Syifa jarang mengupdate status di akun media sosial kalau jarinya gatal saja dia memperbarui story, jika tidak selamanya kosong. Bukan karena terlalu sibuk karena kenyataannya, dari sore hingga subuh ia memiliki waktu istirahat. Tapi memang dia sendiri yang tidak suka dengan hal itu, tidak terlalu peduli tepatnya.
Minggu siang Syifa berada di salah satu butik bersama salah satu rekannya Zubi, yang tadinya menemani sekarang dia ikut memilih gaun yang akan dikenakannya di malam reuni nanti, koleksinya bagus-bagus.
"Kalap kan lo?"
Syifa tersenyum, di tangannya sudah ada dua gaun dan satu kemeja silk warna putih dengan motif bawah berwarna biru, kini dia lanjut mencari celana.
Bukankah umumnya wanita ketika diajak belanja bakal kalap mata? Syukur Syifa mampu untuk melakukan hal itu.
"Lo nggak tau aja gue udah lama nggak shoping," alibi Syifa.
Kalaupun ke mall paling untuk membeli peralatan kosmetik dan ngemil. Biasanya Syifa belanja kalau ikut orang tuanya ke luar negeri, seperti ke London setahun yang lalu. Namun begitu Syifa lebih suka produk lokal, sekalipun berasal dari keluarga kaya raya gadis itu tidak pernah mempermasalahkan pakaian yang dikenakannya di mana rata-rata seharga 70.000-300.000. Selama pakaian itu menutupi tidak jadi masalah berapapun harganya.
"Koleksi di sini memang bagus, pokonya setengah gaji gue larinya ke sini tiap bulan."
Syifa tertawa. "Gila!"
Dan Zubi ikut tertawa. Memang di antara semua rekannya Zubi yang penampilannya paling mentereng, style-nya tidak pernah ketinggalan. Misinya satu membuat si mantan yang sampai sekarang masih jomblo kepanasan lantaran Zubi yang tidak mau balikan.
"Lihat lo sekarang gue keringat Kris."
"Nggak usah diingat biar gue aja," balas Zubi dan kembali membuat tertawa Syifa.
"Gue ke lorong sana dulu."
Syifa mengangguk, ia sendiri akan mencoba gaun dan kemeja yang sudah dipilih olehnya.
Berbeda dengan Zubi yang punya tujuan dengan penampilannya sementara Syifa tidak punya niat apa-apa. Apapun yang dipakai ya untuk kenyamanan juga sesuai acara yang dihadiri bukan untuk menarik perhatian.
"Terlalu mencolok, ngepas juga kan buat kamu."
Syifa yang tadinya menunduk membenarkan renda bagian bawah kini mengangkat kepalanya ketika mendengar sebuah suara.
"Cari yang lain saja."
Itu Bintang, setelah hampir dua minggu menghilang kini laki-laki itu kembali menampakkan batang hidungnya.
"Tau dari mana gue di sini?" Syifa tidak menoleh dan memilih melihat laki-laki itu dari cermin.
"Ngikut kata hati gue." Bintang tidak ingin mengatakan siapa yang memberitahunya keberadaan Syifa saat ini.
"Ganti ya, ukuran dan warnanya enggak bagus." sebelum pergi Bintang mengusap kepala Syifa. "Gue tunggu di luar."
Urusan dia apa? Gue mau pakai yang ngepas, terbuka, suka-suka gue dong!
Setelah selesai di ruang ganti Syifa keluar dan mencari Zubi begitu ketemu dia langsung bertanya. "Lo yang bilang kita lagi di sini?"
Zubi tampak bingung. "Bilang ke siapa?"
Dan Syifa tahu bukan Zubi orangnya, lalu siapa?
"Bintang di sini."
"Apa?!" Zubi segera menutup mulutnya. "Dia nyusul lo?"
Syifa mengendikkan bahu, lalu membawa tiga pakaian yang sudah dipilihnya ke kasir padahal dia belum mencoba gaun satu lagi, dan tidak ingin mencobanya.
"Udah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman tapi....
RomanceTentang Bintang dan Syifa ; Rumit saat tidak bersama, saling memahami tapi tidak pernah peka