Bab 14. Dibully

10 1 0
                                    

Semenjak masuk ke dalam dunia ini, Ivanna sudah bertekad mengubah identitasnya. Ia bahkan mulai melupakan dirinya yang 'lalu', dirinya sebagai Mia. Ia mengakui diri sebagai Ivanna, karena memang begitu keadaan yang sekarang.

Ivanna pikir, semua akan berjalan lancar. Ia sangat hafal jalan cerita novel ini, pasti rencananya akan berjalan lancar. Harusnya begitu, karena Ivanna 'pun bahkan bersedia menjadikan dunia ini sebagai dunianya, karena itu semua harus sesuai rencana. Tapi, bagaimana bisa sekarang dia dibuat ragu dan bingung? Bahkan, karena seseorang yang sama sekali bukan karakter.

Agam. Ketua kelas itu, siapa dia sebenarnya? Kenapa dia sangat aneh? Apa maksudnya dengan, dia bukan karakter? Apakah ... dia berasal dari dunia yang sama dengan Ivanna–tidak, dengan Mia? Tapi, bagaimana mungkin? Jika dipikir, memang tidak ada yang sesuai logika di dunia ini. Contohnya saja kasus Mia sendiri, ia yang seharusnya sudah mati malah berakhir di sini. Mia bahkan tak tahu di mana jiwa Ivanna yang asli berada, apa dia akan kembali atau hilang selamanya, Mia tidak tau. Tepatnya, Mia tidak ingin tau. Ia hanya ingin menjalani kehidupan barunya di sini, dan membuat semua tokoh bahagia. Tapi, dengan adanya Agam, apakah bisa berjalan sempurna rencananya? Sampai saat ini, Ivanna masih bingung. Agam ini kawan atau malah lawan?

"Vanna!" Gadis bersurai panjang itu tersentak, tersadar dari lamunan panjangnya. Ia menatap Tiara dengan linglung.

"Y-ya?"

"Kamu mikirin apa? Dari tadi aku panggil, kamu enggak ngerespon sama sekali. Ada masalah?" cecar Tiara gelisah, ia khawatir dengan sahabatnya itu. Tetapi, Ivanna malah tersenyum kecil.

"Aku cuma ngelamun aja tadi. Maaf, ya?" Tiara membuang napas pelan, lalu mengangguk. Jika Ivanna tak ingin cerita, Tiara memang tak bisa memaksanya.

"Tapi, kenapa kamu manggil?" tanya Ivanna memutar topik.

Tiara menatapnya seolah kehabisan kesabaran. "Coba liat sekeliling kamu, semua orang udah pulang Vanna. Kamu ngelamun sampai pelajaran berakhir, makanya enggak nyadar kalau kelas udah sepi."

Ivanna meringis sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Yaa, dia memang keterlaluan kali ini ngelamunnya, Ivanna mengaku salah. Namun begitu, sebenarnya gadis itu sedikit bersyukur melihat Tiara yang mengomel seperti ini. Dia semakin banyak ekspresi, Ivanna merasa berhasil mengubahnya.

"Aku minta maaf." Hanya dengan tiga kata itu, Tiara langsung luluh. Memang, di mata Tiara sahabatnya itu sangat manis dan menggemaskan, lebih dari boneka panda.

"Yaudah, enggak pa-pa. Mending kita pulang, yuk?" ajak Tiara yang diangguki Ivanna.

Setelah merapihkan alat tulisnya, Ivanna segera keluar, bergandengan tangan dengan Tiara. Jika orang asing melihat mereka, pasti akan menganggap jika persahabatan mereka sudah terjalin selama bertahun-tahun. Kadang-kadang, hubungan memang bisa seperti itu. Kedekatannya bukan tergantung seberapa lama, tapi seberapa nyaman dan percayanya terhadap satu sama lain. Mungkin, rasa nyaman dan percaya antara Ivanna dan Tiara telah melebihi orang-orang yang sudah berhubungan lebih lama dari mereka.

"Hai, Kalian." Senyuman dua gadis itu langsung lenyap seketika berkat sapaan dari orang yang tak diinginkan.

Angel. Lengkap dengan dua pengikutnya.

Ivanna menghela napas lelah, bosan dengan tukang cari masalah ini. "Mau apa lagi kamu?" Suaranya begitu dingin dan mengintimidasi, Ivanna sudah super benci dengan tingkah Angel.

Tidak seperti tadi pagi, kali ini Angel tak langsung menciut. Ia masih berani menatap Ivanna rendah, tak sadar akan posisinya.

"Udah berkali-kali gue peringatkan lo buat jangan ikut campur urusan gue sama c*cunguk ini," ia menunjuk Tiara." Tapi, lo enggak menghiraukan ucapan gue. Dengan beraninya, lo bikin gue malu hari ini Ivanna." Sorot kebencian terlihat jelas dari mata itu.

Selamatkan Mereka[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang