Hitam

1.5K 124 7
                                    

Kaizo baru menyelesaikan misi. 4 hari di angkasa sana, tidak bisa istirahat karena harus selalu waspada. Untungnya kali ini, misinya mudah. Dan sekarang Kaizo sudah berada di posisi nyamannya yaitu pulau kapuk dan bantal lembut.

Menghela nafas lelah, Kaizo menutup matanya. Aroma lembut lavender milik sang adik menghiasi tiap sudut kamar. Membuat Kaizo terlena dan ingin segera tenggelam dalam bunga tidur.

Tapi entah kenapa, Kaizo merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Sudut-sudut hatinya terasa nyeri. Seakan memperingatkan Kaizo untuk tidak terlelap barang sedikitpun.

Ya, hari ini adiknya memiliki misi. Seorang diri di planet asing mencari power sphera yang diminta para petinggi. Resah, gelisah, dan kekhawatiran membumbung tiap kali adiknya tidak berada di sisi Kaizo.

Pang adalah sosok terakhir yang dimilikinya. Adik kesayangan dan pusat hidupnya.

°°°

Fang ceroboh. Dia kembali melakukan kesalahan dan teman-temannya yang menanggung atas kesalahannya itu. Luka ringan dan berat didapatkan mereka sedangkan dirinya hanya beberapa luka ringan dan goresan cukup dalam dibagian lengan. Tak bisa dibandingkan dengan luka yang diterima teman-temannya.

Lagi, kekecewaan di hadapkan padanya. Amarah Kapten, Laksamana, dan Komandan dia terima. Apalagi begitu diminta pergi ke ruangannya, Fang mendengar sang Kapten ingin berbicara empat mata dengannya.

Luka yang belum diapa-apakan itu tidak menggoyahkan niat sang Kapten. Begitu mereka bertatap muka, hanya wajah dingin dan marah yang ditampilkan ‘kakak’nya.

Iris merah tua miliknyapun memilih untuk memperhatikan lantai dibawahnya. Suara rendah penuh emosi turut keluar dengan kalimat-kalimat menyakitkan yang menggores luka di hatinya semakin dalam dan keji.

Fang hanya bisa menunduk, menyesal dan bersalah. Andai dirinya lebih baik, pasti semuanya tidak akan seperti ini. Pasrah, Fang menutup mulutnya rapat-rapat.

“Kau memang tidak becus. Renungkan kesalahan mu dan segera pergi dari sini!”. Itu adalah pengusiran yang kasar menurutnya. Sang Kapten langsung pergi, tanpa sekalipun memalingkan wajah terhadapnya.

Lagi-lagi Fang hanya mampu menatap kepergian sosok idamannya itu. Sosok yang harusnya menjadi keluarga satu-satunya, kini memberi punggung dingin tak tersentuh untuknya.

Sesak, Fang merasa sakit untuk sekedar bernapas. Lelehan air ikut turun, tapi tidak meringankan apapun. Dengan segala kesakitannya, Fang berbalik menuju satu-satunya tempat yang dia rasa masih mau menerimanya.

Sepanjang jalan, tetesan itu juga berjatuhan. Ini adalah puncak atas segalanya. Semua emosi negatif mengontrol tubuh dan pikirannya. Fang, menangis tersedu begitu masuk dalam kamarnya.

Menumpahkan semua kelelahannya, kekecewaannya, keputusasaannya dalam tangis. Berharap sedikitnya itu dapat berguna.

Tapi, seperti yang dia lakukan memang tak ada gunanya atau bahkan sia-sia, air yang terus keluar itu tidak membuahkan apapun. Hanya sesak yang semakin menjadi, juga kepala yang semakin berat.

Lengannya tak mampu menghentikan tangisnya. Fang terduduk di depan pintu. Seluruh tubuhnya terasa nyeri. Begitu pula jiwanya.

Di tengah-tengah kalutnya, Fang merasakan elusan lembut di kepalanya. Dengan sesenggukan, Fang mendongak. Matanya yang kabur melihat bayangan hitam berbentuk seseorang di depannya.

Berdiri tepat dihadapannya sembari mengulurkan tangan untuk mengusap dirinya. Tak menghiraukan itu, tangisnya pecah kembali. Kali ini, sosok itu berjongkok dan memeluk dirinya. Dingin dan hampa, itu yang Fang rasakan. Tapi, itu lebih baik daripada sendirian.

Bisikan lirih terdengar, mengajaknya pergi ke tempat yang paling Fang inginkan. Pikiran yang tidak jernih membuat Fang menganggukkan kepalanya dan balas memeluk sosok itu erat.

Tak lama, Fang merasa keheningan. Ternyata, kegelapan itu mengambil dirinya seutuhnya. Membawanya pergi dengan kekacauan yang mengiringi.

Ledakan keras terdengar dari dalam kamar Fang. Alarm di markas berbunyi dan CCTV memperlihatkan Fang yang tidak sadarkan diri digendong sosok hitam dan menghilang begitu saja.

Laksamana, Komandan, dan Kapten aka Kaizo melihat semuanya. Dengan cemas, Kaizo langsung menawarkan diri untuk menyelamatkan Fang. Izin sudah dirinya dapatkan dan Kaizo langsung meluncur tanpa basa-basi.

Alat pelacak yang memang ada di jam tangan Fang membawanya ke sebuah planet tak asing. Planet tak berpenghuni yang membawa memori untuknya.

Dengan tergesa, Kaizo pun mendarat di rumah yang tak ingin dia jejaki lagi. Rumah setengah hancur yang sudah rapuh itu membuat Kaizo bernostalgia.

Kenangan-kenangan itu menyakiti kepalanya. Dengan genggaman yang mengerat, Kaizo masuk dan langsung disuguhkan pemandangan mengerikan.

Fang, adiknya terduduk menyender dengan luka-luka yang belum diobati dan kacamata miliknya juga entah kemana. Darah segar yang juga berceceran dan sorot kosong menyambut Kaizo.

Sengatan nyeri mengenai hatinya. Sakit melihat sang adik seperti itu. Berkas air mata menunjukkan Fang telah menangis. Kaizo tidak sanggup. Dengan langkah lebar Kaizo menghampiri Fang. Hendak membawanya kembali dan mengobati dirinya.

Hanya tinggal 3 langkah lagi, Kaizo dikejutkan dengan serangan mendadak dari sosok hitam yang tiba-tiba muncul.

TBC

•••
Siapa ya si item-item ituuuu🤔

FANG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang