#7 Desiran aneh

742 161 39
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Mari perbaiki diri, teruslah memperbaiki diri. Karena kesuksesan dekat dengan orang-orang yang senantiasa memperbaiki diri."

"Jika hari ini kurang baik, maka hari esok harus lebih baik dari hari ini, begitu seterusnya, belajar menjadi baik di setiap harinya. Jangan buat diri kita merugi karena waktu yang telah kita buang-buang begitu saja tanpa mendatangkan manfaat kepada diri kita dan orang lain. Sebab termasuk dari kesempurnaan Islam adalah ia meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya."

~Cinta adalah doa.

~Cinta adalah doa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..........


Ashi tengah sibuk dengan ponselnya itu, dirinya duduk di bawah pohon rindang."Ayo dong menang masa kalah lagi sih!" ucapnya, dengan pandangan mata tak lepas menatap layar ponsel.

"ASHI!" panggil Esha, kepada Ashi. Tak ada sahutan dari Ashi, Esha segera merebut ponsel milik Ashi dengan kasar.

"Apa Shaa?!" sahut Ashi dengan raut wajah kesal.

"Lo yang bagiin nomor kontak Zena ya? Ngaku ga!" tegur Esha, tegas.

"Ha?" ucap Ashi, bingung,"Eng-nga, ko."

"Shii lo ga usah bohong deh!" geram Esha.

"Udah-udah Shaa, mungkin emang bukan Ashi," ucap Zena yang menenangkan Esha.

"Kalo bukan dia siapa Zee? Yang baru tau nomor kamu tuh aku sama Ashi," sesal Esha, dengan nada yang mula-mula meninggi.

"Ashi, apa benar kamu yang bagiin kontak aku?" tanya Zena, dengan lembut.

"Gapapa jujur aja, aku gabakal marah ko," lanjut Zena.

"I-iya Zee, aku yang bagiin, maaf ya, awalnya aku cuman bagiin nomor kamu ke Kaka kelas kita doang, katanya dia mau ada kepentingan sama kamu, tapi ternyata dia malah sebarin," ungkap Ashi, dengan raut wajah penuh rasa bersalah.

"Ohwalah, ASHI!" teriak Esha, kesal dan menoyor pelan kening Ashi,"Jadi orang tuh jangan bodoh-bodoh banget kenapa ... udah tau banyak yang modus."

"Duhh, sakit tau!" Ashi memegang keningnya,"Lagi juga aku ngasihnya ke Kaka kelas perempuan kok, ya aku gatau kalo dia modus dan bakal nyebarin nomor Zena."

"Emang dia minta untuk apa?"

"Katanya buat, daftar ... apa ya, lupa." Ashi menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Maaf ya Zena," lanjut Ashi, sambil menyatukan kedua tangannya membentuk sebuah permohonan.

"Gapapa Ashi, lain kali kamu izin dulu ya sama Aku," balas Zena, dengan begitu lembut berbeda dengan Esha yang begitu marah.

Cinta adalah doa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang