23

618 65 5
                                    

 "Angkanya terbalik." Salvia mengomentari angka di atas cake ulang tahun.

Papa tertawa mendengar suara Salvia, logat gadis kecil itu juga terdengar lucu.

"Jadi bagaimana yang benar?"

Dibantu kakek Salvia naik ke bangku dan meletakkan angka delapan di belakang angka tiga.

"Usia Kakek saja belum nyampe ke situ," kata papa tak bisa menahan tawa.

"Kakek baik hati dan murah senyum, Paman galak kayak nenek-nenek." dari om kini Salvia lebih suka memanggil paman, sebutan om terlalu baik untuk Bintang, menurutnya.

Dan atas keinginan Salvia angka itu tak diperbaiki lagi, gadis kecil itu menjaga cake buatan bibi.

"Baiklah, semoga umurnya Paman lebih panjang lagi dari angka itu," ucap mama Ki beliau juga mendoakan keberkahan umur dan kebaikan takdir untuk hidup putranya.

Nyanyian ulang tahun mulai bersorak, sementara pemeran utama diam tak ada harapan apa-apa dalam hatinya cukup percaya pada doa orang tua dan orang-orang di sekeliling yang mendoakan kebaikan untuknya.

Sayup, suara Syifa tertangkap pendengarannya lalu dengan cepat Bintang menepis dan kembali pada kenyataan sekarang.

Dulu.... Syifa yang paling bersemangat merayakan ulang tahunnya. Setiap tengah malam hingga pagi buta wanita itu memberikan kejutan di setiap tanggal lahirnya, belum lagi pesta bersama rekan semua disiapkan.

"Selamat ulang tahun Paman, kalau bisa ganti nama. Kasian Bintang di langit udah pinjemin namanya buat Paman."

Ketika Salvia mengulurkan tangan mungilnya Bintang enggan menyambut ia juga membuang muka tapi Salvia tetap mengambil tangan besar itu dan menciumnya.

Ada hati yang sedang berontak lebih dari kemarahan mama Ki, pada sikap Bintang yang dinilai kurang ajar. Adalah Syifa, ia tidak tega anaknya diperlakukan seperti itu namun tak berkutik karena ini hari besar pria tersebut bahkan ucapan di punggung tak meredakan kekesalannya.

"Selamat ulang tahun, usia Mama semakin menua, lekas lah bahagiakan beliau." adalah ucapan selamat dari Akala, bukan jabat tangan tapi tepukan sebagai sikap hangat dari seorang kakak yang tak pernah dianggap oleh Bintang.

Mama dan papa juga mengucapkan juga mendoakan harapan terbaik yang selalu terselip dalam doa, kini didengar langsung oleh Bintang. Setelah itu giliran bibi, Bintang mengucapkan terimakasih pada doa baik wanita yang sudah membersamai waktu ibunya selama ini.

"Aku melupakan sesuatu," kata Bintang setelah membaca pesan dari sekretarisnya. "Antarkan makan malam ini ke apartemen."

Bintang memang terburu-buru, ia bahkan tidak menyadari dan tak melihat gerakan Syifa yang akan mendekat padanya.

"Astaga Bintang!" mama Ki hampir menangis ketika tidak bisa menahan langkah besar putranya.

Sebelum pulang Bintang sudah mengabari ibunya bahwa dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya dan bersedia merayakan ulang tahun sederhana di rumah orang tua, lalu apa sekarang?

******

Ke mana Bintang? Hotel. Untung dia tidak terlambat dan bersyukur semua orang sudah mengucapkan selamat dan mendoakan yang terbaik untuknya meski tanpa diminta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman tapi....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang