9

1.8K 304 69
                                    

Bukan mama Agni tapi mama Ki yang meminta Bintang menjelaskan apa yang telah terjadi semalam hingga ada tanda yang begitu manis di batang leher Syifa.

Mama Ki masih sabar menahan mulutnya agar tidak bertanya dengan frontal. Kira-kira sebelum memberikan tanda itu apa yang terjadi? Begitu pertanyaan yang akan muncul jika Bintang tetap tutup mulut.

"Kami bertengkar."

"Sampai cipokan?" tanya mama Ki, kesabarannya memang sangat tipis, padahal Bintang sudah mulai menjelaskan.

Syifa memilih menatap ponsel di tangan, menghindari tatapan kedua ibu di hadapan mereka.

Bintang kesal pada mamanya, tidak tahukah beliau di sini juga ada mama Agni? Sepertinya mama Ki memang ingin mempermalukannya.

"Salahku tidak bisa mengendalikan emosi saat Syifa terus membahas orang itu."

"Siapa?" lalu mama Ki menegur Syifa. "Mama bertanya padamu, Syifa."

"Ya?"

"Siapa yang kamu bahas semalam sampai membuat anak Mama khilaf?"

Syifa tidak sedikitpun melirik Bintang yang duduk di sampingnya, pun sebaliknya.

"Bukan siapa-siapa."

"Bukan siapa-siapa tapi berhasil membuat anak Mama marah?"

"Ini salahku Ma. Aku minta maaf."

"Ouh tidak secepat itu," sergah mama Ki tak terima begitu saja permintaan maaf sang putra. "Mama hanya tahu tanda merah di leher Syifa, bagaimana bagian yang lain, yakin aman?"

Astaga. Apakah Bintang harus memberitahu ibu mereka jika dia juga mencium Syifa? Ini tidak disengaja, ia yakin ini kesalahan karena dia tidak bisa mengontrol emosinya.

"Tidak ada." kali ini Syifa yang jawab.

"Kamu sudah memeriksanya?" mama Agni yang bertanya dengan raut khawatir.

"Sudah," jawab Syifa lagi.

Susah sendiri kalau terlalu dekat, apa Syifa bilang saja kalau dia dan Bintang tidak lagi berteman? Ah, kekanakan sekali.

"Lalu setelah ini, mau bagaimana?" mama Ki memancing keduanya.

"Tidak ada yang bagaimana, aku dan Syifa tetap berteman. Kami baik-baik saja."

Syifa muak mendengarnya.

"Aku juga sudah minta maaf pada Syifa."

Baiklah, setelah Bintang bicara Syifa juga ingin bicara dia akan menyampaikan kabar tentang seseorang yang tadi sempat dikatakan bukan siapa-siapa.

"Karena Mama sudah di sini, aku ingin memberitahu sesuatu."

Dibandingkan kedua ibu tersebut raut Bintang lah yang paling tegang.

"Syifa." Bintang memanggil penuh tekanan namun tidak membentak.

"Ada yang melamarku."

"Syifa!" kali ini Bintang membentak.

"Mungkin beliau akan datang akhir pekan nanti." ya, Zul menunggu kabar kesiapan Syifa begitu Syifa mengiyakan maka pria itu akan datang.

Tidak ada tanggapan dari kedua ibu, bukannya tidak penasaran tapi kemarahan Bintang menahan tanya mereka.

"Kami sudah dekat sebulan terakhir, beliau menungguku siap, kurasa sudah saatnya."

Syifa bicara apa adanya tentang niat Zul yang berulang kali ditanyakan setiap kali mereka bertemu, jika dulu Syifa ragu maka sekarang tidak lagi. Syifa siap menjalani sebuah hubungan yang lebih serius. Ia bangga karena Zul tidak mengajaknya pacaran tapi langsung menikah.

Teman tapi....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang