#26 Persuade her

109 14 18
                                    


بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيم

"Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri."
(Q.S. Al-Isra 7).

 Al-Isra 7)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.......

Di ruang rapat nan elegan, seorang CEO muda yang tampan dan karismatik duduk di ujung meja konferensi. Ray menatap tajam ke arah anggota timnya, menyampaikan gagasan-gagasan berlian dengan kepercayaan diri juga penuh otoritas. Asistennya yang bernama Fanzo kerap dipanggil asisten Fan, setia duduk di sebelahnya siap mencatat semua keputusan penting.

"Asisten Fan, saya minta tolong kirim dokumen yang saya kirim semalam ya, berikan kepada anggota yang mengikuti rapat hari ini," ucap Ray, dengan nada yang tegas.

"Baik Pak."

"Mungkin rapat hari ini sampai di sini, semoga kalian bisa bekerja sama dengan baik, terimakasih, assalamu'allaikum." Ray merapihkan kancing jas sebelum dirinya keluar dari ruang rapat, dan dengan tersenyum tipis ia meninggalkan ruangan, kemudian Fan mengikuti dari belakang.

Di lorong kantor yang ramai, Ray bergegas ingin menemui sang Ayah. Ia melangkahkan kakinya mantap dan wibawa, sambil sesekali bertegur sapa dengan para pekerja lainnya.

"Pak Ray tuh udah nikah belum sih?" tanya Cika, sambil berbisik-bisik.

"Duh gua gatau deh, tapi ... Pak Ray ganteng ya? Kata orang-orang mah idaman," jawab Farah.

"Idaman apanya dulu nih? Duitnya? Ganteng? Atau agamanya?"

"Semuanya woi, haha," balas Farah sambil terkekeh.

"Shuttt ... ketawa lo buat perhatian orang-orang, jangan kenceng-kenceng ketawanya Munaroh!" bisik Cika, sambil menahan gelak tawa yang hampir meledak.

"Kerja-kerja! Jangan ghibah! Apalagi ngehaluin jadi istrinya Pak Ray!" ucap Fan, berbisik di telinga keduanya, dan langsung  beranjak pergi.

______

"Assalamu'allaikum Abi ...," ucap Ray memberi salam kepada Ammar.

"Wa'alaikumussallam warahmatullah, duduk Ray!" jawab Ammar, dengan tersenyum hangat.

Sebelum mengatakan sepatah kata dirinya mendudukkan tubuhnya terlebih dahulu pada sofa panjang, dan membuang napas lega seraya tersenyum manis."Abi ... alhamdulilah, Ray sudah menyelesaikannya, apakah boleh Ray mengambil waktu libur yang sempat Abi tawarkan? Istriku pasti sudah menunggu."

Ammar terkekeh geli mendengar kalimat terakhir yang baru saja Ray lontarkan, dan seraya mengatakan,"Kalau pengantin baru memang begini ya? Maunya pingin cepat-cepat pulang saja. Kamu tahu? Abi dulu jarang bertemu dengan Umi kamu, karena seminggu setelah pernikahan Abi harus pergi ke Jepang bersama Kakek kamu untuk mengurus masalah perusahaan. Kita berjarak dan tidak bertemu kurang lebih selama sepuluh bulan."

Cinta adalah doa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang