Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*Jika Anda membaca cerita ini di Platform lain selain WATTPAD, Anda kemungkinan besar berisiko terkena SERANGAN MALWARE.*
*Ifyou're reading this story on a Platform other than WATTPAD, you are mostlikely at risk of a MALWARE ATTACK*
• ° • °
"Hyung, Kita berdua tahu ini tidak akan berhasil. Kemungkinan Steffan hyung untuk sadar kembali sangat tipis. Ini sudah setengah tahun."
"Yejoon memintaku agar tetap seperti ini, setidaknya sampai Rose lulus dan masuk kuliah."
"Itu sekitar setahun lagi. Apa kita bisa mempertahankannya selama itu?."
"Bisa, jangan mempermalukan dirimu. Steffan akan mengejekmu kalau tidak bisa mempertahankannya."
"Hyung... kredibilitasmu sebagai presdir akan dipertaruhkan."
"Aku tidak peduli tentang itu, Seohyuk-ah. Steffan teman kita, dan anak-anaknya sudah seperti anakku sendiri. Apa kau bisa menolak Yejoon ketika dia bilang tidak adil untuk Rose kalau membiarkan ayahnya pergi sekarang. Dia dan Joy didampingi orangtuanya sampai masuk kuliah. Sementara Rose... bisa saja kedua kakaknya mendampingi, tapi rasanya akan berbeda. Setidaknya setelah hari itu mereka bisa berkumpul bersama ayahnya disini."
"Yejoon sepertinya masih berharap ayahnya akan bangun."
"Itu wajar, apa ada anak yang berharap orangtuanya meninggal?."
######
"Kalian akan pindah ke apartemen?."tanya Sinb, "Lalu rumah ini bagaimana?."
"Entahlah, mungkin oppa akan menjualnya. Semua keuangan di rumah, oppa yang mengaturnya sekarang."jelas Joy "Dimana Yejoon sekarang?." "Mungkin di kantor." "Sejak tadi kau tidak punya jawaban yang pasti." "Memang aku seperti ini. Mengobrol dengan Rose saja sana. Jangan mengangguku beres-beres." "Jinjja..." "Kenapa juga eonni mencari oppa terus? Biasanya juga ngga mau lihat. Merindukannya?." "Anni!!."
Sinb pergi dari kamar Joy dengan sedikit kesal. Dia masuk kamar Rose dan membantunya beres-beres.
"Anak-anak, turunlah! Istirahat sebentar, sekarang sudah jam makan siang."seru Yuri
"Nde... mom..."
######
"Besok kau menjemputku seperti biasa?." "Ye, tuan muda." "Sampai kapan kau melakukannya?." "Selama saya masih terpakai, saya akan setia pada anda." "Padaku? Atau pamanku?." "Tuan..." "Tidak usah sok kaget begitu. Kau bekerja untuk dua majikan sekarang. Aku paham kau hanya menjalankan tugas. Tapi jangan sampai kau mengkhianati aku."