10

1.8K 315 53
                                    

 "Kata siapa?" Agni juga terkejut, tidak ada yang memberitahunya kabar tersebut. 

"Teman-teman tahu semua, kirain Mama lupa ngasih tahu aku."

Agni menggeleng. "Bercanda kali temanmu."

"Enggak mungkin, salah satu temanku dengar langsung dari sohibnya Alisa."

"Kalau memang benar, kasian juga Bintang."

Syifa mengangguk.

"Mama Ki maunya kamu yang jadi mantu, enggak mau yang lain."

Loh kok? 

Lalu mama Agni menarik napas dengan berat.

"Apa Mama telpon saja ya?"

Reflek Syifa menarik lengan mamanya. "Nggak usah, Ma. Jangan ikut campur urusan orang lain."

"Mama Ki bukan orang lain, Syifa!"

"Maksudku, biarin dulu Ma. Mana tahu mereka lagi ada masalah."

"Mama belum yakin makanya mau telepon dulu."

Syifa gagal menahan langkah mama Agni. Harusnya dia tidak usah memberitahu ibunya, biar saja kabar itu tenggelam toh mama juga nggak tahu.

Sebelum masuk ke kamar Syifa memeriksa ponselnya, ini pertama kalinya dia ingin tahu aktivitas Bintang di story' setelah sekian lama.

Kosong, lalu Syifa mencari akun Alisa tapi tetap sama. Sepertinya kedua orang itu kompak tidak mengunggah kabar bahagia tersebut.

Salam terdengar ketika Syifa masih berada di ruang tengah ia mengecek ke depan.

Zul yang datang.

"Aku ingin bertemu orang tuamu."

Syifa tidak tertarik lagi. Memang masih hitungan hari tapi ia juga sudah membuat keputusan terkait masa depannya.

"Untuk?"

"Melamarmu."

"Bukankah sudah selesai?" Syifa tidak bicara dengan nada sinis. "Aku menerima pengunduran dirimu, sedikitpun tidak mempermasalahkan."

"Maaf Syifa. Aku yang salah paham, beri aku kesempatan ya."

"Tidak apa-apa Zul, aku juga tidak marah. Aku mengerti sebagai laki-laki kamu pantas memilih yang terbaik, dan itu bukan aku."

Zul ingin meraih tangan Syifa tapi gadis itu sigap menghindar. 

"Plis...."

"Bukan aku Zul orangnya, entah apa yang membuatmu berubah pikiran tapi sebelum itu aku sudah menilai kurangnya aku untuk pria sehebat kamu."

Zul malah merasa sebaliknya. Iya, dia berubah pikiran setelah mengetahui kabar pernikahan Bintang dengan Alisa. Rencananya akan menyampaikan niat seriusnya dulu baru kemudian membahas keberadaan Bintang malam itu di kamar Syifa.

"Aku membuatmu terluka."

Syifa tersenyum tipis. Benar dia terluka, tapi ia tidak menampik kalau Zul juga sama terluka dengannya. Dan gadis itu perlu menyampaikan satu hal.

"Karena kamu baru kembali aku memaklumi kesalahpahamanmu tentang hubunganku dengan Bintang."

Memang sulit dipercaya jika kedua orang itu tidak saling memendam rasa, terutama bagi Zul yang sudah lama tidak bertemu dengan Bintang dan Syifa.

"Harusnya aku mencari tahu dulu...." 

Zul tampak putus asa dengan keputusannya, melihat sikap Syifa bisa dipastikan apa yang dikatakan gadis itu tidak bisa ditarik lagi. 

Ia yakin sudah membuat gadis itu terluka, lihat saja Syifa tidak mempersilakan dirinya masuk dan pembicaraan mereka tuntas di teras depan rumah gadis itu. 

"Aku kembali untukmu, lalu dengan mudahnya   melepaskanmu."

"Bukan salahmu, kita tidak ditakdirkan untuk bersama."

Kata yang indah namun terlalu menyakitkan untuk diresapi. Zul serasa menjadi laki-laki tidak berguna karena menolak takdir untuk bersama gadis pujaan hatinya. 

******

Selang tiga bulan tuntasnya hubungan yang ingin dibawa ke tahap lebih serius Syifa tetap menjalin hubungan baik dengan Zul yang memilih kembali ke luar negeri. 

Pria itu jujur pada Syifa, ia tidak bisa tinggal di tanah air setelah gagal menjadikan gadis pujaan sebagai pendamping hidup. Namun Zul meminta satu hal pada Syifa, seandainya suatu saat Syifa belum menambatkan hati pada laki-laki lain ia ingin Syifa terbuka padanya karena Zul masih menunggunya.

Pada orang tua Syifa tidak mengatakan hal yang sebenarnya terjadi, ia menjaga nama baik Zul dan memberitahu bahwa dirinya yang memutuskan hubungan karena belum merasa cocok kendati demikian ia tidak berbohong saat mengatakan bahwa dirinya memilih berteman dengan Zul.

"Doel dan Hani pasti kewalahan, Syifa. Kapan mau rekrut karyawan?"

Keluar dari perusahaan tempatnya bekerja selama beberapa tahun belakangan Syifa membuka usaha restoran kecil, mengasah bakatnya di tempat baru yang digeluti selama dua bulan ini. 

"Nanti Ma."

"Harusnya restoranmu privasi buat temanmu saja." 

Saran yang konyol. Memang sih, setiap siang teman-temannya selalu mampir kadang malam juga meramaikan restoran Syifa.

"Usaha kok setengah-setengah!" omel mama Agni selalu ngena. "Di samping kan masih ada lahan kosong, coba tanya ke pemiliknya."

"Yang ada enggak sempat istirahat Ma."

Mama Agni berdecak mendengar jawaban anak gadisnya.

"Kamu mau jualan atau rebahan, Syifa?"

Syifa tertawa.

"Atau ini cuma alasanmu yang sebenarnya pengen nenangin hati, iya kan?"

"Emang kenapa dengan hatiku, jangan sok tahu deh Ma."

"Bintang nikah terus hubunganmu sama Zul juga selesai, yakin hati enggak masalah?"

Syifa tidak memberitahu ibunya kenapa dia keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Atasannya adalah rekan baik Bintang, sejak hubungannya dengan Bintang renggang Didik selalu menanyakan Bintang dan Syifa juga berulang kali menjawab hal yang sama. Lalu saat kabar pernikahan Bintang dan Alisa tersebar Didik kembali merecokinya. Terakhir Didik mengatakan kalau dia diutus Bintang untuk menjaga Syifa dan sikap atasannya itu membuat ia risih hingga memutuskan keluar dari sana.

"Dengan Zul sampai sekarang kami baik-baik saja." tidak jadi menikah tidak membuat mereka bermusuhan. Beda dengan Bintang, masalah demi masalah membuat mereka berjauhan.

"Aku juga tidak punya masalah sama Bintang, Mama mau lihat isi chat ku?" 

Lalu Syifa memperlihatkan isi pesannya yang menyampaikan turut bersuka cita atas pernikahan Bintang dengan Alisa.

Antara sedih dan salut Agni membaca isi pesan putrinya. "Ini kamu diblokir?" 

Syifa mengangguk masih dengan senyum lebar.

"Kok aku lihat Mama yang patah hati?" lalu Syifa tertawa.

"Pesan kami tidak dibaca, terus diblok juga. Mama sangsi kalau Bintang yang melakukannya."

Syifa masa bodo dengan kenyataan itu. "Intinya  apa yang Mama pikirkan salah, sekarang Mama lihat sendiri kan buktinya."

Mama Agni menatap prihatin pada putrinya. "Dibalik senyummu tidak menyimpan luka, kan?"

"Aku tidak mudah mencintai Ma, jadi aku tidak punya alasan untuk terluka."

Makna yang terlalu dalam, Agni bisa merasakan kehampaan hati putrinya.










Teman tapi....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang