11

1.7K 311 37
                                    

"Dulu yang sering telepon Bintang, sekarang Zul?"

Iya, sekarang Zul yang lebih sering menghubunginya atau mengirim pesan tak sekadar bertanya kabar tapi juga memastikan keadaan Syifa.

Rekan-rekan yang lain sudah mengetahui kebiasaan Zul yang dulu sering dilakukan oleh Bintang, tapi Safitri baru kembali setelah hampir enam bulan melancong.

"Bedanya Zul naksir sama lo." Safitri melanjutkan, "Nggak ada niat seriusin, gitu?"

Senyum Syifa menutupi hal yang sudah berlaku selama ini. Tidak ada seorangpun yang tahu kecuali mama Agni, mama Ki dan Bintang bahwa dulu Zul pernah melamarnya.

"Belum, bukan nggak ada."

"Semoga segera, gue nyusul setelah lo nanti."

Dalam hati Syifa mengamini harapan baik temannya. Entah dalam waktu dekat ataupun waktu yang tidak diketahuinya, semua wanita punya keinginan untuk hal bahagia itu. Namun sampai sekarang belum ada sosok yang bisa membuat hatinya berdebar.

"Lo enggak pernah ketemu Bintang?"

Syifa menggeleng.

"Nggak kangen lo?"

"Nggak lah."

Safitri menatap tajam pada temannya itu. "Dari begitu dekat bisa kaya nggak saling kenal lagi ya."

"Kan kami enggak marahan, enggak ketemu bukan berarti enggak kenal lagi."

Iya, hampir semua teman-teman mengetahui bahwa itu cara Syifa menghargai hubungan Bintang dengan Alisa. Tapi kembali lagi pada persahabatan kedua orang itu tidak ada yang menduga ending dari hubungan mereka seperti ini.

"Tapi kalian tidak tahu kabar masing-masing, kaya sia-sia nggak sih hubungan kalian dulu?"

Jujur, dulu Syifa sempat memikirkan hal yang sama tapi acuhnya Bintang menjawab kegundahan. Dibuktikan kalau Bintang hanya menelepon saat dirinya senggang saja, bisa dihitung berapa kali dia menelepon dalam seminggu hingga membuat Syifa bisa membiasakan diri tanpa laki-laki itu lagi.

Memaklumi dan menghargai adalah dua sikap bijaksana yang dilakukan Syifa.

"Lima bulan awal gue belajar menjauh dan memahami bahwa tidak selamanya kami bisa bersama, lalu selama enam bulan ini mulai menikmati hasil."

Total setahun hubungan mereka retak dan selama enam bulan ini dia tidak bertemu lagi dengan Bintang tepatnya setelah kabar pernikahan pria tersebut.

"Kalau ditanya sia-sia nggak sih, sepertinya tidak karena tidak ada toxic."

Itu yang membuat teman-teman mereka kagum pada persahabatan Syifa dan Bintang. Tidak ada bau romansa, selama ini mereka juga tidak melihat sikap posesif dari kedua temannya itu.

"Eh ada yang datang!" Safitri berseru tiba-tiba, Syifa ikut melihat ke arah pintu masuk.

Tiga orang wanita masuk dan duduk di meja tengah, lalu Syifa memanggil Doel untuk melayani pelanggan pertama mereka siang itu.

"Kaya geng kita deh," kata Safitri memperhatikan ketiga wanita yang sedang bicara dengan Doel.

"Lebih rusuh kita, itu kaya ibu-ibu sosialita." Syifa berkomentar setelah melihat penampilan sekilas ketiga wanita tersebut.

"Yakin gue, mereka tahu tempat ini dari akun lo."

Syifa mengendikkan bahu.

Syifa jarang menyapa pelanggan, ia menyerahkan tugas itu pada Doel sementara dia menyiapkan hidangan di belakang bersama Hani. Kadang rekannya ikut bantu melayani pelanggan, serasa kerja kelompok.

Teman tapi....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang