14

1.7K 304 39
                                    

 Bukan apartemen Bintang tapi rumah milik orang tuanya yang sudah lama kosong, namun Bintang sempat heran melihat keadaan rumah tersebut yang tampak hidup jauh dari kata terabaikan. Ia tidak tahu apakah orang tuanya menyuruh seseorang menempati rumah itu? Dan dari yang dilihat Bintang sepertinya mama sudah mempersiapkan kedatangan Akala jauh-jauh hari.

Di dapur Bintang melihat Syifa bersama seorang pembantu, kesibukan yang dulu biasa dilihatnya namun sekarang dilakukan untuk orang lain. Bintang tidak menyukai apa yang dilihatnya sekarang namun tidak berhak menyampaikan keberatannya karena ini permintaan mama, mau tidak mau dia membiarkan Syifa berkreasi untuk menghidangkan sesuatu yang istimewa mungkin. 

"Ada yang bisa Bibi bantu Mas?"

Bintang menggeleng, dia cuma ingin duduk saja sambil memperhatikan kesibukan Syifa. Selama tiga hari ini mereka bertemu lagi setelah sekian lama tidak saling menyapa, dan pertemuan ini juga bukan karena keinginan mereka.

Menyadari keberadaan Bintang, Syifa hanya menoleh sekilas lalu kembali ke panci kukusan.

"Kalau memang sreg, kenapa nggak kasih tahu dari dulu?"

Bibi masih ada di sana tapi dia yakin pertanyaan itu tidak tertuju untuknya. Sementara Syifa mengabaikan tanya Bintang.

"Melihat sikapmu, jangan-jangan kalian memang sudah tahu rencana mama?"

Mungkin memang tidak berhak seperti dulu lagi tapi sekarang mereka telah bertemu mustahil Bintang mengabaikan sesuatu yang telah diketahuinya.

"Atau ini alasanmu menjaga jarak dariku?"

Selama tidak bersama lagi dan sejak Syifa menyetujui permintaan Alisa mereka sudah melewati banyak hal. Kepribadian memang tidak berubah tapi masalah yang telah berlalu mendewasakan diri.

"Kamu sudah punya kehidupan baru, jadi biar aku sendiri yang mengurus apapun yang berlaku padaku."

Cukup jelas keinginan Syifa.

"Jadi benar?" Bintang menatap tajam pada gadis yang masih membelakanginya.

Syifa tidak merasa harus mengiyakan, terserah Bintang mau berasumsi seperti apa tentang dirinya juga rencana mama Ki.

Tawa masam terdengar, Bintang lantas melanjutkan asumsinya. "Se-kalipun kita tidak pernah membahasnya, lalu sekarang...." pria itu tertawa lagi.

Bibi keluar dari dapur, ia dosa tidak nyaman mendengar pembicaraan dua orang tersebut.

"Seperti dia tipe-mu?"

Syifa mengatur api lalu berbalik bukan menuju ke bangku untuk melayani pembicaraan Bintang tapi menuju ke lemari mengambil kain kecil untuk membungkus tutul panci.

"Sudah sejauh mana?" Bintang tidak bisa diam saja, bisa jadi prasangkanya memang benar. "Aku bertanya, Syifa."

"Itu urusanku." menjawab seperti itu karena Syifa ingin Bintang pergi dari hadapannya, dia tidak tahu jawaban itu malah memicu kemarahan pria tersebut.

"Enteng sekali jawabanmu." Bintang bangun dan Syifa sama sekali tidak tahu kalau pria itu sedang marah karena sedikitpun dia tidak memperhatikannya. "Aku ragu jika persahabatan kita selama ini tulus adanya."

"Silakan berpikir semaumu." Syifa sudah selesai, ia akan keluar dari dapur memanggil bibi untuk menunggui kukusannya matang.

Namun cekalan Bintang menghentikan langkahnya. 

"Kamu mengejarnya karena itu bertahan di sampingku, lantas menjauh setelah keinginanmu tercapai?"

Syifa tidak percaya mendengar ucapan Bintang. Tidakkah dia melihat betapa kaku pertemuannya dengan Akala kemarin?

Teman tapi....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang