#13 Pengungkapan

638 88 26
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kenikmatan dunia, yaitu kematian."
-HR. At-Tirmidzi

 At-Tirmidzi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..........

Pagi yang cerah dan segar melingkupi halaman belakang rumah Ray yang luas. Suara gemuruh pantulan bola basket serta derap langkahnya menciptakan suasana dinamis dan energik, bayangan pepohonan yang menggoyangkan daun-daunnya menambahkan nuansa damai. Sinar matahari pagi menyapa wajahnya saat dia tengah fokus bermain basket dengan semangat.

Dirinya begitu merindukan momen ini, karena 4 tahun lamanya ia meninggalkan rumah. Meski sekarang  Ray sudah kembali dari 1 Bulan lalu, akan tetapi ia baru menyempatkan untuk bermain basket lagi setelah kesibukannya.

Dalam adegan yang penuh keceriaan itu, Ray mendengar panggilan lembut dari Ammar, Ray menghampiri Ammar, (sang Abi), ia tengah duduk santai pada ruang keluarga, menikmati pagi dengan secangkir kopi di tangan.

"Ray, duduklah sebentar, ada yang ingin Abi bicarakan," panggil Ammar, (Abi Ray).

Ray duduk di sebelah Ammar, membawa energi semangat dengan secercah senyuman manis.

"Iya Abi? Ada apa?" sahut Ray serta kelembutannya.

Mereka duduk di ruang keluarga yang nyaman dengan sinar matahari begitu menyusup masuk melalui jendela, menciptakan atmosfer hangat dan akrab. Secangkir kopi mengisi ruangan serta aroma yang menenangkan. Wajah serius sang Abi, memandangnya sambil menyeruput kopi. Suasana yang hangat seolah-olah berubah menjadi ketegangan.

Tanpa berbasa-basi Ammar mengatakan,"Ray, Abi mau membicarakan sesuatu yang serius. Abi berbicara dengan teman lama, dan dia memiliki seorang putri, sepertinya cocok untuk kamu."

"Abi akan menjodohkan kamu dengan anak teman Abi," lanjutnya.

Sontak Ray kaget dengan penuturan yang Abinya katakan, secerah bulan sabit yang mengukir di wajahnya pudar begitu saja.

Ray merenung sejenak, mencoba memahami kejutan ini."Abi, maaf, Ray tau sekarang Ray sudah lulus kuliah, dan sudah memegang perusahaan Abi, meski memang belum sepenuhnya, tapi Abi, boleh Ray minta masalah ini kita bahas nanti saja? Ray belum siap Abi."

"Abi ngerti Ray, tapi terkadang hidup memberi kita kesempatan yang tak terduga. Coba untuk di pikirkan lagi, kalau kamu mengatakan kamu belum siap. Lalu apa lagi Ray? Secara finansial sudah, agama sudah, ilmu pernikahan pun, insya Allah kamu sudah menguasainya, apa yang masih kurang?" jawab Ammar.

Cinta adalah doa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang