17

1.7K 280 42
                                    

 Dari atas Bintang memperhatikan dua orang di bawah sana sedang bercengkrama, ternyata mereka memang sudah sangat jauh terbukti tawa si gadis mulai dirindukan.

Entah apa yang sedang diobrolkan, padahal  baru hitungan hari tapi kedua orang itu sudah terlihat sangat akrab. Tetap ada sisi keberatan dalam diri Bintang, ia tidak perlu menjelekkan Akala tapi dari hatinya tidak menyukai saudara angkatnya tersebut apalagi merelakan Syifa untuknya.

Karena dia sudah memilih Alisa apakah ia tidak punya alasan menahan Syifa? Yang dijalani Syifa mungkin murni karena keinginan mamanya, tapi Bintang tidak ingin nantinya mendengar witing tresno jalaran soko kulino, apalagi Syifa yang tidak pernah pacaran sebelumnya.

Egois, lupakan dulu satu kata tersebut. Dengan tetapan bak elang, Bintang memperhatikan pergerakan Syifa. Ia menebak jika langkah gadis itu mengarah ke bangunan rumah artinya Syifa akan masuk, dengan cepat Bintang turun.

Tiba di bawah ia melihat Syifa berjalan lebih dulu beberapa langkah darinya ke arah dapur, Bintang perlu menarik nggak di situ menjauh sejenak karena ada yang ingin dikatakan. Ini bukan pikiran ataupun keinginan jauh-jauh hari tapi terlintas begitu saja saat melihat tawa Syifa dan Akala.

"Ikut aku!" Bintang menarik lengan Syifa lalu menyeret ke sebuah kamar yang diketahuinya kosong.

Tiba di kamar Syifa bertanya kenapa Bintang membawanya ke sini. "Apa yang ingin kamu katakan?"

"Menjauh darinya, aku yang akan menikahimu!" 

Berbicara disaat emosi menghiasi diri jelas bukan pilihan tepat, terlebih Bintang mengatakannya pada Syifa, seseorang yang pernah menjadi sahabatnya.

"Aku tidak mau karena aku tidak punya alasan menikah denganmu." lantas Syifa bertanya lagi, "Ada apa, kamu putus dengan Alisa dan ingin melampiaskan padaku?"

"Aku cuma mau kamu, dengan Akala kamu tidak akan bahagia."

Harusnya Syifa memberi sebuah tamparan untuk menyadarkan pria itu.

"Buktinya aku bahagia sekarang. Dia dewasa, aku menyukainya." iya, Syifa mengakui perasaan terbarunya itu. "Ini pertama kali aku menyukai seseorang, suka dalam artian berbeda dari seorang teman."

Syifa perlu menjelaskan perasaannya sekarang, bagaimanapun sesuatu tentang masa depan ingin dijalaninya dengan orang lain bukan pria bernama Bintang.

"Demi dia kamu mengabaikanku?"

Syifa muak. "Kalaupun kita masih bertemu seperti sekarang percayalah itu bukan keinginanku, ke depannya juga kita akan sering bertemu tapi sekali lagi itu bukan untuk sesuatu yang pantas menurutmu."

Syifa tidak tahu apa yang sudah terjadi antara Bintang dengan Alisa, ia tidak penasaran bagaimana hubungan kedua orang itu sekarang. Sikap sepihak Bintang, sudah membiasakan dirinya hingga melupakan beberapa hal tentang laki-laki tersebut.

"Mungkin kita akan bertemu sebagai ipar." Syifa membocorkan sedikit clue, sebentar lagi dia dan Akala akan keluar.

"Itu tidak akan terjadi!"

Beberapa hal memang sudah dilupakan tapi raut marah Bintang masih diingat oleh Syifa, seperti saat ini.

"Kamu tidak akan menikah dengannya."

"Ternyata banyak hal yang sudah membuatmu berubah selama kita tidak bertemu, tapi aku mau minta satu hal." Syifa berkata sungguh-sungguh. "Aku pernah bahagia pada pilihanmu dan berlapang dada dengan sikapmu jadi kumohon lakukan hal yang sama.  Jika sulit, anggap itu hutang yang wajib kamu bayar."

Syifa tidak menampar dengan tangannya namun tanpa disadari gadis itu bahwa Bintang merasa tertampar dan tersinggung dengan kata-katanya.

"Kamu pendendam!" geram Bintang, ia menarik pinggang Syifa hingga tubuh keduanya bersentuhan.

Teman tapi....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang