Bab 28. Dilabrak

7 0 0
                                    

Sepasang kaki jenjang milik seorang gadis berparas tegas nan cantik bergegas melewati koridor lantai 3 gedung kelas 10. Sikapnya yang biasa ramah dengan menyapa tiap orang, kini seolah lenyap menyisakan tatapan mata tajam dan ekspresi tak sabaran.

Ya, Hanna sangat tak sabar.

Di belakangnya tak lupa seorang pemuda berbadan bongsor mengikuti dengan raut harap-harap cemas. Entah apa yang akan mereka lakukan hari ini.

Memasuki kelas 10 IPA 1, Agam langsung berdiri hendak menyapa. Namun, dirinya langsung dilewati. Beberapa anak dalam kelas menyadari kehadiran dua kakak kelas mereka itu, termasuk Tiara dan Ivanna. Belum sempat keduanya menyapa ramah, tindakan Hanna membuat semua orang memekik tertahan lantaran terlalu kaget.

Bagaimana tidak?

Hanna menarik tangan Ivanna kencang, membuatnya berdiri lalu mendorongnya kasar ke dinding. Lalu, kini kedua tangan Hanna mengungkung gadis itu pada kedua sisinya, membuat Ivanna membelalak kaget.

"K-Kak Hanna?"

Hanya tatapan mata yang memicing tajam merespon panggilan Ivanna. Agam dan Tiara yang baru mendapat kesadaran mereka kembali, langsung mendekati Hanna. Namun, tubuh besar Jarel menghalangi keduanya, seakan sengaja menjadi penghalang.

Jarel tersenyum tipis, tercampur dengan sorot tak enak hati. "Maaf sebentar, ya? Ivanna gak bakal di apa-apain, kok."

Baik Tiara, Agam atau siapapun yang mendengarnya melotot tak percaya. Setelah melihat sikap kasar Hanna barusan, orang bodoh mana yang akan percaya?

Kembali pada Ivanna dan Hanna. Keduanya masih sama-sama diam dengan mata yang saling menatap lurus.

"Lo tau dari mana?"

"Ha?" beo Ivanna serupa orang bodoh. Kepalanya perlu mendongak untuk bicara dengan sosok tinggi seperti Hanna.

"Bapak gue. Lo tau dari mana soal bapak gue yang—" Hanna menghentikan ucapannya, melirik sekitar sebentar, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Ivanna. "bakal nyuri tabungan gue."

Tubuh Ivanna bergidik ngeri, ia meneguk salivanya kasar karena tingkah kakak kelasnya ini. Walau begitu, ia berusaha mengatur ekspresinya, lalu menatap mata Hanna berani.

"Aku cenayang," bisiknya. Ivanna berdehem sebentar, lalu menatap mata Hanna lagi. "Aku dapet penglihatan soal itu."

Ivanna yakin, jika ada orang yang mendengar perkataannya ini, pasti ia akan dikatai gila, ratu drama dan sebagainya. Bahkan, jika Ivanna mendengar hal semacam ini dari mulut orang lain, ia juga pasti akan mengatainya tukang cari perhatian. Tapi, ini lebih baik daripada dia harus bilang,

"Di novel tertulis begitu. Kalian semua tokoh novel dan aku udah baca seluruh kisah kalian. Soal ini juga aku tau dari novel."

Segalanya akan hancur lebur jika begitu.

Mata Hanna memicing tak percaya. Tentu saja tak percaya, memang orang gila mana yang akan percaya.

"Gilak! Lo beneran anak ajaib, Vanna!"

Tubuh Ivanna membeku seketika kala Hanna mendekapnya dengan erat. Rahang semua orang yang menonton seakan bisa jatuh, saking terkejutnya dengan apa yang mereka lihat.

Baru saja semenit yang lalu mereka berpikir Ivanna melakukan kesalahan besar hingga dilabrak kakak kelas seperti Hanna, namun kini? Apa yang terjadi hingga keduanya berpelukan?

"Gue berhasil amanin tuh duit sebelum bapak pulang," bisik Hanna tepat di telinga Ivanna dengan nada ceria. Sementara yang dipeluk masih shock bukan main. Sampai sekarang, Ivanna masih melongo kaget.

Selamatkan Mereka[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang