7

1.8K 310 8
                                    

 "Ada yang salah dengan mereka," kata mama Ki begitu dia keluar dengan mama Agni meninggalkan Bintang di kamar Syifa.

"Wanita itu tak lebih cantik dari Syifa!" mama Ki bicara dengan kesal.

"Jangan berharap lebih, yang ada kecewa." mama Agni lebih dulu kecewa setelah melihat gadis yang digandeng Bintang beberapa jam lalu di acara anniversary orang tuanya 

"Aku sama Noe juga temenan, kan?"

Mengingat hal itu Kinara tersenyum. "Bedanya saat kamu jadian dengan Azhim, dia biasa aja. Lah anak-anak kita? Menjauh kan, artinya ada angin dari salah satu pihak."

Mama Agni tidak terima begitu saja. "Sepertinya bukan dari Syifa."

"Kalau begitu dari Bintang."

Mama Agni segera menggeleng. "Mana mungkin, gadis yang tadi pasti pacarnya. Percaya deh."

Mama Ki sulit menerima keberadaan wanita lain di samping Bintang. Ia tidak tahu tabiat gadis bernama siapa tadi? Ah, ia lupa.

"Nginap di sini kan." sudah terlalu larut melanjutkan pembicaraan yang masih membuat hati kedua Ibu tersebut resah. Harap keduanya memang sama, tapi kembali lagi yang menjalani pertemanan adalah anak-anak mereka.

"Iya. Bintang juga kusuruh tidur di sini. Awas saja kalau pulang!"

Dulu juga Bintang sering menginap di rumah Agni, laki-laki itu punya kamar sendiri di kediaman ini meski sering menghabiskan waktu di kamar Syifa. Tapi akhir-akhir ini jarang, Agni lupa kapan terakhir kali pria itu menginap.

Walaupun tanpa memberitahu maksud kedua orang tua meninggalkan Bintang di kamar Syifa, mereka ingin keduanya bicara. Mama Ki yang peka jika hubungan anak-anaknya sedang tidak baik.

"Mama pasti sudah tidur, pulanglah." bukan risih tapi Syifa merasa terganggu, setengah jam lagi sudah jam tiga pagi, jika begini terus dia tidak bisa tidur.

"Gue nggak mau buat mama lebih marah."

"Itu bukan urusan gue." Syifa kesal. "Gue mau tidur besok kalau mendingan mau ngantor."

"Biasanya juga nggak peduli."

Karena sedang kesal Syifa tidak memikirkan apa-apa, dia hanya perlu menjawab. "Risih gue ada orang lain di kamar."

Mana mata ngajak tidur lagi.

Mereka sudah lama tidak bertemu, tidak bicara juga, apakah tepat dengan istilah orang lain?

"Gue kenalin Alisa ke mama, tampaknya beliau nggak suka."

Dalam hati Syifa menjawab, bukan urusan gue. Sedikitpun Syifa tidak berpikir tentang Bintang dan Alisa.

"Di apart mama juga diem, mama ada ngomong apa sama lo?"

"Nggak ada."

"Lo nggak ngerasa aneh sama mama?"

"Nggak, biasa aja."

"Mama memperhatikan kita." Bintang sadar dengan sikap mama walaupun belum mengetahui harapan kedua orang tua mereka.

"Udah deh." Syifa sudah mengantuk sekali, yang dia mau sekarang Bintang keluar dari kamarnya karena dia mau istirahat. "Apapun itu sama sekali bukan urusan gue, mending lo pergi saja."

"Syifa." Bintang tidak tahu curhat ke siapa, yang dia punya selama ini cuma Syifa tapi gadis itu malah menjauh.

"Plis deh Bintang! Lo punya Alisa, lo bisa ke dia. Gue nggak mau diganggu dan nggak mau berurusan sama lo lagi. Kalau lagi mumet, sana temui pacarmu."

"Tapi gue maunya lo."

Syifa melemparkan bantal dengan kasar. "Keluar, gue ngantuk!"

Sangkanya dengan begini Syifa bisa mengusir Bintang, nyatanya pria itu diam saja tak lagi bersuara dan meletakkan bantal di sofa lalu berbaring di sana.

"Demi Alisa gue harus di sini. Semoga hati mama lekas membaik."

Terserah! Syifa masa bodo. Dia mengantuk sekali.

Di saat yang bersamaan getar ponselnya kembali menganggu, kali ini nama Zul yang terpampang di layar.

Tidak menunggu lama getar itu bersambut dan Bintang yang belum memejamkan mata penasaran dengan panggilan masuk selarut ini. Siapa kira-kira yang menelpon Syifa?

"Zul...." 

Suara Syifa memang tidak besar tapi cukup jelas didengar oleh Bintang karena jarak mereka yang tidak jauh.

Zul? Pria itu menelpon jam segini? Bintang yang tadinya sudah berbaring kini kembali duduk tegak.

Ia tidak mendengar suara Zul tapi tau dari tanggapan Syifa.

"Demam biasa, kecapean mungkin." 

Jawaban Syifa merangsang panas di hati Bintang, ia tidak suka ada laki-laki lain yang perhatian pada Syifa.

"Benar kah? Terimakasih. Kalau ada waktu nanti aku buatkan lagi, aku senang kalau kamu menikmatinya."

Syifa memasak untuk laki-laki itu?

"Ouh itu...."

Kali ini jawaban Syifa menggantung.

"Mama sama Papa lagi sibuk, kapan-kapan saja ya."

Bintang merasa sudah cukup mendengar obrolan dua orang itu, ia bangun dan berjalan mendekat ke arah ranjang.

"Katanya tadi ngantuk, mau tidur jam berapa?"

Bintang marah tapi nada suaranya tidak membentak namun cukup lantang untuk didengar oleh seseorang di seberang.

"Duluan aja," jawab Syifa acuh.

"Siniin HP."

"Bintang!"

Syifa tidak sadar bagaimana anggapan orang di seberang ketika mendengar suara laki-laki di kamarnya pada waktu seperti ini ditambah nama Bintang disebut.

Bintang berhasil mematikan sambungan telepon. "Kalau tidak tidur, besok gue lagi yang disalahin mama. Ngertiin gue, ya?"

"Egois banget!" 

Syifa bangun lalu merebut kembali benda miliknya dari tangan Bintang. 

"Syifa...." Bintang mau marah tapi dia menahan diri.

"Berapa kali gue harus bilang, gua sama sekali nggak ada urusan sama lo. Paham!"

"Ngobrol sama gue yang ada di depan mata  nggak mau, terus sempat angkat telepon Zul?"

"Urusan sama lo?" Syifa menatap dingin pada pria itu. Ada hal yang membuat mereka berubah selama tak lagi bersama salah satunya tak saling menghargai lagi.

"Gue teman lo, sahabat yang lo jauhin selama ini."

"Gue enggak merasa punya sahabat lagi sejak gue dibohongin!" 

Pertengkaran subuh buta dimulai.

"Gue bohongin lo, kapan?" 

Wajah memerah dengan raut marah membuncah dari wajah keduanya.

"Lo mau membela diri dengan cara ini?" serang Bintang lagi.

"Gue nggak anggap lo sahabat sejak lo sembunyiin hubungan lo sama Alisa, sama seperti teman yang lain. Yang gue tahu kalian jadian lima bulan yang lalu, tapi Alisa ngasih tahu gue yang sebenarnya!"

"Penting itu dibanding ketulusan gue selama ini?"

"Ah iya, tidak penting sama sekali." Syifa geram pada Bintang yang sok menyalahkan dirinya tanpa melihat kesalahannya sendiri.

"Sejak itu mungkin tidak penting lagi, sama kaya anggapan gue ke lo."

"Lo salah paham Syifa."

"Enggak, kita enggak kaya dulu lagi. Tapi demi Tuhan gue senang akhirnya lo temuin jodoh lo. Jadi sekarang hargain gue juga dong, jangan seenak lo!"

"Gue jadian sama Alisa bukan berarti mau jauh dari lo!" Bintang frustrasi. 

"Tapi lo bohongin gue Bintang! Anggapan lo yang nggak penting itu ngremehin gue sebagai sahabat."

Bintang terpaku.

"Gue sempat marah tapi itu dulu, sekarang gue punya kehidupan dan kesibukan tanpa lo. Gue udah biasa selama lima bulan lebih."

Jadi karena itu Syifa tidak pernah menelepon juga tidak membalas chatnya lagi?














Teman tapi....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang