14. Foto

368 25 0
                                    

"aduh, Ardi. Menantu mami kok bisa sampai pingsan sih?!" Terdengar dari seberang suara serak yang terlihat sangat kesal.

"Chaera kecapekan mi" balasnya berusaha menjawab setiap ocehan sang ibunda.

"Huh, itu mah kamu yang ga becus jadi suami. Awas ya, kalau sampe mantu mami kenapa-kenapa, anu kamu mami sunat sampe abis" ancam nya yang tak terdengar main-main.

"Iya mi iyaa, ya udah Ages sama Yan sama mami dulu sampe Chaera sehat" Ardio merasa merinding kala mendengar ucapan momy nya-Qila. Qila memang sangat menyayangi Chaera melebihi putra nya sendiri, Dio jadi iri saja.

"Ya udah, awas aja kamu" balas nya tak kalah judes, dan telefon pun berakhir.

Dio meletak kan hp nya ke meja di samping tempat tidur nya, dan kembali menatap Chaera yang mungkin sedang bermain di sana. Dio meletakkan kepala Chaera di paha nya, dan mengelus rambut itu.

Tak peduli, dari mana asal jiwa yang mengisi raga istri nya, Dio tetap mencintai nya. Dio tidak mau kehilangan untuk ke-2 kalinya, ia tidak akan mengulangi kesalahan nya dimasa lalu.

Dio mencintai nya, dan Dio tidak berharap Kiki kembali ke dunia nya, tidak akan. Dio ingin egois, ia sudah sangat bergantung dengan Kiki dan anak-anak nya juga.

Ngomong-ngomong Dio harus memanggil istri nya apa? Chaera? Atau Kiki?. Ahh, nanti kita tanyakan.

Tadi dokter sudah berkunjung kemari dan hanya mengatakan bahwa Chaera kelelahan karna kebanyakan menangis dan stress, dan mungkin istri nya itu akan bangun sebentar lagi.

"Mas" Chaera terperangah kala dirinya merasakan sentuhan halus di kepala nya, ia melihat suaminya yang menatap nya dengan tatapan teduh.

"Kamu udah enakan?" Tanya Dio perhatian.

"Hu'um"

"Aku harus manggil kamu apa?, Kiki atau tetap Chaera?" Dio mengalihkan topik pembicaraan nya.

Chaera menatap Lamat Dio. "Chaera, aku juga udah terbiasa sama nama itu. Kalau Kiki juga nanti menimbulkan kecurigaan. Aku juga ngehargain Chaera" jawab Chaera yang di angguki setuju oleh Dio.

______

Chaera sudah kembali pulih seperti sedia kala, anak-anak juga Sudah kembali ke rumah. Kini Chaera bersama anak-anak nya sedang membersihkan ruangan yang sudah tidak terurus mungkin bisa di sebut gudang.

"Liat deh mama ini kotor banget, debu nya nyebar" ucap Agestera mengamati sekeliling ruangan tersebut.

"Namanya juga gudang dek" Chaera mulai menyapu lantai yang kotor.

"Uhuk..." Batuk dari Agestera itu mengalihkan atensi Chaera dan Yan.

"Mata adek perih" rengek nya sambil mengusap-usap mata nya yang terkena debu saat membersihkan meja.
Yan yang sangat protective dengan adek nya segera memarahi nya. "Kan udah di bilangi sama mama pake kacamata sama masker, adek ga mau dengar jadi gini kan. Pakai sekarang!" Titah Yan yang tanpa babibu lansung turuti Agestera.

"Udah jangan di kucek, nanti tambah merah" ujar Yan menghentikan Agestera yang mengucek-ngucek mata nya.

"Sini Abang tiupin"

Hufhh

"Masih perih ngak?"

Agestera menggeleng, perih Dimata nya sudah berkurang, mungkin sekarang mata nya sudah merah.

Chaera tersenyum dan mengucap syukur putra nya sangat menyayangi adek nya, walau terlihat dingin dan cuek ia adalah sosok yang amat peduli pada keluarga nya.

Jadi Mahmud?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang