04. pertengkaran?

907 55 2
                                    

Siang hari ini, Chaera menikmati waktu sendiri nya dengan menonton drama Korea.

Ternyata menjadi seorang ibu tanpa breafing dahulu adalah hal yang cukup melelahkan, walaupun begitu ia tetap bahagia menjalani hari-hari nya menjadi seorang ibu muda. Ya, walaupun tidak menutup kemungkinan ia merindukan dunia nya dulu.

Kring... Kring....kring....

Bunyi telepon itu, sungguh menganggu gendang teling Chaera. Dengan sedikit terpaksa ia mengangkat telepon itu.

"Halo?, Dengan ibunda Yan dan Agestera?" Chaera yang mendengar nama anak-anaknya di sebut, menjadi penasaran.

"Ya, dengan saya sendiri"

"Mohon maaf Bu mengganggu waktu nya, anak ibu Yan terlibat perkelahian dan ibu di mohon kan untuk datang ke sekolah" penjelasan panjang lebar itu membuat Chaera cemas dengan Yan. Segera ia mematikan sebelah telfon itu.

"PAK DIMDIM, PAM DIMDIM" Chaera dengan setengah berlari menuruni tangga, sambil memanggil nama supir pribadi keluarga nya. Ia ingin cepat-cepat bertemu dengan anak nya.

"Nyonya, nyonya jangan berlari seperti itu" Pak Dindim datang dengan raut cemas nya.

"Pakkk, tolong antar saya ke sekolah Yan, sekarang" tanpa mendengar ucapan pak Dindim Chaera berlari keluar mansion.

Sesampainya nya di ruang guru, Chaera harus di buat geram karena ada mak-mak jablay menyentuh putra nya.

Dugg

Dengan kekuatan yang di miliki Chaera, Chaera menendang tubuh mak-mak jablay yang berani mencekram pipi putra nya.

"Momyy... hiks hikss" seorang anak laki-laki bertubuh gempal berlari menghampiri wanita yang di tendang Chaera.

Chaera yang sudah menendang wanita itu dengan santai nya duduk di samping putra nya. "Sayangg, pipi kamu sakit tidak? Harus kah kita melaporkan ini ke pada papa mu?" Chaera bertanya khawatir tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang cengo terhadap sikap nya.

"No mama, Yan tidak apa. Jangan laporkan ini pada papa" Yan menjawab dengan takut-takut menatap Chaera. Yan masih tidak menyangka mama nya mau menyempatkan waktu untuk ke sekolah demi dirinya. Biasanya, jika ada telfon atau apapun yang berhubungan dengan dirinya dan adek nya. Mama nya tidak mau menyempatkan diri sedetik pun.

"Akghhh.... Sialann..." Chaera mengumpat kesakitan ketika merasakan bagian belakang kepala seperti ingin putus.

"Rasakan ini, bitch. Ini tidak lebih sakit dari tendangan setan mu" Ternyata wanita yang di tendang Chaera membalas perbuatan Chaera, ia merasa tidak terima dengan perlakuan ini.

Chaera yang makin merasakan sakit, membalas menjambak rambut kusut wanita itu.

Dan terjadi lah aksi jambak-jambakan

"MAMA... UDAHH MAAA...." Yan berteriak memberhentikan aksi heroik mama nya, tapi tetap saja Chaera tidak mendengar kan nya. Sedangkan anak dari wanita itu hanya bisa menangis sesegukan.

"Buu... Mohon hentikan. Ini sekolah bukan hutann" guru-guru juga sudah mencoba melerai, tetapi hasil nya nihil. Kekuatan mereka seolah bertambah pesat.

"CHAERA!" panggilan tegas itu, seolah menusuk tepat di ulu hati Chaera. Dengan secapat kilat Chaera melapas jambakan nya, lalu merapikan rambut nya.

"P-papa" Yan yang sedang berusaha meleraikan mama nya, di buat bergetar dengan suara tegas yang ia kenal.

