin punya anak perempuan."
Nadeshiko tertawa. "Setidaknya kau membesarkannya sendiri."
"Hei, besok malam kau dan putrimu bukankah akan segera bertemu? Putrimu sangat cantik, dia sama sepertimu. Terlalu polos."
"Polos?" ulang Nadeshiko.
Mikoto tersenyum jika mengingat kejadian nyamuk nakal itu.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Esok harinya Naruto terbangun dari tidurnya, dia menoleh ke sana kemari bak anak ayam mencari induknya. Kemudian mendapati Sasuke yang baru keluar dari kamar mandi. Pemuda itu menatapnya judes.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] ✅ Oh, My Princess
Fanfic🌹 Follow Author, ya 😄😄 🌹 Disclaimer : Masashi Kishimoto 🌹 Pairing : SasuHina #Repost 🌹🌹 Oh My Princess🌹🌹 Hinata tersenyum menatap tunangannya yang kini berdiri di hadapannya. Gadis itu menyerahkan sebuah kotak kaca berisi kupu-kupu c...