*Jika Anda membaca cerita ini di Platform lain selain WATTPAD, Anda kemungkinan besar berisiko terkena SERANGAN MALWARE.*
*If you're reading this story on a Platform other than WATTPAD, you are most likely at risk of a MALWARE ATTACK*
######
Jesson terkejut melihat balasan dari Yuri. Dia buru-buru keluar dari ruangannya dan pergi. Padahal tadinya dia akan pulang ke rumah orangtuanya.
"Benar Yuri ada di dalam?."Jesson membatin
Dia sudah berada di depan pintu apartementnya dan ragu. Setelah menenangkan diri sejenak, dia membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia tertegun melihat apartementnya yang rapih. Ketika berada di dapur, dia terdiam lagi. Yuri ada disana, sedang memasak. Semua ini mengingatkannya akan masa lalu.
"Selamat datang."ucap Yuri dan tersenyum padanya.
Jesson tersenyum kikuk, tangannya tanpa sadar mengaruk lehernya yang tak gatal. "Aku pulang."ucapnya
"Makanlah. Di kulkas hanya ada spagheti instant. Jadi aku hanya membuat ini, dan Maaf kalau hanya ala kadarnya."
"Gwaenchana."
Jesson dan Yuri duduk bersebrangan...
"Kamu tidak makan?."tanya Jesson
"Aku sudah makan di dorm. Tadi aku menemui Hyo dan Yoona."Jesson mengangguk mengerti dan mulai makan. Yuri menunggu sampai Jesson menghabiskan makanannya. Setelah itu dia mengeluarkan kartu milik Jesson.
"Gantilah kata sandinya... Itu membuatku tidak nyaman."
"Wae?. Aku menyukainya, dan aku mengingat dengan baik angka itu.""Tapi aku tidak menyukainya. Berhentilah melakukan hal seperti ini. Aku bukan siapa-siapa."
Yuri beranjak dari posisinya dan akan pergi.
"Yuri-ah..."
Yuri berhenti melangkah...
"Aku tahu aku salah karena memanfaatkanmu yang sedang amnesia agar mencintaiku. Mianhae..."ujar Jesson, "Tapi meskipun begitu, aku benar-benar mencintaimu. Jangan marah lagi."dia melanjutkan kata-katanya
"Aku tidak marah, sungguh. Hanya saja, aku tidak nyaman."
"Wae?."
"Aku tidak tahu!."
Sesaat mereka kembali terdiam dan Yuri juga akan pergi. Tapi Jesson lagi-lagi menahannya.
"Aku masih mencintaimu."
"Jesson-ssi. Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik daripada aku."
"Kau sudah lebih dari itu. Kenapa aku harus mendapatkan yang lain?. Kenapa kau berkata seperti itu?. Seharusnya kau membalas pernyataanku atau menolakku. Kau masih mencintai aku juga 'kan?."
"Anni.."
"Kalau begitu katakan yang jelas. Buat aku tidak berharap lagi padamu."tuntut Jesson
Yuri terdiam, lidahnya terasa kelu...
Jesson mendekatinya dan memegang pundaknya, "Kau tidak bisa mengatakannya 'kan?. Kau masih mencintaiku 'kan?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [Complete]
Fiksi PenggemarTakdir... Tak ada yang tahu takdir setiap manusia... Termasuk takdir mereka yang harus terpisah atau dipersatukan...