20.

233 16 1
                                    

"Winro, gue mau lo lacak nomor hp ini" titah Dio ke pada seorang lelaki yang umur nya tidak jauh beda dari Dio.

Winro adalah sahabat karib Dio dari mereka SMP sampai sekarang. Winro bekerja sebagai hacker handal, tidak ada yang tau pekerjaan sebenarnya Winro.

"Why?" Tanya Winro sambil melempar kan botol soda dan di tangkap baik oleh Dio.

Dio menghela nafas berat nya, kedua netra itu kelihatan menanggung banyak beban dan pikiran ynag berkecambuk.

"Gue ga tau ini kebetulan atau enggak but keluarga gue keancam sekarang"

"Really? Ada yang berani ngusik keluarga Xanders?" Winro terperangah tak percaya karena menurut nya baru kali ini Dio mengeluh ada yang mengancam keselamatan keluarga itu.

Dio mengambil hp nya dan membuka room chat nya dengan no tak di kenal itu  lalu melemparkannya ke Winro.

"Anak gue kecelakaan dan itu cukup parah. Gue yakin banget itu ada sangkut paut nya sama nomor itu?" Ucap Dio.

Kedua alis tebal itu menukik menghadirkan gerutan di dahi nya. membaca rentetan kalimat yang terlihat tidak bencanda.

"Gue bakal lacak nomor ini dan kirim ke lo hasil nya"

_________

"Makan lah Cha, lo kaya orang mati di kasi nyawa tau" Chalistha yang biasanya cuek bebek kini cerewet karna sahabat nya tidak mau makan atau pun mandi dari semalam.

"Anak gue belum bangun, gimana gue bisa makan?"

Chalistha mendengus, "lo mau Yan bangun-bangun terkejut batin liat emak nya kayak mayat idup terus pingsan lagi? Mau lo, hah?!"

Chaera menggeleng dengan mata yang menatap lurus seorang di depan nya yang terbaring nyaman.

"Ya udah kalau gitu makan-"

"Apa mau gue suapin?" Lanjut nya menawarkan, melihat keadaan Chaera Chalistha sangsi sahabat nya itu sanggup menyuapkan nasi ke mulut nya walaupun Chalistha tau Chaera tak selemah itu sih.

Chaera mengangguk meng-iyakan. Lumayan Chaera tak perlu mengeluarkan banyak tenaga tinggal membuka mulut maka makanan akan sampai ke mulut nya.

Chalistha lantas menarik kursi lain lalu di tempatkan nya di samping kursi Chaera. Dengan ogah-ogahan Chalistha menyuapi Chaera.

"Makasih ya Tha" ucap Chaera tulus setelah makanan nya sudah habis tak tersisa.

"Buat?"

"Ya ini.., makasih udah bantu gue dan nyiapin kebutuh ages tadi"

"Oohh... Tapi ini semua ga gratis lah, enak aja lu. Gue mau bayaran..."

Chaera menatap tak percaya Chalistha yang tersenyum remeh.

"Setan lo monyet, mau apa lo hah?! Cepat sini rekening lo biar gue transfer semiliyar biar lo puas. Dasar mata duitan" hardik Chaera begitu tajam nya.

"Dih, siapa yang bilang mau duit? Sorry-sorry aja nih ya duit gue bejibun di rumah" balas Chalistha angkuh.

"Terus lo mau apa onyet?" Tanya Chaera frustasi.

"Gue mau lo mandi, soalnya badan lo bau jengkol" ucap Chalistha yang membuat Chaera mendelik tak terima.

"Setan lo, badan gue masih harum ya monyet"

"Pokok nya lo mandi, biar segar dikit badan lo itu" sahut Chalistha tak mau kalah, dia sudah menarik Chaera menuju kamar mandi dan memasukkan nya begitu saja.

"Sialan lo tha" Chalistha masih bisa mendengar umpatan kecil yang Chaera lontarkan untuk nya, Chalistha tertawa cekikikan lalu kembali duduk di sofa rumah sakit itu.

Jadi Mahmud?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang