Syahira Zayda Al-Zena, seorang gadis lulusan sekolah menengah pertama di Yaman, kini ia pindah kembali ke tanah air untuk melanjutkan sekolah menengah akhirnya. Di sekolah barunya itu, ia dikagumi oleh sosok laki-laki yang tak pernah jatuh cinta pad...
"Wahai saudariku yang melihat tulisan ini, jadilah wanita yang mahal. Wanita yang memiliki high value, wanita yang tidak gampang didapati, wanita yang punya prinsip hidup, dan juga wanita yang memiliki tujuan, buat lah tujuan kita mulai dari sekarang, ingin menjadi apa kita sekarang dan nanti, ingin menjadi orang yang seperti apa kita. Bahkan jadikan diri Anda wanita yang kaya akan ilmu agama dan pengalaman. Karena apa? Kita adalah Madras utama bagi anak kita nanti."
~Cinta adalah doa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
......
Tok ... Tok ... Suara ketukan pintu.
"Masuk Umi."
"Loh, Zena belum bangun?"
"Belum Umi, apa Ray bawa Zena ke rumah sakit aja?" tanya Ray.
"Coba kamu olesin minyak angin ke hidung Zena, nih." Zanna memberikan minyak yang berada di tangannya.
"Ta-pi Umi, Ray gabe—" ucap Ray yang terpotong.
"Ga berani buka niqab Zena gitu maksud kamu?" sela Zanna.
Ray hanya membalas dengan kekehan kecil dan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya Allah Ray, ini istri kamu loh, barusan kan udah halal. Ayo cepet bukain cadarnya kasian takut pengap!" perintah Zanna.
"Tamu di luar masih banyak, kalo Zena udah bangun, kamu langsung bawa Zena pulang ya," lanjut Zanna.
Pasalnya Ray, tidak membawa Zena pulang langsung ke rumahnya, akan tetapi ia memilih untuk membawanya ke penginapan yang dekat gedung tersebut, karena jarak rumah dengan gedung yang lumayan jauh.
"Yaudah Umi mau keluar, jangan lupa olesin ya." Zanna meninggalkan mereka berdua.
"Iya Umi."
'Gimana ini ya Allah,' batin Ray.
Dengan perlahan Ray mendudukkan dirinya di samping kasur tepat tubuh Zena dibaringkan. Ia membukakan niqab putih yang digunakan Zena dengan sangat lembut.
'Masya Allah,' batin Ray tercengang kagum.
Ini bukan pertama kalinya ia melihat wajah Zena, karena sewaktu dirinya melamar Zena, ia sudah melihat wajahnya. Akan tetapi entah mengapa Ray masih terpesona dengan cantiknya wajah Zena, walaupun ia tidak memakai makeup yang terlalu tebal, bahkan riasan wajah yang hanya ada olesan bedak dan lipstick saja wajahnya begitu indah ketika dipandang, kulit putih bersih, hidung mancung, alis yang tebal serta menyambung, bulu mata terlihat begitu lentik, ini membuat Zena begitu tampak cantik.