"Kamu menemuinya lagi?"
"Tidak sengaja," jawab Bintang sedikit malas. Bibirnya tidak ingin membahas sosok Syifa tapi kepalanya penuh dengan wanita itu.
Alisa kesal membaca pesan masuk dari seorang laki-laki bernama Akala yang tidak dikenalinya namun diketahui dari Bintang bawa laki-laki itu adalah saudara angkat pacarnya.
"Jelas-jelas kamu ke sana tidak sengaja apanya."
Sekarang bintang tidak ingin membahas Syifa. "Kenapa kamu ke sini?" pria itu mengalihkan fokus kekasihnya dari mantan sahabat. Ah.... Ternyata ada juga istilah mantan sahabat.
Tapi Alisa masih ingin tahu alasan Bintang mengunjungi restoran Syifa, salah satu tempat larangan untuk mereka datangi.
"Jujur deh, aku kadang suka bingung sama kamu. Kita udah pacaran berapa lama sih, kita juga hampir menikah, Bintang. Tapi kenapa kamu belum bisa membuang wanita itu?"
Pikiran Bintang sedang tidak baik-baik saja ia aku tidak bisa mengontrol sikapnya jika Alisa terus mendesak.
"Kami tidak ada hubungan apa-apa lagi." seperti maunya Alisa. Iya, Bintang menuruti semua kemauan Alisa dan ia percaya semua itu demi kebaikan hubungan mereka.
Antara cinta dan tolol, dua hal itu berkaitan dengan erat. Sejak pacaran dengan Alisa, Bintang terbuka, bahkan ia tidak pernah mempermasalahkan Alisa yang sering merazia ponselnya setiap saat mereka bertemu. Sampai detik ini tidak ada satupun foto Syifa di galeri ponsel bahkan saking cintanya pada wanita itu Bintang juga tidak mempermasalahkan akun media Syifa diblokir oleh sang pacar.
"Lalu kenapa kamu ke sana, kangen?"
"Tidak sengaja Alisa," sahut Bintang. Lalu pria itu meraup wajahnya, tidak akan keluar dari mulutnya apa yang membebani pikirannya sekarang.
Alisa ingin membanting ponsel Bintang yang masih ada di tangannya.
"Udahlah kalau kamu tidak mau jujur, selama ini kita bertahan karena saling terbuka."
Emosi Bintang terpancing. "Apa maksudmu?" ia bertanya dengan tatapan tajam terhunus pada sang kekasih.
"Mengikuti ketidakjujuranmu, itu yang kamu mau kan."
"Jangan main-main." Bintang memperingatkan Alisa.
"Aku atau kamu yang main-main, sudah terbukti kan?"
"Aku tidak berselingkuh." Bintang tidak membela diri tapi memberitahu yang sebenarnya.
"Komitmen kita bukan tentang itu, tapi kejujuran."
"Aku sudah bilang kalau aku tidak sengaja datang ke sana, kamu lebih mempercayai pesan itu daripada kata-kataku?"
"Nyatanya aku sudah cukup kecewa karena kamu pergi ke sana, sementara kamu tahu aku membencinya!"
Dengan kasar Alisa meletakkan ponsel milik Bintang di meja laki-laki itu.
"Kamu mempermainkanku!" tangisan Alisa karena murka lantaran Bintang tidak berkata jujur dan tidak memegang janji mereka.
"Ini kantor, Alisa. Jaga sikapmu."
"Kenapa, kamu malu jika kalau orang tahu tabiat burukmu itu?!"
"Alisa," tegur Bintang sekali lagi.
"Aku muak Bintang, aku benci laki-laki yang enggak ada prinsip!"
Teriakan kedua tidak ditolerir lagi, sudah dikatakan pikiran Bintang sudah tidak baik ditambah tingkat kekasihnya.
"Kalau begitu cari laki-laki yang punya prinsip, tabiatku buruk kan?"
Keduanya tidak terkendalikan, meski Bintang tidak berteriak seperti Alisa tetap dia juga murka. Mengambil ponsel, Bintang keluar dari ruangannya, dia butuh waktu sendiri saat ini.
Adalah keinginan mama yang menimbulkan beban pikirannya. Padahal dia tahu mustahil membuat Syifa ikut membenci orang yang tidak disukainya.
Pertemuannya kemarin dengan Syifa sudah menjelaskan sesuatu, Bintang tidak bertanya pada diri sendiri kenapa keberatan dengan sikap Syifa yang mudah sekali menerima?
Bintang tidak sadar, sejak mendengar langsung permintaan mama pada Syifa juga Akala, ia jarang memikirkan Alisa ditambah setelah bertemu dengan Syifa kemarin. Selama berapa bulan ini dia bertahan tidak menghubungi Syifa meskipun di belakang Alisa, ia menjaga baik komitmennya dengan sang kekasih tapi permintaan mama juga kedekatan Syifa dengan Akala mengusiknya.
Cara Bintang menggali informasi tentang keadaan Syifa juga keseharian gadis itu tentu tidak terang-terangan, dan ia tidak menemui kesulitan dari rekan-rekannya. Mendengar Syifa resign ia sempat khawatir lalu tidak lama ia mendapat kabar sudah membuka restoran.
******
Kedatangan Bintang ke kediaman orang tuanya bukan karena undangan, andaikan dia tahu Syifa ada di sini mungkin dia tidak akan datang.
"Akhir-akhir ini kamu kelihatan tidak sibuk, ke mana pacarmu itu?"
Sindiran mama menyambut kedatangannya, Bintang tersinggung tapi tidak menanggapi. Dulu mama menyebut Alisa dengan kata wanita itu, sekarang pacar, apakah Akala sudah memberitahu mama bahwa dia belum menikahi Alisa?
"Dia tidak ngebet lagi minta dinikahin?"
Bintang merasa mulutnya gatal. "Bukankah wanita baik-baik akan menikah setelah mendapatkan restu?"
"Benar," jawab mama Ki. Beliau juga menyempurnakan jawaban putranya. "Wanita baik-baik juga tidak akan menjaga nama baik laki-laki yang akan dijadikan suaminya, juga menjaga hubungan baik laki-laki itu dan orang tuanya."
Kini bukan gatal tapi Bintang merasa hatinya panas oleh kata-kata mama juga pemandangan di ruang tengah orang tuanya.
"Mama membiarkan dua orang itu di sini?"
Mama Ki menatap dengan wajah bahagia pada dua orang yang dimaksud oleh putranya.
"Lebih baik di sini kan, ketimbang mereka ke luar negeri apalagi cetak undangan tanpa sepengetahuan mama."
Itu bukan sindiran semata tapi kenyataan yang pernah dilakukan Bintang dan Alisa.
"Masih di tahap saling mengenal, doakan semoga mereka segera berjodoh."
Syifa bukan tidak tahu kedatangan Bintang, tapi dia lebih dulu tiba dan keberadaannya di sini juga karena ditelepon mama Ki. Lagi pula dia tidak punya urusan dengan laki-laki itu.
"Kamu mau di sini saja tidak mau bergabung dengan mereka?" mama Ki meninggalkan putranya, beliau pesimis jika Bintang akan bergabung dengan Syifa dan Akala.
Dan benar saja, Bintang memutuskan untuk pergi. Ia tidak tahu akan seperti apa jika sampai bergabung dengan dua orang itu. Tapi suara Akala menghentikan langkahnya.
"Kamu di sini?"
Bintang menoleh, lalu berkata "Aku cuma mampir."
"Masuk dulu, Syifa juga ada di sini."
Saat hendak menolak Bintang melihat Syifa berjalan ke arah mereka kalau tidak lama ia mendengar tanya gadis itu yang ditujukan pada Akala.
"Gula dua sendok apa tidak kemanisan, Mas?"
Setelah tanya itu ditujukan untuk Akala, Syifa juga tidak sedikitpun menatap pada Bintang, tatapannya penuh pada Akala.
"Sekali-kali, boleh ya?" tanggapan dengan raut datar tapi terlihat manis dan itu membuat Bintang muak.
"Oh iya, buatkan untuk Bintang juga. Kamu lebih tahu seleranya, kan?"
Barulah Bintang mendapatkan lirik sekilas dari Syifa, percayalah wanita itu hanya menatapnya sebentar.
"Baik."
Bintang tidak tahu kenapa dirinya mau saja diajak masuk oleh Akala, padahal sejak melihat kedua orang itu inginnya segera pergi dari kediaman orang tuanya.
Saat Bintang masuk ia mendengar tanya yang membuatnya tertegun.
"Full cream atau gula?"
Setelah tanya dari Syifa yang ditujukan padanya kini giliran benaknya sendiri yang bertanya. Sudah sejauh mana jarak mereka?
Belum hitungan tahun tapi Syifa lupa jika dirinya tidak minum kopi instan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman tapi....
RomanceTentang Bintang dan Syifa ; Rumit saat tidak bersama, saling memahami tapi tidak pernah peka