Setelah penjelasan panjang lebar yang dikemukakan Agam mengenai kasus yang menimpa Tiara dan Ivanna, kondisi gadis itu sudah membaik. Meski sesaknya belum hilang sepenuhnya, tapi sepertinya ia sudah bisa berjalan.
Dilihat dari raut serta pengakuan Agam yang tanpa diminta, jelas sekali kalau pemuda itu merasa bersalah. Jika saja tenaga Ivanna telah pulih sepenuhnya, ia tak akan ragu menendang selangkangan pemuda itu. Sayangnya, ia masih lemah.
"Gue minta maaf soal tadi, gue nggak ngira lo bakal langsung percaya." Ivanna meliriknya sinis.
"Seharusnya kamu lebih tau, ada alasan yang ngebuat aku akan langsung percaya."
Dari kejadian-kejadian sebelumnya, Ivanna jadi sangat yakin kalau Agam mengetahui novel Guardian Angel. Entah kasusnya sama seperti Ivanna, yang meninggal kemudian menepati tubuh 'Ivanna', atau ada kasus lain. Ivanna akan menanyakan soal itu di lain waktu.
"Percaya apa? Alasan apa? Kalian ngomongin apa sih?" Perhatian kedua orang itu langsung teralih pada Tiara yang sedang menyerngit bingung. Ia pasti merasa bodoh sendiri karena tak mengerti apapun.
"Soal lo yang bakal bun—"
"Agam!" Teriakan serta pelototan Ivanna menyela ucapan pemuda itu. Seakan tersadar, Agam langsung membungkam mulutnya rapat. Hal itu semakin dicurigai Tiara.
"Soal aku apa? Kamu nyembunyiin apa dari aku, Van?" tanya gadis itu pada Ivanna yang kelimpungan mencari alasan.
"E-enggak ada apa-apa, Ra. Mending kita ke kelas aja, yuk? Nanti ada pertemuan perdana club bela diri, 'kan?"
Mendengar itu, Tiara menghembuskan napasnya berat. Walau begitu, ia tetap berdiri lalu mengulurkan tangan pada Ivanna, bermaksud membantu.
"Kamu alihin pembicaraan," ujarnya pelan begitu Ivanna bangkit setelah menerima ulurannya.
Kehabisan alasan, Ivanna hanya pura-pura tak mendengar. Dibantu Tiara yang merangkul pundaknya, mereka memutuskan untuk kembali ke kelas.
"Aku udah baik-baik aja padahal, Ra." Kali ini giliran Tiara yang tak mengindahkan ucapan Ivanna.
Begitu sampai di kelas, Agam meminta Tiara lebih dulu masuk karena masih ada yang ingin ia sampaikan pada Ivanna. Meski sempat melemparkan tatapan tak suka, Tiara tetap menurut. Kini tinggal Agam dan Ivanna yang berada di sudut koridor, agar pembicaraan mereka tak dicuri dengar orang lain.
"Karena lo udah manggil nama gue dengan bener, gue bakal kasih gift spesial." Ucapan pemuda itu ditanggapi senyum miring Ivanna.
"Bilang aja kamu mau nyogok aku, biar enggak kuaduin ke Kak Rayden." Dari raut gelisah pemuda itu, Ivanna yakin tebakannya benar.
"Enggak—"
"Tiga permintaan," sela Ivanna tegas. "Dengan tiga permintaan, aku janji akan tutup mulut soal kebohongan kamu yang bikin aku hampir sekarat."
Mata Agam membulat. "Banyak amat! Satu ajalah," tawarnya yang dijawab gelengan.
"Tiga atau aku ngadu?"
"Lo pikir gue jin botol? Itu banyak banget!"
"Itu masih nggak sebanding dengan perbuatan kamu," balas Ivanna dengan raut datar.
Gigi Agam bergemeletuk cemas. Tiga permintaan itu terlalu banyak, tapi jika Ivanna benar-benar mengadu pada Rayden, maka tamat riwayatnya di sekolah ini. Baru saja ia lihat akhir buruk Angel karena salah berurusan dengan Razaputra, masa kali ini ia yang akan mendapati kemalangan? Tidak-tidak, Agam tak akan membiarkannya.
"Okey, deal tiga. Tapi, janji lo bakal lupain kejadian hari ini?" Ivanna mengangguk ringan.
"Permintaan pertama, kamu jelasin siapa diri kamu yang sebenarnya dan hubunganmu dengan Kak Hana." Mata Agam membulat tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamatkan Mereka[On Going]
Teen Fiction[PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT] [REVISI SETELAH TAMAT] Mati di tangan keluarga sendiri. Bagaimana rasanya? Sakit, kecewa. Meski hubungan mereka tak persis seperti keluarga yang sebenarnya, Mia tak pernah menyangka kalau bibinya bisa bertindak senekat...