Dio berjalan ke arah Chaera dan merapikan sedikit rambut Chaera yang masih berantakan. "Ada apa dengan mu honey? Tidak biasanya kamu berperilaku seperti ini"

Dengan jarak sedekat ini hanya bisa membuat Chaera terdiam, wangi khas suaminya ini sangat memabukkan bagi siapa pun yang menghirup nya.

Tanpa menunggu penjelasan Istrinya, Dio lansung menghampiri putra nya yang sekarang menatap nya tak percaya.

Dio mensejajarkan diri nya dengan tinggi putra nya. "Hi boy.. kenapa wajah mu seperti itu?, Apakah ini sangat mengagetkan bagi mu?"

"Hu'um" Yan dengan polos nya mengangguk lucu.

Dio mengangkat tubuh Yan dan menggandeng Chaera untuk duduk di kursi yang telah di sediakan. Keluarga kecil itu seolah melupakan orang-orang yang berada di sana, dan menatap mereka dengan berbagai arti tatapan.

"Jadi, ada masalah apa kalian memanggil istri saya?" Tanya Dio to the point.

"J-jadi begini pak, anak bapak berkelahi dengan Gihon sampai-sampai memukuli teman nya" jelas guru di sana dengan sedikit canggung. Aura yang di keluarkan Dio tidak main-main, mendadak ruangan ini terasa pengap dan Ter intimidasi.

Chaera yang tadinya terselimuti dengan perasaan tegang, menjadi tak terima dengan penjelasan itu. "Gihon yang ibu maksud itu, anak nya mak-mak jablay ini?" Tanya Chaera sembari menunjuk-nunjuk ke arah wanita tadi, dengan tatapan yang mencemooh.

Wanita itu tidak terima dengan ucapan Chaera dan tatapan yang sangat menghina itu. "Nama saya bukan mak-mak jablay tapi Tuti"

Chaera mendelik, "suka-suka saya mau manggil anda apa. Mau mak-mak jablay kek, totod kek, Wewe gembel kek, TERSERAH SAYA" Chaera berucap sembari menekan kata terserah saya.

Dio mengelus telapak tangan istri nya guna menenangkan. Dio sungguh binggung, tidak biasanya Chaera repot-repot seperti ini yang bisa saja merusak reputasi nya yang terkenal anggun, dan angkuh. Tetapi Dio juga sangat mensyukuri nya, itu artinya Chaera tidak lah ber pura-pura

Chaera mengalihkan tatapan nya ke arah Yan, "sayang, kenapa kamu bisa memukul teman mu?" Chaera bertanya dengan halus.

"Dia jahat mama, dia bilang kalau mama itu mama yang tidak tahu diri, dan jahat. Yan tidak suka itu, Yan bisa terima kalau dia jelekkan Yan, tapi Yan sangat tidak bisa terima kalau dia jelek-jelekin mama, papa atau pun adek" penjelasan Yan sungguh membuat Chaera tersentuh, bagaimana bisa anak sekecil ini merangkai kata seperti itu?.

Hugh

Chaera memeluk Yan dengan erat, Dia sangat bangga dengan putra nya yang satu ini.

"Bagaimana? Bisa anda pahami penjelasan dari anak saya?" Dio bertanya dengan tatapan tajam nya, dan sekarang, itu ber alih ke pada Gihon.

"B-bisa pak" jawab guru itu dengan gagap.

Tuti yang mendengar penjelasan dari Yan hanya bisa menahan malu, dengan secepat kilat Tuti menarik tangan anak nya yg sedang ketakutan itu lalu pergi tanpa memberi salam.

Chaera dan Dio yg melihat kepergian Tuti yang tidak sopan itu hanya bisa mendengus kesal. "Si mak-mak jablay itu ga ada minta maaf gitu?, Seenak nya nyelonong keluar" batin Chaera menggerutu

"Saya rasa permasalahan ini sampai disini saja, dan saya harap anda tidak mengulangi kesalahan anda sekalian. Dan jangan sampai saya dengar anak, ataupun istri saya di sentuh seperti itu!" Tegas Dio dengan tatapan tajam bak elang nya, guru-guru di sana hanya bisa menunduk dalam tanpa ada bantahan.

___________

BYEEE




Jadi Mahmud?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang